Guru saya pernah berkata: “apabila kamu menikah, carilah istri yang sekufu (selevel/sederajat) atau setidaknya dirimu bisa menyesuaikan diri. Apabila level istrimu lebih tinggi, kamu harus bersedia bekerja keras mengejarnya. Apabila level istrimu jauh dibawahmu maka kamu harus bekerja keras mendidiknya.”
Alkisah, seorang karyawan yang karirnya moncer akhirnya memutuskan menikah. Karena pengalaman dia bergaul dengan Gen Y yang kritis dan sibuk main gadget maka ia memutuskan mencari istri gadis desa yang lugu yang tidak bersekolah. Dia berpikir “biar istri nurut dan tidak suka melawan suami.”
Suatu hari, ia bercerita kepada istrinya “adinda, agar bisa naik pangkat menjadi leader, maka aku bersusah payah kuliah lagi, aku perdalam ilmu tentang leadership dan membangun tim. Untuk mendapatkan nilai A, saya harus berjuang keras, tidak boleh bermalas-malasan.” Sang istri yang tidak terlalu paham pembicaraan hanya manggut dan tersenyum.
Waktu terus berlalu, sang suami akhirnya dinaikkan jabatannya menjadi salah satu Manager di perusahaan tersebut. Siapapun yang naik jabatan di kantor itu, wajib tes kesehatan secara keseluruhan, termasuk tes golongan darah.
Usai tes, sang manager menelpon istrinya “adinda, saya lagi tes kesehatan, doakan sehat wal afiat ya. Yang sudah keluar hasil tesnya adalah golongan darah. Ternyata golongan darah saya hasilnya B.”
Dari balik telepon sang istri menjawab “mas, yang sabar ya mas. Saya yakin kalau mas berusaha lebih keras lagi hasilnya bisa A” Dengan sabar sang suami menjelaskan “golongan darah tidak bisa berubah dinda.” Sang istri menjawab “mas kudu optimis atuh, tidak boleh pesimis. Saya yakin bisa berubah menjadi A… semangat mas.” Hehehe, carilah pasangan hidup yang sekufu kecuali bila Anda sangat penyabar.
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Trainer
Inspirator SuksesMulia
Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook