Dalam menjalani kehidupan terkadang kita harus terpisah dengan keluarga. Menurut saya itu sah-sah saja selama tidak berlangsung lama dan permanen. Namun, saat anak kita masih kecil dan sedang merindukan figur orang tua, saran saya jangan berpisah terlalu lama.
Belum lama ini saya mendapat curhatan dari kenalan saya, “Mas, anak saya usianya tujuh tahun, suatu saat ia minta dibelikan pisau. Saya tanya, buat apa pisau itu? Dengan enteng ia menjawab, buat membunuh ayah.” Awalnya saya kira bercanda. Tetapi setelah saya tegur, “Kakak gak boleh gitu.” Dia malah menjawab, “Biarin! Dari aku kecil ayah gak sayang.”
Ternyata, saat ibunya hamil, melahirkan dan hingga anak ini usia tiga tahun mereka sering hidup berdua tanpa ayahnya. Sang ibu menyelesaikan kuliah S-2 di Bogor, sementara sang ayah dinas di Banda Aceh. Sekarang setelah mereka bisa hidup bersama, ayahnya lebih dekat dengan adiknya yang berusia dua tahun.
Saya tidak bermaksud menakut-nakuti Anda, tetapi kejadian seperti ini banyak terjadi. Saat pekan lalu saya ke Pekanbaru, cerita senada saya dapatkan dari mas Satria Putra dan Rahmi Salviviani, sepasang suami-istri yang mendirikan TK Alifa Kids. Ternyata, sebagian besar anak yang bermasalah di sekolahnya disebabkan karena tidak mendapatkan cinta yang utuh dari kedua orang tuanya.
Sebagai orang tua, kita harus menempatkan kepentingan anak di atas kepentingan ego kita. Perlukah kita kuliah S-2 tetapi memisahkan jarak antara anak dan ayahnya? Pantaskah Anda beralasan “tidak kerasan” di kota suami tempat bekerja kemudian Anda lebih senang tinggal berjauhan? Bila jawabannya pantas, Anda memang benar-benar egois.
Terkadang kita ingin memuaskan ego kita dengan dalih kepentingan masa depan anak. Suami-isteri tetap bekerja di kota berbeda, hanya jumpa beberapa bulan sekali dan kondisi itu berlangsung sangat lama. Untuk membenarkan tindakannya mereka sering berujar, “Yah, demi masa depan anak.” Benarkah? Jangan-jangan itu hanya karena ingin memuaskan ego saja.
Ketahuilah, berkumpul dengan keluarga itu adalah kenikmatan besar, jauh lebih besar dibadingkan gaji Anda yang terbesar sekalipun. Apalagi saat anak-anak dalam masa pertumbuhan. Mereka memerlukan figur, teladan dan tempat bertanya. Tugas kita bukan hanya melahirkan mereka ke dunia tetapi juga mendidik, mengarahkan dan berusaha menjadi teladan.
Mereka perlu sentuhan, mereka perlu pelukan, mereka perlu nasihat, mereka perlu didengarkan. Bahkan mereka perlu ditegur secara langsung saat mereka keliru. Dan itu tak mungkin bisa dilakukan apabila Anda tinggal berjauhan. Cobalah berpikir ulang untuk melakukan Long Distance Relationship atau LDR untuk jangka waktu yang lama. Renungkanlah…
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
43 comments On LDR
mungkin disini salah satu landasan hadits nabi ” barang siapa yang menyayangi anak yatim nanti diakherat seperti jari telunjuk dan jari tengah bersama saya…” kata kuncinya adalah kasih sayang – Rohman Rohim yang identik dengan SuksesMulya…chek …chek… chek. Kupasan yang hebat Abah…
Bismillah. Semakin semangat pindah agar lebih dekat dengan suami (walaupun belum punya anak)
Artikel yang cukup mengena, semoga kita semua bisa mengelola Keluarga dengan CARA yang BAIK, BENAR dan BIJAK dalam Bertindak.
