Tanggal 24 Juni 2015 saya berkesempatan mendampingi dua pejuang sedekah muncul di acara Gestur TV One. Kedua tokoh itu adalah mas Saptuari dan Mbah Asrori. Bagi Anda yang aktif di social media tentu tahu siapa Saptuari. Dia adalah penggagas dan penggerak Sedekah Rombongan yang sudah menolong ribuan orang. Saya pernah sengaja datang ke rumahnya untuk memastikan bahwa lelaki alumni UGM ini benar-benar amanah.
Sementara sebagian Anda mungkin asing dan baru mendengar nama mbah Asrori. Saya pun tahunya karena ingin tampil bersama di acara tersebut. Saya googling dan mencari tahu siapa lelaki yang setiap Jumat membagi 150 bungkus nasi secara cuma-cuma ini. Ya, lelaki ini melakukannya rutin bukan karena ada acara terrtentu saja.
Bagi sebagian Anda mungkin berbagi 150 bungkus nasi itu hal yang biasa. Tetapi bagi saya ini sangat luar biasa. Mengapa? Ya karena lelaki ini bukanlah orang kaya raya. Dia hanya seorang guru ngaji yang penghasilannya tidak seberapa. Kedua, dilakukan rutin selama bertahun-tahun. Ketiga, ia bagi sendiri nasi tersebut dengan sepeda kumbangnya.
Generasi telah berganti, tetapi lelaki kelahiran tahun 1923 ini tetap bugar dan “cerewet” saat bercerita. Ketika saya tanya apa rahasianya awet muda dan tetap sehat? Jawabnya tegas dan mantap, “Lakukan tiga hal: Sedekah, membaca Al Qur’an dan perbanyak silaturahmi.”
Mbah Asrori tidak hanya berkata, ia telah melakukannya di dunia nyata. Setiap sore hingga malam ia mengajar mengaji. Siang hari ia gunakan untuk menebar senyum khasnya mendatangi banyak orang dan saudara (silaturahmi). Dan setiap Jumat, ia bersedekah dengan nasi bungkusnya.
Selama saya berinteraksi dengannya tiada tampak wajah yang lelah padahal ia baru datang dari Semarang sore itu. Dibalik kopiahnya tersembunyi rambut yang dicat merah. Sekali-kali ia mengenakan kacamata yang berbingkai merah. Celoteh dan ceritanya membuat kami terawa, terinspirasi, bangga dan terkadang terselip rasa malu di dalam hati, “Saya masih muda tetapi kalah gesit dengan lelaki tua.” Sangat terlihat mbah Asrori benar-benar menikmati hidupnya.
Saat ia diberi kesempatan untuk membaca Al Qur’an, merinding saya mendengarnya. Lelaki yang sudah tak punya gigi ini, ngajinya lebih fasih dibandingkan saya. Usai acara, mbah Asrori saya peluk erat-erat. Semoga aliran kebaikan yang mengalir dalam darahnya menular kepada saya. Kebiasaan sedekah, membaca Al Qur’an dan bersilaturahmi yang telah dicontohkan mbah Asrori semoga merasuk pula ke dalam pikiran dan jiwa saya. Matur nuwun mbah Asrori…
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook
14 comments On Mbah Asrori, 92 Tahun Masih Bugar
wah saya ketinggalan.. apa ada siaran ulang nya?
Di youtube ada…
Masyaallah, malunya aku
Sama… Pak
Wah langsung cari cermin kek abis baca ini
Hasilnya?
Waduh kacanya kok jadi retak kek… Hehe
ternyata saya gak ada apa-apanya Kek. malu rasanya.
Ayo mas berlomba….
Amiinn… Pak, Semoga yang baca juga ikut tertular dengan kebiasaan yang mulia ini bersedekah, membaca Al-Qur’an dan bersilaturahmi*
Aamiin yra
ikut membaca ikut mendengarkan semoga ikut juga semangat nya….mksh
manusia yg baik adalah yang panjang umur dan bermanfaat….
kek….apa kabar? semoga sehat selalu,kita pernah bertemu di cikole, foto malam2 pas kek mau turun ke bawah…sukses selalu kek..salam dari wonogiri