Pekan lalu, bagian marketing di perusahaan saya curhat kepada saya, “Pak, kita kalah tender di kementerian. Kalahnya tidak masuk akal. Pemenangnya perusahaan abal-abal yang tidak punya reputasi di dunia training. Sakitnya itu disini pak [sambil nunjuk dada]. Kalau kalah sama perusahaan setara saya happy saja, pak. Tapi ini kalah sama perusahaan gak jelas.”
Saya pun menjawab, “Tenang saja, gak boleh buruk sangka, namanya rezeki gak ketukar. Itu pelajaran buat kamu agar terus belajar dan bisa meyakinkan orang lain. Dan ingat ya, tidak semua orang di kementerian itu ‘nakal’. Buktinya kita masih dapat order melalui cara yang bersih dari Kementerian Keuangan dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).”
Faktanya, memang masih banyak orang yang tidak memperdulikan halal dan haram ketika memperoleh harta. Padahal, bila cara memperoleh hartanya tidak benar alias kotor boleh jadi memang hartanya bertambah tetapi nikmat hartanya tidak bisa ia dapatkan. Kaya tapi hatinya hampa. Hartanya menjadi sumber masalah bagi dirinya dan anggota keluarga yang ikut memakannya.
Saya jadi teringat sabda nabi, “Seseorang itu terhalang dari rezeki karena dosa yang dilakukannya.” (HR. Ahmad). Makna “terhalang” itu berarti selalu kekurangan rezeki alias rezeki tidak mau mendekat. Bisa juga bermakna terhalang dari nikmatnya rezeki yang diperoleh.
Hadits tersebut menjadi bahan perenungan buat kita. Bila rezeki kita seret alias susah, boleh jadi karena banyak dosa yang kita lakukan. Mungkin sebagian Anda ada yang berpikir, “Saya bersih koq, gak pernah maksiat.” Nah, bukankah perasaan merasa suci itu merupakan kesombongan? Dan, kesombongan itu juga dosa yang harus kita jauhi.
Sementara bagi pelaku dosa atau koruptor yang hartanya semakin berlimpah dan semakin kaya, dia akan terhalang dari nikmatnya rezeki. Boleh jadi ia selalu gelisah dengan kekayaannya, khawatir berkurang, khawatir hartanya hilang dan munculnya kekhawatiran lain yang semakin banyak.
Atau, bisa jadi, hartanya menjadi sumber masalah bagi anggota keluarganya. Anggota keluarganya menggunakan harta itu untuk maksiat yang lain. Merusak dirinya, mencoreng nama baik keluarganya dan merepotkan anggota keluarga yang lain. Saat diwariskan kelak, boleh jadi menjadi sumber perpecahan dan permusuhan antar anggotan keluarga. Ngeri.
Mari terus memperbaiki diri agar terhindar dari gelimang dosa. Dan, hal yang paling menakutkan adalah kita bergelimang dosa namun tidak menyadari. Nah, kesulitan rezeki dan tidak bisa merasakan nikmatnya rezeki merupakan alarm agar kita untuk segera introspeksi diri, “Jangan-jangan banyak dosa yang sudah kita perbuat.” Mohon ampun dan segeralah perbaiki diri.
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
15 comments On Mengapa Rezeki Tak Bertambah?
Terima kasih atas nasihat dan renungan paginya..Kek…Semoga selalu menjadi pencerah bagi orang2 di skitar
Trims sdh mengingatkan kek 🙂
Berusaha untuk menjdi lebih baik lgi 🙂
Terimakasih kek… Renungan pagi yang sangat bermanfaat
Alhamdulillah
Trimaksih inspirasinya pak..
Salam sukses mulia dunia dan akhirat
^_^
Benar Kek, TERIMAKASIH INSPIRASINYA..Mak Jleb
Ya Allah berilah hambamu ini kekuatan untuk mnghndari dosa2
Makasih kek jamil tas artikelx
Λάmΐΐπ Yάªª Ŕõßßǻl Ąlάmΐΐπ… 🙂
Gak dilaporin KPK aja kek, biar diusut…
makasih kek ,, tulisanya selalu bikin hati tenang dan introspeksi diri @antingedrop
Makasih mbah…….salam pagi sukses mulia
alhamdulilah dapat tausiyah yg poll jleb manfaat. satu lagi yg penting : Kementerian Keuangan in sya Allah sdh di reformasi kek, urusan tender tentu profesional. trm kasih kek Jamil
Terima kasih mengingatkan Pak jamil… Semoga kita senantiasa menjadi Insan yg TERBAIK dari waktu-waktu yang sebelumnya…
Terima kasih sudah mengingatkan kembali Pak,…Astaghfirullah al adzhim,…Ampuni hamba ya Rabb,…Semoga Sukses dan penuh barokah selalu Pak.
Mau ikut wbt tapi masih belum ada modal