Selama tiga hari kami diberi kepercayaan memberikan training untuk para penyuluh PT Astra Argo Lestari di Pasang Kayu, Sulawesi. Saya mendapat jatah ngisi full di hari pertama sebanyak 4 sesi (08.00-17.30). Lelah? Tidak. Sebab saya menikmati proses itu ditambah lagi antusiasme peserta yang luar biasa. Apalagi usai training kami mengadakan pesta durian.
Sungguh durian yang berasal dari Pasang Kayu (perbatasan antara Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah) ini terasa nikmat. Kami menghabiskan belasan durian yang dihidangkan panitia. Karena begitu nikmatnya durian di tempat ini, malam harinya kami masih berburu durian lagi di perkampungan pulau Celebes ini.
Mengapa duriannya begitu nikmat? Karena durian yang kami makan adalah durian yang matang di pohon, bukan durian karbitan.
Saat makan durian ini, saya terbayang anak-anak saya. Mungkinkah anak saya sudah matang dalam didikan saya. Sehingga kelak ia terasa “nikmat” dan bisa memberi kepuasan (manfaat) bagi banyak orang?
Anak-anak ibarat buah. Bila bibit buahnya unggulan, dirawat dengan kesungguhan, dipupuk dengan dosis yang tepat dan dijaga agar tidak terserang hama yang merusak akan menghasilkan buah yang berkualitas.
Bibit unggulan bukanlah ditandai seseorang itu keturunan ningrat atau berdarah biru. Bibit unggul itu diawali dengan memilih pasangan yang bisa terus diajak belajar dan bertumbuh. Berdoa sebelum melakukan hubungan suami-istri. Dirawat dengan penuh cinta saat dalam kandungan. Dan begitu terlahir di dunia, yang didengar pertama kali oleh jabang bayi adalah asma Allah (nama Tuhannya).
Bukti kita merawatnya dengan benar adalah kita berusaha mengetahui potensinya dan mengembangkan mereka sesuai dengan potensi itu. Pendidikan anak yang utama ditangani sendiri bukan dibebankan kepada sekolah apalagi pembantu, televisi dan seperangkat game yang disiapkan lengkap di rumah. Bukan pula diserahkan kepada mertua atau orang tua sementara kedua orang tua yang melahirkannya sibuk bekerja dari pagi hingga malam.
Dipupuk dengan dosis yang tepat ditandai dengan kesediaan kita mendengar curhatan dan cerita mereka. Mendampingi dan menemani di moment-moment penting bagi mereka. Mengamati pertumbuhan mereka dengan seksama agar perlakuan yang kita berikan sesuai dengan kadar yang pas, Mmemilihkan mentor dan coach kehidupan yang tepat buat mereka.
Usai pesta makan durian itu saya termenung di kamar penginapan. Ada beberapa perlakuan kepada anak yang belum saya lakukan secara sempurna sementara mereka sudah tumbuh dewasa. Saya hanya bisa menarik nafas panjang, terisak sendiri di kamar kemudian menengadahkan tangan mendoakan anak saya satu per satu. Semoga mereka termasuk yang matang di pohon…
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
13 comments On Matang di Pohon
sangat menginspirasi kek, benar sekali kek Jamil,,, Aamiin
Terima kasih gurunda
Sama-sama. Apa kabar kang?
analoginya suka, anak ibarat buah :).
oiya, dan jangan lupa selalu rutin makan buah tiap hari 😀
Ayo kirim buah ke rumahku 🙂
tanam Klengkeng dulu Kek, insyaallah dua tahun sudah berbuah, dan matang di pohonnya….
Hehehehe, siap mas
Kereeennn..
Mudah2an sy pun bs mendidik anak spt durian yg matang di pohon..
Teruslah menginspirasi pak..
Insya Allah dirimu bisa jauh lebih baik dibandingkan saya. Kirim doa dan saling mendoakan ya
Hiks… kesindirrrr
Apa kabar mbak? Lama tak ada kabar
Saya membayangkan bagaimana wajah anak kek jamil saat membaca postingan ini. Pasti mereka bangga dan menitikan air matanya. 🙂
Andaikan para orang tua berprilaku seperti kek jamil, pasti akan banyak anak-anak yang lebih cerdas lebih memaknai hidup dari setiap kejadian dalam hidupnya. 😀
Terimakasih kek jamil, sudah menjadi inspirator saya 🙂
Salam suksesmulia pak…
Trimkasih bnyak atas posting yang bapak angkat sy merasa bngga setelah melihat ini..
dan mengingatkan betapa pentingnya orang tua kepada anaknya…
like (thumbsup)