Manusia Paling Bangkrut

Share this

Menjelang Pemilu 9 April 2014, suasana panas antar pendukung partai atau calon presiden sudah semakin terasa. Setidaknya hal ini terjadi di social media. Saya bisa merasakannya karena follow beberapa akun twitter yang berseberangan secara politik. Diantara mereka bahkan ada yang membuat tagar atau hastag khusus dengan nada kebencian terhadap lawan politiknya.

“Panas” tentu boleh karena inilah yang membuat kehidupan menjadi lebih seru dan hidup. Namun bila sampai menghujat, mencela, merendahkan tanpa data dan hanya sekadar opini serta berbau fitnah tentu sangat tidak sehat. Saat saya merenungkan suasana “panas” ini, saya teringat pelajaran saat saya menjadi “santri terbang” di berbagai pesantren di Bogor pada tahun 90-an dulu.

Guru saya, KH Mustofa Abdullah bin Nuh, menukil sebuah hadits, “Orang yang bangkrut dari kalangan umatku adalah orang-orang yang datang di hari kiamat dengan membawa amalan sholat, puasa, zakat. Tetapi dia pernah mencaci seseorang, menuduh seseorang, memakan harta seseorang, menumpahkan darah seseorang, memukul seseorang.”

Guru saya terdiam sejenak, menghela nafas panjang kemudian melanjutkan hadits tersebut, “Maka akan diambilkan dari amalan kebaikannya. Maka apabila telah habis amal kebaikannya, padahal belum selesai urusannya, maka akan diambilkan amalan keburukannya atau dosa-dosa mereka, kemudian diberikan kepadanya. Kemudian orang itu dilemparkan ke neraka.” Hadits tersebut diriwayatkan oleh Muslim.

Orang yang rajin menjalankan ibadah ritual sesungguhnya sudah punya tiket ke surga. Namun ternyata tiket itu bisa hangus apabila ia melakukan lima kesalahan, dua diantaranya adalah mencaci seseorang dan menuduh seseorang. Orang-orang ini bukan hanya rugi tetapi dinyatakan bangkrut oleh Nabi SAW.

Saat menulis ini, saya terdiam sejenak. Teringat guru saya yang menangis ketika menyampaikan hadits tersebut di atas. Dengan lirih beliau berkata, “Tiga dosa terakhir mudah kita kenali, tetapi mencaci dan menuduh seseorang itu terkadang kita lakukan tanpa kita sadari. Untuk mencaci dan menuduh seseorang kita tak harus berteriak, bahkan terkadang kita lakukan dengan tutur kata yang sopan dan terlihat bijak.”

Baca Juga  Siapa yang Menilai Perbuatan Anda?

Saya pun tertegun. Rasanya saya pernah melakukan hal itu, mencaci dan menuduh seseorang tetapi dibungkus dengan kata-kata indah nan merdu untuk di dengar. Ya Allah, ampuni aku. Aku tak mau menjadi manusia yang bangkrut. Jauhkan aku dari kebiasaan mencaci dan mencela. Aku tak mau terlempar ke neraka…

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini

27 comments On Manusia Paling Bangkrut

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
10 * 4 = ?
Reload

Site Footer