Di penghujung akhir bulan Juni 2021, diantara ribuan berita yang beredar, ada tiga berita menarik yang bisa kita simak. Pertama, Bank BNI menutup 96 kantor cabangnya pada tahun ini. Kedua, Maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air menawarkan pensiun dini kepada karyawannya. Ketiga, Hero group akan menutup seluruh Giant Supermarket pada Juli 2021.
Akumulasi dari triple distruption yaitu digital, millennial dan pandemic ditenggarai menjadi penyebab banyak organisasi bisnis termehek-mehek, bahkan bangkrut. Contoh teranyar adalah 3 raksasa bisnis yang saya sebutkan di atas. Dugaan saya, aka ada beberapa perusahaan yang juga akan melakukan perampingan bahkan penutupan di tahun ini.
Saya menjadi semakin yakin dengan pendapat Rupert Murdock yang mengatakan bahwa saat ini, bukan perusahaan yang besar mengalahkan yang kecil, namun yang cepat mengalahkan yang lambat. Dampak dari lesunya pertumbuhan bisnis tentu berdampak kepada nasib banyak orang. Dalam kondisi seperti ini, menurut saya ada dua hal yang wajib dimiliki oleh seseorang agar bisa tetap eksis bahkan bertumbuh, yaitu growth mindset dan resilience.
Istilah growth mindset dipopulerkan oleh seorang pakar bernama Carol S. Dweck, Ph.D. Intisari dari pendapat Psikolog asal Stanford University ini adalah seseorang yang ingin menjadi pemenang ditandai dengan selalu menghadirkan tantangan baru, belajar ilmu baru yang dibutuhkan masyarakat, senang mendapatkan feedback dan tidak takut menghadapi hambatan dalam hidupnya.
Orang-orang yang memiliki growth mindset inilah yang siap menghadapi triple distruption. Sementara orang yang fixed mindset, merasa tidak sanggup atau tidak perlu berubah, bersipalah untuk tersingkir dari kompetisi kehidupan, kata anak saya “nyungsep”. Semoga saya dan Anda termasuk yang growth mindset.
Selain growth mindset, siapapun yang ingin tetap eksis di era sekarang, perlu juga memiliki jiwa yang resilience, tahan banting. Beberapa ahli sudah melakukan riset berkaitan dengan resilience. Apabila saya rangkum, setidaknya ada 4 hal utama yang wajib ada dalam diri seseorang yang ingin memiliki jiwa resilience.
Pertama, memiliki spiritual yang kuat. Thomas J Stanley (Georgia State University) melakukan riset tentang orang-orang sukses di dunia. Ia memasukkan unsur spiritual yang kuat menjadi salah satu dari faktor penentu sukses seseorang. Saat semua terlihat lebih sulit dan berat, seseorang yang yakin akan pertolongan Tuhannya, maka apa yang dihadapinya menjadi kecil dan ringan, karena Tuhan Yang Maha Besar.
Saya menjadi lebih paham mengapa di dalam agama Islam, ibadah sholat wajib didahului dengan Allahu Akbar, yang bermakna semuanya kecil yang besar hanya Allah swt.
Kedua, acceptance. Perasaan menerima dan mengambil hikmah atas semua kejadian yang terjadi akan meningkatkan daya tahan seseorang. Apapun kejadian yang datang kepada kita adalah sesuatu yang baik bagi kita, berdamailah dan terimalah kejadian tersebut.
Apabila dikaitkan dengan yang pertama, bisa diungkapkan dengan kalimat seperti ini: Apabila hidup sesuai rencana, saya bahagia. Bila rencana sudah disusun matang namun harus ditinggalkan karena tiba tiba ada hal lain yang juga penting, saya lebih berbahagia. Mengapa? Karena yang pertama adalah pilihan saya, sementara yang kedua adalah pilihan dari Sang Maha Tahu. Dia tahu apa yang terbaik buatku.
Ketiga, bersyukur atas semua karunia. Hal-hal yang patut disyukuri, bukan hanya apa yang sudah kita punya. Namun juga sesuatu yang terkoneksi dengan kita. Boleh jadi hal itu adalah sahabat, saudara, relasi atau apapun yang bisa saling menumbuhkan.
Orang yang mudah bersyukur biasanya orang yang fokus kepada hal-hal yang positif, membahagiakan dan mengasyikkan. Dan menariknya, menurut riset yang dilakukan oleh Profesor Richard Wiseman (University of Hertfordshire), orang-orang yang bersyukur, hidupnya akan dipenuhi banyak keberuntungan.
Keempat, olah raga. Ternyata, olah raga bukan hanya menyehatkan fisik. Berbagai riset termasuk para ilmuwan dari dari University of Maryland menunjukkan bahwa orang-orang yang rajin berolah raga ternyata mentalnya lebih sehat dan lebih bahagia. Mengapa? Karena saat olah olah raga banyak hormon-hormon baik di dalam tubuh bekerja lebih aktif dan hal itu mempengaruhi kesehatan otak dan jiwa orang tersebut.
Semoga, 4 hal tersebut di atas ada dalam daftar rutin kegiatan harian Anda sehingga Anda termasuk orang-orang yang resilience dan siap menghadapi triple distruption yang sekarang sedang terjadi. Ada khan?
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
Inspirator SuksesMulia