Pernah ada yang orang yang mengeluh kepada saya, “Pak Jamil, salah satu cara agar saya sukses harus punya mentor [pelatih]. Nah, saya kan bukan orang berduit, jadi tidak bisa membayar mentor kehidupan. Bagaimana mungkin saya bisa maju dan bersaing dengan mereka yang berkantong tebal.” Bagaimana apabila Anda mendapat pertanyaan seperti itu? Apa jawaban Anda?
Banyak orang yang menjalani hidup sebagai pecundang. Salah satu cirinya, mereka fokus pada masalah bukan pada solusi. Apabila Anda ingin terus bertumbuh dan menikmati hidup, berlatihlah untuk selalu fokus pada solusi. Bila ada sesuatu yang sudah terjadi maka katakan, “Yes! Ini sudah terjadi. Lalu bagaimana jalan keluar atau solusinya?”
Termasuk menjawab keluhan orang tersebut di atas tadi. Bila dompetnya tipis dan tak sanggup membayar mentor, bagaimana solusinya? Ternyata bila kita tidak malas berpikir banyak cara yang bisa kita lakukan. Salah satunya, hadirkan mentor imajiner. Saya pernah melakukannya.
Sang mentor sering saya hadirkan secara imajiner di depan saya. Untuk urusan pencapaian target, sang mentor saya hadirkan tiga bulan sekali. Ketika itu, saya membayangkan duduk dengan penuh hormat, sang lalu mentor bertanya, “Apakah targetmu sudah tercapai? Berapa persen pencapaiannya? Agar targetmu tercapai lebih tinggi, kira-kira apa yang akan kamu lakukan?”
Selain itu, sang mentor imajiner juga saya undang saat saya jenuh, lelah dan kehabisan ide. Pertanyaan yang sering diajukannya, “Sebutkan nikmat dan kebahagian yang sudah kau peroleh. Apakah kau sudah bersyukur? Apa buktinya bahwa kau sudah bersyukur?”
Pertanyaan lainnya, “Bagaimana caranya kau menghabiskan waktu? Apakah waktu yang kau habiskan untuk sesuatu yang produktif atau sia-sia? Apakah kesibukanmu menghasilkan sesuatu? Apakah kesibukanmu mendatangkan pahala?”
Nah, sang mentor imajiner bebas bertanya apa saja. Sementara kita harus sibuk menjawab dengan sesuatu yang positif dan solutif. Apabila kita menjawab dengan mencari alasan, melakukan pembenaran yang salah dan hal yang negatif, sang mentor imajiner akan berkata, “He…. Jamil, apakah sekarang kamu sudah jadi pecundang? Saya tidak mau punya murid murahan.”
Nah, Anda sudah punya mentor imajiner? Enak lho, gratis dan bisa diundang kapan saja.
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
18 comments On Mentor Imajiner
subhanallah…..siap mas…..terima kasih nasehatnya
Hayo siapa mentor imajinernya?
membayangkan ketemu pak Jamil…hahahaha
Jangan hanya dibayangkan 🙂
Punya juga pak, bukan imajiner sih, tapi beda alam aja 😀
Hi, ngeri. He3x
Wew kok beda alam sih bang Haris???gmn itu ceritanya? #antarapenasaran&ngeri
imagine
Kalo gitu, mulai skrg kalo streesss aku akan hadirkan mentorku….jamil azzaini….
He3x….
Saya sudah melakukannya lebih dari 20 tahun hidup saya hehe. Mentor imajiner itu sama saja dengan kita bicara sendiri. Hanya saja ada bagian yang ia menjadi mentor dan kita pendengar 🙂 Nurani sih bisa disebut juga 😀
KerON 🙂
Saya pikir cuma saya yang gak waras, hihihi,
Sesama tidak waras harus saling mendukung
Web ini jg bisa jadi mentor imaginer…bang jamil datanglah3x …hehehe
Nice Post…!
kalau saya mentor imajinernya meniru seperti yang dilakukan oleh Karna (dalam cerita pewayangan) saudara arjuna yang dibuang oleh ibunya. Karna berlatih memanah dengan membayangkan bahwa dirinya dilatih oleh guru pandawa.
Hingga pada suatu saat Karna berhasil menandingi kesaktian arjuna dalam hal ilmu memanah.
….
Sampai saat ini saya berguru secara imajiner kepada bapak Onno W Purbo, saya pegang betul wasiat beliau bahwa kita bisa pandai dan mahir melalui sekolah informal seperti di internet. Saya yang awalnya buta dengan internet … sekarang sudah bisa membuat website dan mengajar Pemrograman Web walaupun saya lulusan FMIPA-kimia
….
dan sekarang bertambah 1 lagi guru imajiner saya, yaitu si ‘Insinyur Pitak’ … wasiat yang saya dengung2kan kepada anak didik saya dari beliau adalah ‘jika kamu ingin sukses dan tidak ingin dihina maka carilah ilmu dan berkawanlah yang banyak’
Wah sama seperti yang sama saya lakukan pak.