Sejak dua tahun terakhir ini, banyak leader yang datang kepada saya berkonsultasi tentang keluarga. Mereka yang datang berkonsultasi secara financial sudah lebih dari cukup, berumah tangga sudah cukup lama, selama ini kehidupan rumah tangganya merasa baik-baik saja, namun mengapa akhirnya salah satunya mengajukan gugatan cerai?
Menurut Anda, apa kira-kira penyebab utama perceraian mereka? Mungkin sebagian Anda menjawab, selingkuh, hadirnya orang ketiga, dan sejenisnya. Ternyata, itu semua hanya efek atau akibat. Penyebab utamanya bukan karena itu. Lantas karena apa?
Ditilik dari proses kehidupan yang mereka jalani, ditambah rujukan dari berbagai literatur dan riset yang dilakukan para ahli yang saya baca serta pengalaman banyak orang, saya menyimpulkan bahwa ada tiga penyebab utama perceraian.
Pertama, terlalu sering mengkritik pasangan. Tentu kita menyadari bahwa kehidupan itu bervariasi, tidak semua hal harus sesuai dengan pendapat atau pandangan kita. Namun terkadang, tanpa disadari ada beberapa orang sering mengkritisi hal-hal yang berbeda yang dilakukan oleh pasangan hidupnya, bahkan untuk hal yang sepele pun dikritisi.
Masakannya dikritisi, pakaiannya dikritisi, cara membawa mobilnya dikritisi, aktivitasnya dikritisi, cara tidurnya dikritisi, penampilannya dikritisi. Hampir semua hal dikritisi, seolah-olah yang dilakukan pasangan hidup selalu kurang dan tidak ada baiknya. Hal ini sepertinya terlihat kecil, namun sejalan dengan pepatah “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit” akhirnya luka hati yang dikritisi semakin dalam.
Kedua, terlalu sering merendahkan pasangan. Setiap orang pasti punya pengalaman, sejarah, pilihan, kegiatan dan latar belakang yang terkadang keliru. Ternyata, banyak orang yang menjadikan hal itu sebagai sarana untuk merendahkan atau meremehkan pasangannya.
Pernyataan “gendut loe, kayak angka nol”, “dasar norak,” “dari dulu bodoh koq dipelihara” dan olokan-olokan yang sejenisnya sering muncul dalam kehidupan rumah tangga. Boleh jadi awalnya bercanda atau diniatkan untuk menghidupkan suasana. Namun ternyata, hinaan ini bisa merasuk ke alam bawah sadarnya dan membuat yang dihina merasa inferior dan sang penghina semakin superior.
Ketiga, anti nasehat atau kritik. Secara naluriah, manusia saat “diserang” pasti akan membela diri. Namun ternyata, membela diri yang berlebihan apalagi disertai serangan balik adalah salah satu pemicu perceraian. Saat ada pasangan yang menasehati “hargai waktu, jangan terlalu sering nonton drama Korea” maka sang penerima nasehat segera merespon “iya, kamu juga harus menghargai waktu, jangan main game melulu.” Serangan-serangan balik sejenis inilah yang menurunkan drastis rasa cinta dalam diri seseorang.
Apabila ketiga hal ini sering dilakukan, maka dalam jangka waktu tertentu gugatan perceraian akan segera datang. Mengapa? Karena pasangannya telah kehilangan rasa untuk mencintai, pasangannya merasa kurang berarti, pasangannya merasa bisa lebih bahagia saat tidak bersama dengan orang yang selama ini mendampinginya.
Kabar baiknya, “virus” perceraian ini ada “vaksinnya”, keutuhan keluarga masih bisa diselamatkan, keharmonisan dan kebahagiaan masih bisa diciptakan. Bagaimana caranya? Tunggu tulisan saya berikutnya di www.JamilAzzaini.com
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini