Pernah kah Anda merasa terganggu, oleh orang yang suka bolak-balik menerima telepon, ketika mengikuti rapat atau pelatihan? Ini adalah pemandangan yang umum bisa kita saksikan, ketika rapat itu dihadiri oleh para pimpinan atau orang yang ngaku penting. Terus terang bagi saya ini adalah keadaan yang sangat mengganggu.
Ketika saya menyelenggarakan pelatihan, setelah penjelasan program, tujuan pelatihan, dan perkenalan, biasanya saya mengajak peserta untuk membuat kontrak belajar. Dalam kontrak belajar,diantara yang kita sepakati, bahwa telepon seluler harus di nonaktifkan. Anda bisa membayangkan, betapa kacaunya kelas, kalau semua telepon berbunyi. Ada peserta yang sibuk, bulak balik keluar masuk ruangan, untuk menerima telepon. Itu pasti namanya bukan kelas sebuah pelatihan lagi, melainkan “bursa efek” perburuhan hahahaha.
Dalam penyelenggaraan sebuah pelatihan, panita penyelenggara biasanya sudah menentukan kareteria peserta yang sesuai dengan jenis pelatihannya. Sudah mempersyaratkan, bahwa peserta harus mengikuti kelas secara runtun, penuh waktu, selama pelatihan berlangsung. Jadi seharusnya orang-orang yang datang ke pelatihan, sudah siap dengan persyaratan dan kondisi yang sudah dijelaskan tadi.
Kalau mereka orang-orang penting di tempat kerja atau di organisasinya, selayaknya mereka sudah mendelegasikan tugas dan pekerjaan kepada staf atau orang kepercayaannya, selama dia tidak berada di kantor. Itu lah pada umumnya, mengapa dalam struktur organisasi ada orang yang diberi jabatan wakil, ketua, sekretaris, bahkan diberikan staf full time, sepanjang hari.
Pemimpin yang cerdas, pasti tidak akan membawa-bawa pekerjaannya ke mana-mana. Tidak akan membawa stempel organisasi ke tempat-tempat yang dia kunjungi, dalam aktivitas hidupnya. Tidak akan membawa-bawa kop surat organisasi, tidak akan membawa pasword komputer kantor ke mana-mana. Pemimpin cerdas akan pergi kemana-mana, mengunjungi tempat-tempat penting, orang-orang penting untuk mengembangkan organisasinya.
Dengan meletakan pengaruhnya di kantor, di pelupuk mata para stafnya, dalam pikiran dan hati mereka, dalam bentuk tanggungjawab dan kewibawaan. Yang membuat seluruh stafnya rela dan ikhlas mengerjakan tugas-tugasnya, tanpa harus melihat wujud fisik pemimpinnya. Pemimpin yang menerima telepon bolak-balik keluar masuk ruang pertemuan, pada saat mengikuti kegiatan diluar kantor, bukanlah orang penting, dia adalah seorang pemimpin yang gagal!
Pengalaman saya, tentang kondisi “krodit” sebuah kelas pelatihan, gara-gara peserta sibuk BBM-an, SMS-an dan sibuk bolak-balik nerima telephon, karena peserta bergaya sok orang penting. Ternyata pernah ditemui juga dalam kelasnya pakar pelatihan, sang maestro Jamil Azzaini. Saya mengetahui,bahwa hal serupa pernah dialami oleh beliau, ketika saya membaca bukunya “MAKELAR REZEKI” saya membaca bagian ini, serasa dipertemukan dengan kawan senasib, tapi beda peruntungan hehehehehe.
Cerita pak Jamil Azzaini tentang kasus serupa “Saya sedih bila saat orang ikut pelatihan saya, ada yang keluar masuk menerima telepon. Ketika saya bertanya, mengapa sering mengangkat telepon saat training, mereka menjawab seolah orang penting, “Biasa, pak, urusan kantor. Anak-anak di kantor kelabakan bila saya tinggal pergi pelatihan atau keluar kota.
“Maka kemudian saya jawab, “Anda pemimpin yang gagal. Pemimpin yang baik adalah saat dia pergi, urusan kantor bisa tetap berjalan normal. Anda telah gagal mendelegasikan tugas. Anda sok penting, padahal anda bukan pemimpin cerdas. Yang lebih utama dari seorang pemimpin adalah kerja cerdas, bukan kerja keras. Dan itu bisa terjadi bila Anda piawai melahirkan orang-orang hebat yang siap menggantikan Anda saat Anda sedang tidak berada di tempat” (MAKELAR REZEKI #58 alenia 2)
Oh ternyata, selama ini saya juga suka sok penting, padahal bukan orang penting sama sekali hehehehehehe, jadi malu, kalau ingat suka BBM-an saat lagi rapat. Padalah sikap menganggap penting diri sendiri itu, sama artinya dengan mengabaikan orang lain, dan pastinya bisa menyinggung perasaan orang yang jadi trainer atau pemimpin rapat loh. Dan yang paling pasti, kita akan menjadi orang paling tidak tahu apa-apa, karena tidak mendapatkan apa-apa dari acara rapat atau pelatihan yang kita ikuti.
Jika kehadiran kita di tempat acara, dengan menggunakan nama organisasi, bahkan menggunakan uang organisasi, sejujurnya tindakan itu sangat tidak terpuji dan merugikan orang lain. Dan kita bukan hanya pemimpin gagal, melainkan pemimpin yang tidak memiliki intergritas sama sekali.
Wallahu’alam Bissowab………….
Semoga tulisan ini bisa mengembalikan kita ke jalan yang seharusnya kita tempuh, menjadi pemimpin yang cerdas dan ikhlas, untuk hidup #SuksesMulia.
Lilis M. Usman