Saya pernah mendapat cerita dari guru bisnis saya. Ceritanya tentang seorang pengusaha yang kaya raya dan memiliki dua oran anak laki-laki. Sebelum meninggal, sang ayah memberi nasehat kepada kedua orang anaknya “apabila bapak meninggal nanti, masing-masing dari kalian mendapat 10 perusahaan yang nilainya hampir sama. Nah, saat mengelola perusahaan nanti, nasehat bapak cuma dua”.
Setelah terdiam sejenak, saya ayah melanjutkan “nasehat pertama, saat berbisnis jangan terkena sinar matahari. Nasehat kedua, jangan pernah menagih hutang”. Ternyata, tidak berapa lama, setelah memberi nasehat tersebut, sang ayah meninggal dunia. Jadilah kedua anak tersebut pengusaha “dadakan” yang melanjutkan bisnis ayahnya.
Waktu terus berjalan, bisnis anak pertama semakin hari semakin meredup bahkan beberapa perusahaan sudah bangkrut. Sementara anak nomor dua, bisnisnya terus berkembang bahkan sudah beranak pinak dan menggurita.
Melihat fakta yang sangat berbeda ini, sang ibu memanggil kedua anaknya. Setelah dua anak sudah berkumpul, sang ibu mengajukan pertanyaan kepada anak pertama “mengapa bisnismu, kacau bahkan ada beberapa yang sudah bangkrut?” Anak pertama menjawab “ini semua gara-gara saya menjalankan nasehat ayah”. Sang ibu bertanya “memang apa nasehat ayahmu kepadamu?” Anak lelaki itu menjawab “nasehat pertama, saat berbisnis jangan terkena sinar matahari. Maka saya selalu menggunakan mobil dan dua pengawal untuk memayungi saya agar tidak terkena sinar matahari”.
Dengan nada jengkel anak pertama melanjutkan “nasehat kedua, jangan pernah menagih hutang. Maka setiap ada orang berhutang kepada perusahaan saya, saya tidak menagihnya demi menjalankan nasehat bapak. Ternyata semakin banyak orang berhutang kepada perusahaan dan sebagian besar tidak membayar. Karena saya mengikuti nasehat bapak, maka tim saya tidak berusaha menagihnya”.
Sang ibu kemudian bertanya kepada anak kedua “apa rahasiamu sehingga bisnismu terus maju dan berkembang?” Sang anak menjawab “bisnis saya berhasil karena saya menjalankan nasehat ayah”. Sang ibu bertanya lagi, “memang apa nasehat ayahmu kepadamu?” Sang anak menjawab “nasehat ayah kepada saya sama dengan nasehat kepada kakak karena waktu itu disampaikan di depan kami berdua”.
Sang ibu melanjutkan pertanyaan “lantas apa yang kamu lakukan?” Anak kedua itu menjawab “karena ayah berpesan saya tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke kantor sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari tenggelam. Saya juga menjalankan nasehat ayah yang kedua untuk tidak menagih hutang maka dalam bisnis saya selalu meminta pembayaran cash dan tidak memberikan pinjaman”.
Sang ibu kemudian berkata “nasehatnya sama tetapi ternyata nasibnya berbeda, karena cara berpikir dan bertindaknya berbeda”.
Semoga Anda termasuk orang yang berpikir dan bertindak tepat saat menerima nasehat.
Salam Sukses Mulia
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Trainer