Banyak para leader dari berbagai perusahaan datang berkonsultasi kepada saya. Selain perihal leadership, pengembangan diri dan pengembangan tim, diantara mereka banyak yang “curhat” tentang kehidupan keluarga mereka, khususnya pernikahan mereka. Padahal, saya bukanlah orang yang ahli dalam menangani persoalan pernikahan. Dalam situasi ini saya teringat nasehat ayah saya “kamu tidak boleh memberi nasehat ketika kamu tidak punya ilmunya, karena itu bisa menyesatkan.”
Untuk itulah, agar saya memiliki bekal ilmu saat berdiskusi dengan mereka, maka dalam lima tahun terakhir, saya juga belajar bagaimana membangun rumah tangga yang semakin bahagia, teruma mengembangkan romantisme dengan pasangan hidup. Saya ikut berbagai training, mendalami banyak jurnal dan hasil penelitian, menonton banyak video, berdiskusi dengan para ahli dan juga pelaku.
Apabila digabungkan, ada puluhan prinsip, tips dan cara untuk meningkatkan romantisme dengan pasangan hidup. Namun menurut saya, kesemuanya itu bisa diperas atau diringkas menjadi tiga hal saja.
Pertama, menikah itu saling menumbuhkan. Masing-masing pasangan perlu menyadari bahwa tujuan utama pernikahan adalah pertumbuhan, bukan kebahagiaan. Apabila tujuan utama Anda menikah karena ingin bahagia, bersiaplah untuk kecewa. Ya, kita menikah karena ingin saling menumbuhkan satu sama lain. Ilmu, wawasan, keahlian dan keterampilan masing-masing terus bertumbuh. Kebermanfaatan kepada keluarga, sahabat, lingkungan masing-masing semakin meluas. Dan yang sangat penting, masing-masing semakin larut dalam cinta kepada Sang Maha Kekasih (Allah swt).
Dalam proses pertumbuhan terkadang ada rasa sakit, kurang bahagia bahkan terkadang ada hal-hal yang sangat tidak kita inginkan. Namun apabila kita menyadari bahwa tujuan pernikahan adalah pertumbuhan, semua itu menjadi romantisme yang semakin melekatkan rasa cinta diantara keduanya. Menyadari tentang hal ini menjadikan kebahagiaan yang ada adalah kebahagiaan sejati, keluar dari lubuk hati yang terdalam, muncul karena kesadaran. Romantisme yang tampak itu orisinil, asli, alamiah bukan “topeng” berbalut kebahagiaan.
Coba renungkan sejenak: Apakah setelah menikah masing-masing dari Anda bertumbuh? Diri Anda dan pasangan Anda semakin berkembang? Kebermanfaatan Anda berdua menjadi berlipat? Anda dan pasangan Anda semakin mesra dengan Sang Maha Pemilik Cinta, Allah swt?
Kedua, Saling mengambil tanggungjawab. Masing-masing pasangan bukan hanya mengambil peran sebagai suami dan istri tetapi juga ikut bertanggungjawab atas semua proses pertumbuhan di dalam keluarga. Saat ada sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, masing-masing dengan tulus berkata “saya juga punya andil dalam masalah ini.”
Bertanggungjawab juga bermakna tidak boleh saling menghina, mencela, menyalahkan, dan melemahkan antara satu dengan yang lainnya. Bentuk lain dari saling mengambil tanggungjawab adalah bisa dipercaya dan diandalkan saat di rumah dan di luar rumah.
Apakah dalam kehidupan rumah tangga Anda saat ini, Anda sudah saling mengambil tanggungjawab?
Ketiga, Saling memberi apresiasi. Suami dan istri perlu memiliki kebiasaan saling memberi apresiasi. Pertumbuhan sekecil apapun yang terjadi patut diapresiasi dan dirayakan. Untuk memberi apresiasi yang tepat, masing-masing Anda perlu paham “bahasa cinta” pasangan Anda.
Konsep 5 bahasa cinta dikembangkan oleh penulis dan konselor bernama Dr. Gary Chapman, yang tertuang dalam bukunya The 5 Love Languages (1990). Ada orang yang bahasa cintanya melalui kata-kata. Maka pujilah dengan kata-kata positif. Ada pula yang bahasa cintanya melalui quality time, maka berilah waktu dan perhatian terbaik kepada pasangan Anda tanpa terdistraksi oleh yang lain.
Ketika Anda memiliki pasangan yang bahasa cintanya adalah “sentuhan”, maka sering-seringlah Anda menggandeng atau menggenggam tangannya, memeluknya, membelainya, dan sentuhan-sentuhan fisik lainnya. Saat pasangan Anda bahasa cintanya adalah “layanan” maka sering-seringlah Anda membantu dan melayani mereka meski untuk hal-hal yang sederhana.
Bagaimana apabila bahasa cinta pasangan Anda adalah “receiving gifts?” Gampang, berilah ia hadiah yang terbaik, spesial dan Anda tambahkan makna dalam hadiah tersebut. Hadiah semakin berarti baginya bila untuk mendapatkannya, Anda perlu perjuangan yang tidak mudah.
Nah kira-kira, apa bahasa cinta pasangan hidup Anda? Apa yang sudah Anda persembahkan kepadanya?
Apabila secara konsisten Anda memahami dan menjalankan tiga hal tersebut di atas, romantisme pernikahan Anda akan semakin membuncah. Cobalah…
Salam SuksesMulia
Jakarta, 18 Februari 2021
Jamil Azzaini
Inspirator SuksesMulia