Mengapa kau mengeluh rezekinya sempit, padahal pekerjaan yang kau lakukan kualitasnya memang hanya “recehan” dan kau terjebak pada rutinitas yang menjemukan? Rezeki memang datang dari Allah tetapi bagaimana agar rezeki datang kepadamu dengan deras, tugasmulah yang menciptakan jalannya.
Jangan berharap sesuatu yang besar bila nyalimu kecil, pekerjaanmu tak berkualitas dan kau tak berani melakukan terobosan.
Mengapa kau mengeluh banyak hutang, padahal itu ulah perilakumu yang lebih mengedepankan keinginan dari pada kebutuhan? Lebih mengedepankan gengsi dibandingkan esensi. Lebih mengedepankan pujian orang daripada menata dan memperbaiki kehidupanmu.
Mengapa kau mengeluh karir atau bisnismu stagnan, bukankah itu akumulasi dari perilakumu selama ini? Kerja asal kerja, bisnis asal bisnis. Sesuatu yang dilakukan asal-asalan hasilnya merugikan. Terlihat kerja tetapi menyiksa. Terlihat sibuk tapi tak menghasilkan. Lelah tapi tak dapat rupiah. Lelah tapi tak tercatat sebagai ibadah.
Mengapa kau mengeluh ini dan itu padahal perilakumu juga cuma ini dan itu. Tahu diri dong kalau mau ngeluh. Semua yang terjadi itu karena ulahmu. So, mengapa kau harus mengeluh? Bukankah itu berarti “menepuk air di dulang terpercik muka sendiri?”
Mengeluh itu manusiawi tetapi bila terlalu banyak mengeluh itu artinya hidupmu sedang jatuh ke dasar bumi.
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di FB
9 comments On Mengapa Mengeluh?
Nge-jleb kek tulisan pagi ini_ #paskenadihati
jd ga jd ngeluh nih kek..
Jazakallah.. ^_^
Astagfirullah.. 🙁
Jlebb banget deh pagi-pagi…
bagus
Setuju P Jamil….mengeluh tidak menyelesaikan masalah .
Selalu berusaha mencari solusi..solusi dan solusi ..:)
sangat menohok bgt, mengeluh boleh, tapi mesti rajin bercermin diri tiap hari ya om ^^
wow…sangat menusuk kek..sakitnya tuh disini…ayo taubat.. jangan cuma mengeluh..jadilah the winner..
jleb jleb jleb. .menghujam …menghantam sang pengeluh..tararengkyu kek jamil