Tahun 2015 adalah tahun yang penuh kompetisi. Berlakunya Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) membuat persaingan di pekerjaan yang kita tekuni bertambah. Kita akan bersaing dengan orang-orang dari negara lain di negeri kita sendiri. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, kita harus bersaing dengan mereka.
Apa yang perlu kita lakukan untuk bisa memenangkan persaingan dengan mereka? Pertama, biasakan bekerja dengan skala prioritas. Di depan kita, banyak sekali pekerjaan yang perlu kita lakukan, namun waktu yang tersedia sama 24 jam. Mereka yang menang bukanlah mereka yang mengerjakan semua hal.
Para pemenang adalah mereka yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang memberikan hasil terbesar. Bukan hanya itu, ia juga mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang paling berharga dalam hidupnya. Gabungkan kedua hal tersebut, maka Anda akan menikmati persaingan sehat antar orang yang satu profesi dengan Anda.
Saat Anda menganggap bahwa pekerjaan itu berharga maka Anda sudah merasa tidak bekerja karena itu adalah jalan hidup Anda. Anda merasa senang karena Anda merasa berkontribusi untuk dunia. Orang-orang yang bekerja hanya karena mencari penghasilan, pelan namun pasti akan tersingkir dari persaingan. Mereka kalah dengan orang-orang yang bekerja karena merasa bahwa pekerjaannya itu sangat berharga bagi hidupnya.
Kedua, senang berkolaborasi. Bagi Anda yang masih bermental “aku” siap-siap Anda terlindas zaman. Saat era persaingan bebas, era-nya adalah era “kita” bukan era “aku”. Anda perlu melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak yang saling menguatkan dan saling memberi manfaat. Orang dulu bilang kerjasamanya “win-win”.
Mental “kita” tidak mungkin Anda miliki apabila Anda masih egois, mau menang sendiri, tidak terbuka dengan pendapat orang lain dan enggan berbagi. Sehebat apapun Anda, apabila di tahun 2015 Anda masih dominan bermental “aku” bersiap-siaplah kehidupan Anda semakin meredup, pudar dan akhirnya padam, tertelan zaman.
Ketiga, selalu solutif. Menurut sahabat saya, Prihapen Siregar (Alumni Akademi Trainer), penulis buku Amazing Seventh Sense, orang-orang yang solutif lebih banyak mengajukan pertanyaan “Bagaimana?” dibandingkan pertanyaan “mengapa?”. Pertanyaan bagaimana akan melahirkan banyak solusi. Sementara pertanyaan mengapa akan melahirkan banyak alasan.
Apabila selama ini Anda lebih banyak mengajukan pertanyaan mengapa, maka pada tahun 2015, perbanyaklah pertanyaan bagaimana. Setelah Anda temukan jawabannya, kerjakan atau lakukanlah temuan jawaban itu dengan cara-cara yang terbaik. Coba rasakan bedanya dan nikmati dampaknya.
Tiga kebiasaan mental ini menjadi pondasi kesiapan Anda memenangkan persaingan. Praktekkanlah, maka Anda akan memenangkan persaingan. Tentu dengan asumsi produk atau jasa yang Anda tawarkan berkualitas, strategi bisnis Anda tepat dan tim Anda solid.
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook
10 comments On Mau Menang di Tahun 2015?
trimakasih atas tips nya om jamil, tahun 2015 kata para pengamat ekonomi kabarnya adl tahun berat utk ekonomi indonesia, tapi di tengah hambatan selalu ada peluang ya 🙂
Siiip…
TRIMS, TAMBAH SPIRIT NIH…..
Praktekkan ya, hehehehe
Kek aku udah berkolaborasi dg beberapa temanku, tetapi mereka malah seperti memanfaatkan hingga aku akhrny berhenti berbisnis. Apa yg sharusny aku lakukan?
Dimanfaatkan orang itu nambah pahala dan mengurangi dosa, gak ada ruginya khan?
Luar biasa. Insya Allah do’akan saya bisa bikin usaha di tahun 2015 ini, Kek Jamil Azzaini.
Saling mendoakan ya…
assalamu’alaikum om jamil, sangat inspiratif sekali.. dan merevisi proposal hidup untuk tahun 2015, guna melejitkan mental menghadapi tahun baru ini..
Om Jamil perkenalkan nama saya wahyu msih berumur 25 thn, meskipun saya belum mengikuti training om secara langsung tapi saya selalu mengikuti lewat youtube dari bertajuk sukses mulia dan proposal hidup.
Om saya sangat tertarik dengan seminar yang om berikan sehingga membakar semangat saya dan menyadari kalo sukses itu tidak hanya punya harta yang banyak melainkan harus mulia yaitu dengan berbagi sesama. Dan yang sangat saya tertarik lagi ketika om katakan sudah mengajari anak-anak berwirausaha dari SD dan harus bisa membiayai kulyah sendiri ketika tingkat dua, bahkan saya mendengar om menikahkan putranya di umur 20 tahun dan om sendiri menikah di umur 22 tahun sangat fantastis, ini motivasi saya sehingga tangan saya mengharuskan mengetik dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada om, ; 1. Mohon share pengalamannya tentang menikah di usia muda dan sukses, dan yang ke 2. Jika kita mengajarkan berwirausaha kepada anak sejak dini bisnis apa yang cocok diberikan untuk anak ? trma ksih sebelumnya.. salam
Tim yang solid seperti mimpi yang tak berujung pak.