14 tahun yang lalu, seorang gadis kecil mendatangi saya dan memohon “Pak, boleh kita ngobrol berdua saja?” Saya pun menganggukkan kepala sebagai tanda menyetujui ajakannya. Setelah kami hanya berdua, di tempat yang jauh dari gangguan banyak orang, ia mengungkapkan isi hatinya: “Pak, kami saat ini merasa bahwa bapak bukanlah milik kami lagi, bapak sudah menjadi milik banyak orang, bukan hanya orang Indonesia tetapi juga milik orang di beberapa negara.”
Saya pun bertanya kepada gadis kecil itu “maksud kamu apa?” Dengan kepala tertunduk, ia bekata : “kami sudah jarang bisa bermain dengan bapak, pagi hari kami bersiap sekolah sehingga tidak sempat bercanda dengan bapak, saat bapak pulang kerja, kami sudah tertidur, sementara hari Sabtu dan Minggu saat kami libur, bapak justeru pergi keliling ke berbagai kota, memberikan inspirasi ke banyak orang.”
Saya mencoba menjelaskan “bapak kan mencari nafkah untuk biaya kamu sekolah dan keperluan yang lain, bapak memenuhi undangan dari banyak orang, baik dari Indonesia maupun negara lain.” Saya melihat butiran air mata mengalir di pipi gadis kecil itu. Sembari mengusap air matanya, ia berkata dengan terbata-bata “saat mencari nafkah, haruskah bapak meninggalkan kami, tidak ada waktu bagi kami? Haruskah bapak menjadi lilin yang mampu menerangi sekitarnya namun dirinya musnah? Jangan sampai bapak menginspirasi banyak orang tetapi keluarganya tidak terinspirasi, itu namanya lilin pak, bukan manusia.”
Gadis kecil itu, hari ini genap berusia 29 tahun, panggilannya Mbak Dhira. Ia bukan hanya anak pertama saya, tetapi ia juga penasehat saya, ia sahabat saya, ia teman diskusi saya, terkadang ia pun menjadi mentor dan coach bagi saya. Ia adalah salah satu wanita yang “mewarnai” hidup saya.
Karena kesibukan kami, hari ini kami tidak bisa berkumpul bersama, maka syukuran ulang tahun Mbak Dhira kami lakukan hari Rabu, 24 Maret 2021. Dalam keluarga kami ada tradisi berkumpul saat ada yang berulang tahun. Jadi, setidaknya setiap dua bulan kami selalu berkumpul, sebab diantara kami ada yang lahir di bulan Januari, Maret, Mei, Juli, Agustus, Oktober dan Desember.
Apa yang kami lakukan dalam pertemuan tersebut? Pertama, Masing-masing anggota keluarga, secara bergiliran memberikan penilaian, saran, masukan dan apresiasi kepada yang sedang berulang tahun. Dalam segmen ini, ada yang lucu, ada yang menyentuh, ada yang memberi pujian dan ada pula yang memberdayakan dan memberikan tantangan kepada yang sedang berulang tahun.
Setelah semua anggota keluarga berbicara, kami memasuki segmen kedua. Segmen ini berisi ungkapan isi hati dari yang sedang berulang tahun. Selain menanggapi apa yang terjadi di segmen pertama, yang berulang tahun juga menyampaikan perkembangan diri selama satu tahun kebelakang. Setelah itu, yang berulang tahun menyampaikan impian dan harapan yang hendak diwujudkan dalam kurun satu tahun ke depan. Acara ketiga adalah doa penuh cinta yang dibacakan oleh saya sebagai kepala rumah tangga.
Dalam acara syukuran ulang tahun di keluarga kami, tidak ada tiupan lilin karena kami memang tidak mau menjadi seperti lilin, sebagaimana permintaan gadis kecil yang kini sudah menjelma menjadi wanita dewasa yang siap dijemput oleh lelaki yang bersedia bersama-sama saling menjaga dan menumbuhkan menuju kehidupan terbaik, SuksesMulia. Semoga dalam waktu dekat, mbak Dhira dimudahkan jodohnya, semudah meniup lilin.
Salam SuksesMulia
Bogor, 26 Maret 2021
Jamil Azzaini
Inspirator SuksesMulia
1 comments On Lilin
mba Dhira, yg disisi mana Pak Jamil ? 🙂