Memiliki Jiwa Pemenang Meski Tidak Menang

Beberapa bulan ini, anak saya Hana Fadhila Firdausi, sibuk mengikuti seleksi Duta IPB. Terkadang persiapan yang harus dilakukan hingga tengah malam dan harus memulai persiapan lagi di pagi hari. Kerena perjuangan kerasnya, akhirnya anak saya lulus di seleksi tahap 1 hingga tahap 3.

Pada seleksi tahap 4 (tahap terakhir) hari Minggu 8 November 2020 sebenarnya saya ingin menemaninya. Namun pada hari itu, saya terjadwal memberikan training online selama 4 sesi di 2 perusahaan yang berbeda. Untuk itu, saya meminta istri saya untuk menemani Hana ke kampus IPB Darmaga.

Sebelum Hana berangkat ikut seleksi, usai sholat subuh, saya masih mengajak anak saya diskusi untuk mematangkan seleksi tahap akhir. Saya memberi beberapa informasi tambahan, termasuk melatih bagaimana ia presentasi di depan anak-anak SMA dan bagaimana presentasi di hadapan dosen serta dewan juri.  

Waktu terus berjalan, menjelang pukul 17, saya mendapat pesan melalui whatsapp dari istri saya: “Pak, Alhamdulillah dek Hana tidak kepilih menjadi Duta IPB. Dia sudah melakukan yang terbaik dan sudah dipilihkan yang terbaik juga menurut Allah swt. Dia masih sedih tapi bisa menerima. Sekarang dek Hana sedang ngerjain tugas kuliah yang kudu dikumpul hari ini jam 5 sore.

Mendapat pesan seperti itu, saya mengambil nafas panjang. Membayangkan wajah anak saya Hana dan berkirim doa “Ya Allah, anakku Hana sudah membuat rencana terbaik menurutnya, namun saya yakin, rencana-Mu jauh lebih indah dan lebih baik dibandingkan rencana siapapun, berikan kekuatan dan kelapangan hati kepada buah hatiku, Hana Fadhila Firdausi.”

Saya telpon Hana untuk menenangkannya dan memberi pengertian bahwa tidak terpilih menjadi pemenang bukanlah kesalahan, bukan aib dan bukan kegagalan, tidak perlu malu, tidak perlu takut. Bisa sampai seleksi tahap empat sudah merupakan prestasi yang membanggakan. Meski Hana menyampaikan bisa menerima hasil seleksi, saya masih mendengar ada nada kecewa di dalam dirinya.

Baca Juga  Agar Rezeki Mendatangi Kita

Sesampainya di rumah, saya cium kening Hana dan berbisik “nikmati hidup, tidak terpilih maupun terpilih adalah hal yang biasa dalam kehidupan”. Setelah Hana mandi, kami ngobrol di ruang keluarga. Hana bercerita bagaimana proses seleksi berjalan. Ia menyampaikan bahwa teman-temannya yang terpilih memiliki keunggulan masing-masing. Hana berkata “mereka memang layak menjadi pemenang”.

Selama saya menyimak cerita Hana, tidak ada sedikitpun kata yang menyalahkan dosen, juri, panitia, rekan-rekannya atau siapapun. Bahkan ia sudah menyusun beberapa rencana kegiatan positif selanjutnya. Melihat fakta ini, saya berbisik di dalam hati “anakku, kau memiliki jiwa pemenang meski tidak menang.”

Sungguh saya bersyukur Hana ikut seleksi menjadi Duta IPB meski akhirnya ia tidak lulus seleksi tahap akhir. Saya yakin, ia tetap menjadi Duta IPB karena IPB sudah ada dalam hatinya.

Salam SuksesMulia

Jamil Azzaini   

1 comments On Memiliki Jiwa Pemenang Meski Tidak Menang

  • Menjadi yang terbaik tidak harus nomer satu.
    Yang harus di mengerti setiap individu punya peran masing masing.
    Berperan yang terbaik di mata Allah sesuai peran yang Allah beri.

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
10 + 1 = ?
Reload

Site Footer