Usai memberikan seminar ON Parents di Yatim Mandiri Ahad, 01 September 2013, badan saya menggigil. Selain itu, batuk dan sakit tenggorokan juga semakin menyiksa. Dengan kondisi seperti ini, saya memutuskan istirahat di rumah.
Saat istirahat, Senin sore esoknya, saya mendengar kabar ibunda ustadz Yusuf Mansur meninggal dunia. Saya berniat takjiah, namun anak saya melarang, “Bapak belum sehat, istirahat saja dulu di rumah.” Saya menuruti nasihat anak saya.
Ternyata, saat kita sakit kemudian menerima berita duka cita itu memberi pelajaran yang sangat dalam dan berarti. Ketika itu saya merenung, “Bagaimana apabila setelah ibunda Yusuf Mansur dipanggil, giliran saya yang dicabut nyawanya? Apakah bekal saya sudah cukup? Apakah saya bisa memeluk Sang Nabi di akhirat nanti? Kewajiban apa yang belum saya tunaikan? Adakah hutang yang belum saya bayar?”
Setelah melalui proses perenungan satu malam, Selasa pagi saya teringat bahwa ternyata saya masih punya hutang yang lumayan besar dan belum saya lunasi. Saya lupa karena selama ini orang tersebut tidak pernah menagih kepada saya. Memang dulu saya pernah terjebak hutang kepada banyak orang hingga ada yang terlupa untuk membayarnya.
Menyadari kelalaian itu akhirnya saya angkat telepon kepada si pemberi hutang. Saya meminta maaf atas kelalaian saya dan saya meminta nomor rekening agar saya bisa segera membayar hutang. Jawaban yang saya peroleh, “Mas Jamil gak usah transfer, uangnya buat mas Jamil dan anak-anak yang kuliah di Jerman. Kebaikan yang saya peroleh dari mas Jamil jauh melebihi hutang mas Jamil kepada saya.”
Sesaat saya tak bisa bicara, bulu roma saya merinding, air mata menetes perlahan di pipi. Usai menutup telepon, saya mendoakan orang itu dan mengadu kepada Allah, “Ya Allah, betapa banyak nikmat yang Engkau berikan kepadaku walau masih sangat sedikit kebaikanku. Masih sedikit amal sholehku. Aku malu kepada-Mu.”
Saat saya sedang menikmati suasana itu, ada panggilan telepon dari nomor yang tidak saya kenal. Ternyata telepon dari KBRI di Mesir yang mengundang saya untuk berbagi inspirasi di sana. Kebahagian tentu semakin bertambah karena Mesir memang salah satu negara yang sudah lama ingin saya kunjungi.
Sungguh hidup ini indah dan penuh misteri. Pada awalnya saya mengingat mati namun yang saya peroleh justru rezeki yang tiada terduga sama sekali.
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
24 comments On Mengingat Mati Justru Dapat Rezeki
pagi yang kerennn…membaca artikel kakek pagi-pagi adalah juga rezeki tersendiri… otak jadi lebih seger lagi… impian juga jadi tambah lagi” selain ke turkey juga pengen ke mesir… kalo kakek bisa, saya juga pasti bisa, karena GustiAllah nya sama, cara berdOanya juga sama: bismillah… makasih ya Kek, pagi=pagi sudah ngasih rezeki seberlimpah ini… Ruarrrbiasaaa… kerON
Mas Minggu-Selasa kalau di Jogja saya titip jagoan saya. Tolong dibekali mental wirausaha sebelum kembali ke Jerman ya. Salam SuksesMulia
Subhanallah…..
Semoga Allah msih memberi saya waktu,umur,rejeki, untuk melunasi hutang2 di dunia agar kelak tenang di Akhirat. Aminnnn
Subhanallah…
Dengan mengingat kematian ternyata banyak hal yang harus kita selesaikan..
