Mendengar tapi Tidak Mendengarkan

Share this

Jalan kebahagiaan itu berlimpah. Dua hari ini, saya mendapat banyak kebahagiaan. Setidaknya ada tiga kebahagiaan utama yang saya dapatkan. Pertama, hari Senin Kubik Group mengadakan buka puasa bersama. Para trainer, coach, konsultan, fasilitator dan karyawan Kubik Group melebur menjadi satu dalam rangkaian acara yang kreatif, fun dan inspiratif. Seratus lebih orang yang hadir sangat menikmati acara itu.

Kubik1Kebahagiaan kedua, Senin malam hingga menjelang subuh saya mendapat curahan ilmu yang berlimpah dari banyak guru. Walau diskusi malam hari, tak ada rasa kantuk yang menghampiri. Sungguh nikmat, berada di sekitar orang baik yang berilmu dan rendah hati. Rasa bahagia mengalahkan rasa kantuk yang biasanya datang di heningnya malam.

Kebahagiaan ketiga, selama dua hari full (Senin-Selasa) saya mengikuti pelatihan coaching di kantor saya. Pesertanya adalah para trainer, coach, konsultan, fasilitator dan para pimpinan di Kubik Group. Tiga coach kami yaitu Fauzi Rachmanto, Andra Donatta dan Dewi Ashuro memandu kami dengan sangat baik, sehingga kami mendapat banyak pembelajaran yang sangat berkelas dan membekas. Meski Senin malam saya tidak tidur tapi hari kedua pelatihan (Selasa), saya bisa menikmati acara ini dengan penuh kosentrasi tanpa kantuk yang mengganggu

Setiap orang, pasti mendapat banyak manfaat dari acara yang digagas Kubik Training Akademi ini. Saya juga mendapat banyak “tamparan” di acara ini. Salah satunya adalah ternyata selama ini saya merasa senang mendengar tetapi ternyata sesungguhnya saya belum mendengarkan.

Ada lima level mendengarkan. Level yang paling rendah adalah “waiting to speak”, terlihat mendengarkan tetapi sesungguhnya hanya menunggu untuk mendapat giliran bicara dan mengabaikan apa yang disampaikan pembicara.

Baca Juga  Pelajaran Dari Pesta Khitanan

Satu tingkat berikutnya, lebih baik dari yang pertama, adalah “giving our experience”. Pada level ini, sang pendengar “mendikte” lawan bicaranya dengan pengalaman dan ilmu yang dimilikinya.

Level ketiga, “giving advice”. Pendengar mulai aktif memberi nasihat kepada lawan bicaranya.

Level keempat adalah “asking for more”. Pada level ini, pendengar mengajukan pertanyaan susulan yang sudah disampaikan lawan bicara. Jawaban lawan bicara akan disusul dengan pertanyaan baru untuk dikembangkan.

Dan level tertinggi adalah “intuitive listening”. Pendengar mengaitkan jawaban lawan bicara dengan pertanyaan yang fokus kepada value lawan bicara, membuka cakrawala dan kesadaran baru. Pendengar yang benar-benar mendengar sekaligus ingin memberdayakan lawan bicaranya akan berusaha berada pada level empat dan lima.

Anda juga ingin mendengar yang benar-benar mendengarkan? Berlatihlan mendengarkan untuk bisa berada level empat dan lima, mulai sekarang. Mau?

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
7 - 4 = ?
Reload

Site Footer