Tahun 2018 hampir berakhir, saya buka lagi “Proposal Hidup” yang saya buat diawal tahun dan tentu melakukan evaluasi kinerja semua bisnis yang saya punya. Hasilnya sungguh mengejutkan, pencapaian target bisnis-bisnis saya secara umum tidak lebih dari 70 persen. Dan yang lebih parah, pencapaian target-target pribadi hanya sekitar 50 persen.
Mengapa saya beranggapan ini mengejutkan, karena saya merasa sudah menggunakan dan menerapkan ilmu bisnis terbaru yang saya pelajari. Saya juga merasa bekerja lebih keras dibandingkan tahun sebelumnya tetapi hasilnya justeru lebih buruk dan sangat tidak sesuai dengan harapan.
Secara profesional, saya dan tim melakukan evaluasi, banyak pelajaran dan hikmah yang saya petik untuk perbaikan tahun depan. Dunia berubah begitu cepat, sementara kami berubahnya relatif lambat. Terlalu sibuk dengan rutinitas dan pekerjaan-pekerjaan teknis dan abai terhadap hal-hal yang lebih strategis. Secara profesional, kami sudah menetapkan langkah-langkah strategis untuk tahun 2019.
Saya pun melakukan perenungan secara spiritual, “mengapa saya sudah merasa bekerja lebih keras namun targetnya justeru jauh dari rencana, baik dalam bisnis maupun kehidupan pribadi?” Dalam perenungan itu, sampailah saya kepada sebuah hadist riwayat Ath Thabrani:
“Barangsiapa yang bangun di pagi hari namun hanya dunia yang ada di pikirannya, sehingga seolah-olah dia tidak melihat hak Allah dalam dirinya, maka Allah akan menanamkan empat penyakit dalam dirinya: kebingungan yang tiada putusnya, kesibukan yang tidak ada ujungnya, kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan keinginan yang tidak tercapai”.
Hadist ini saya baca berulang-ulang, dan pada akhirnya saya merasa hadist ini ditujukan kepada saya. Ya, pekerjaan saya tidak tuntas tuntas, sibuk yang tidak ada ujungnya hingga kehilangan moment-moment penting seperti tidak bisa menghadiri undangan pernikahan, melayat saat ada yang meninggal, tidak bisa memenuhi undangan saudara dan tetangga.
Bukan hanya itu, saya juga mengalami kebingungan mencari akar masalah dari beberapa masalah yang saya hadapi. Dan semua itu akhirnya berujung kepada “keinginan yang tidak tercapai” atau dengan kata lain target pribadi dan target bisnis yang tidak sesuai harapan.
Astaghfirullah…astaghfirullah….astaghfirullah
Memikirkan dunia lebih dominan dibandingkan akherat, itulah pangkal mengapa target tidak tercapai, berbagai persoalan tidak tuntas, sibuk gak jelas, merasa selalu kurang. Rasulullah sudah mengingatkan melalui hadist yang diriwayatkan At-Tirmidzi:
“Barangsiapa yang obsesinya adalah akherat, tujuannya akherat, niatnya akherat, cita-citanya akherat maka dia mendapatkan tiga perkara: Pertama, Allah menjadikan kecukupan di hatinya. Kedua, Allah mengumpulkan urusannya. Dan ketiga, dunia datang kepada dia dalam keadaan hina (dunia datang sendiri kepada kita tanpa perlu dikejar)….”.
Jleb…jleb…jleb…
Perenungan spiritual itu menampar saya dan sekaligus menyadarkan saya. Semoga juga memberi inspirasi bagi Anda.
Untuk itu, mari susun rencana pribadi, rencana bisnis dan rencana kerja pada tahun 2019 dengan melibatkan Allah dalam semua prosesnya. Akherat jauh lebih penting, akherat jauh lebih prioritas, akherat adalah tujuan utama, namun tetap melakukan yang terbaik urusan dunia kita. Urusan dunia kita menjadi bekal untuk pulang ke kampung akherat. Mau banget khan?
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
6 comments On Mengapa Target Tidak Tercapai?
Dunia dan akhirat adalah 2 alam yg paralel. Apapun yg dilakukan di dunia, akan berimplikasi akhirat ya…semua urusan dunia adalah urusan akhirat jg. Dunia spt ‘pitstop’ dari perjalanan maha panjang. Pistop ini sangat menentukan keberhasilan seluruh perjalanan, walaupun durasi pistop ini benar2 sebentar. Spt musafir yg rehat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan…
Top banget mas Jamil, ternyata menghendaki dunia saja balasannya neraka, (al isra’ 18-21) astaughfirullah
Mau pake banget banget
Matur nuwun pak Jamil…..
Nampol banget buat saya juga….
Rasane…. Mak jleb,…….. Astagfirullah .,…. Duh Gusti nyuwun pangapuro…..
Doa saya.,.. semoga pak Jamil panjang umur dan senantiasa menebarkan manfaat…. Aamiin
Pak Jamil,
Bagus tulisannya. Sangat introspektif. Semoga Pak Jamil, keluarga dan kita semau selalu ada dalam lindungan Alloh SWT. Aamiin
Betul pak jamil
Tulisan bpk, serasa menampar saya juga