Allah emang memberikan kita rizki dgn cara yang tdk terduga2 dan dr tmpt yg tak disangka2,semoga cepat sembuh dan diberikan keberkahan setiap langkahnya kek..:)
Aamiin YRA. Terima kasih doanya mbak
Sebuah renungan dan pelajaran yg baik. Situasi dan keadaan hanya milik Allah. Ya Allah ampuni dosa2 kami. Terima kasih kek. Smoga suksesmulia bawa berkah manfaat di manapun termasuk besok di Mesir. Doakan juga smoga anak2 sy terkabul hajatnya utk bisa ke Mesir.
Langsung kirim doa mas, salamku untuk anak-anak
Semoga babeh cepet kembali bugar supaya bisa memberikan motivasi segar utk orang2 yang akan sukses berkibar dan dapat rizki yang semakin membesar serta amal yang terus tersebar..Amiin YRA
Salam kangen beh, salam SuksesMulia *peluk
Tengkyu mas. Pagi ini sudah segar koq
subahanallahu, pagi hari disuguhi materi ttg kematian dan pentingnya membayar hutang. semoga kebaikan dan menyertai kita semua. aaamiiin YRA
Subhaanallaah… Luar biasa inspirasinya. Sarapan pagi yg bikin saya terlecut dan tersadarkan… Terima kasih, guru… 🙂 Semoga semakin Fit dan terus menebar energi positifnya…
Menu sarapan pagi yg sangat menginspirasi…. Salam sukse mulia..
Alhamdulillaah, dengan nikmat-Nya sempurnalah segala bentuk kebaikan.
Mau mengunakan harta,menerima harta yang haram (ga jelas)akan memperburuk keadaan.maka jauhkan dan tanamkan bahwa ada rejeki yg halal di sebar di bumi ini.Kematian membuka jalan pada kebaikkan,kesiapan untuk hidup yg kekal sesungguhnya yakni Akhirat.KerON
Kalau ingat mati saya ingat tag line kami #now4tomorrow.
Apa yang kita rasakan esok adalah akibat dari pilihan kita hari ini.
Jazakallah kek Jamil.
Salam Sukses Mulia.
kebetulan sedang tidak ada acara Kek… karna konser hanya saya batasin Jumat dan Sabtu… jadi, Minggu hingga Selasa benar-benar menikmati kedamaian kota Yogya yang inspiratif… hehe… welcome to NewYorkyokarto near JerMan *jejere kauman…
alhamdulillahh…
selalu bersyukur dan interospeksi diri,,,,
Mengingat Mati Justru Dapat Rezeki,
Subhanalloh… keren itu …
terharu bacanya..nda terasa berkaca-kaca..
“Ya Allah, betapa banyak nikmat yang Engkau berikan kepadaku walau masih sangat sedikit kebaikanku. Masih sedikit amal sholehku. Aku malu kepada-Mu.” —> Doanya sukaaa bangets pak
Serasa diingatkan kembali. terima kasih ya pak jamil
AhamduliLLAH…
Subhanallah,, sy juga termasuk org yg sedang dberi nikmat pak, suami, anak yg sehat juga rezeki yg dlancarkan,,, tp sy pernah dan skrg sedang menyakiti seseorang, dan dsetiap sholat sy, sy selalu mendoaknnya agar bsa merasakn kenikmayan yg sy rasa bahkan lebih
Subhanalloh..sangat insfiratif, semoga sy bisa mengikuti nasihat kakek, menjadi pribadi yg selalu mengingat mati, shngga ketika kita mau berdosa sekecil apapun tdk jadi melakuannya, tetapi ketika kita berbuat kebaikan, kita belum merasa cukup, & ingin terus berbuat baik.. sbg bekal di alam barzah dan akhirat kelak… amiin..thanks pa jamil
Sangat Inspiratif, selalu saya termotivasi dan tergugah kesadaran saya ketika membaca artikel mas Jamil. Thanks my brother.