Kebersamaan Keluarga CUKUP PENTING…
Semoga kita semua dapat kian LEBIH BAIK daripada sebelumnya.
Semangat SuksesMulia Pak Jamil, Semoga selalu Dekat dengan keluarga dan Anak-nya pun juga demikian jika berkeluarga nantinya.
Tetap Senyum!
😀
alhamdulillah…..
memamng kasih sayang sangat diperlukan dalam perkembangan anak kita…kadang menangis kalau ingat anak waktu kita bepergian….semoga jadi anak sholeh suksesmulia nak…
trimakasi Pak ….
Hari ini khusus buat Ummi Hunny tuh..jadi pertimbangan lg nih kalo LDR..gimana juga kalo yang datang selalu LDR y pak? mksh Pak Jamil.
Istri sebaiknya yg mengalah demi karir sang suami, salam SuksesMulia
Bisa membeli rumah tetapi tidak bisa membeli keluarga…mudah2an kita selalu dalam perlindungan Allah SWT.
Kata-kata yang nancep
Sebagai guru ngerasain bgt. Anak2 yang ‘berbeda’ di kelas pasti ada sesuatu di rumah. Entah ayahnya tinggal beda kota, berpisah atau terlalu sibuk dengan kerjaannya.
Anak2 (terutama anak laki-laki) butuh sosok ayah. Please be a good father for your son.
Yes enyONg setuju, hehehehe
Subhanalloh Pak Jamil, semoga menginspirasi saudara-saudara yang masih mengalami ujian LDR.
Iya benar kek, lebih baik gak dapet tunajngan perumahan daripada harus pisah dari keluarga..hehe
meski kadang pengen juga cepet punya rumah seperti temen2 yg lain..he, smg segera ada rejekinya..*aamiin
Sangat Setuju pak Jamil.. Jaman sekarang banyak keluarga yang mengatasnamakan untuk kepentingan anak tapi sianak itu sendiri yang dikorbankan..Hidup terpisah itu lebih banyak efek negatifnya
Huaaaaaaaaaa…..T_T
Pak Jamil tega nian tulisannya hari ini…:-( walaupun emang bener sih…bener2 JLEB…
Insya Allah ga akan berlangsung lama kok, apalagi permanen 🙂
inget cerita istri semalam.kata anak saya si huda! ” aku mau ke masjid sholat magrib sama ayah aja”. kata si ibu ” ayah belum pulang, nanti malam pulang nya!”. ” nga! pokoknya aku mau ke masjid sama ayah. suruh ayah cepat pulang!”. akhirnya di bujuk sama istri. ” pergi sholatnya sama abang hanif aja, sama kok. nanti ayah pulang bawa susu ya”.
membaca artikel ini, saya menyadari kalau sosok ayah sangat diharapkan oleh sang anak. “yuk kita luangkan waktu buat generasi kita!”
Salam dan peluk buat anak-anaknya mas
wah.. ngena bgt pak jamil artikelnya..
terimakasih sdh diingatkan.. 🙂
kami berencana memasukkan anak2 k pesantren di usia 7 th…ada saran pak..
makasih
Hah? 7 tahun dikirim ke pesantren? Tega amat bu
Allah memberi kita anak sebagai amanah yang harus kita didik, bukan dengan melepas penuh mereka ke pesantren disaat mereka masih butuh perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya…
Pesantren bukan tempat buang anak. Pesantren merupakan tempat untuk belajar aqidah dan akhlak yang baik ketika sang anak telah siap secara mental…
hmm,,LDR demi cita2 lebih tinggi.. bukan demi materi. Sama kasusnya dengan saya. Saya hanya berdoa, mudah2an diganti dengan yg jauh lebih baik. Nabi Ibrahim saja berani meninggalkan anak-istri nya demi dakwah..bismillah aja.
Cocok banget dengan kehidupan saya saat ini. Setelah melalui berbagai pertimbangan selama beberapa bulan, juga setelah bermunajat hampir setiap malam, akhirnya tadi saya memebranikan diri menghadap atasan untuk mnegajukan mutasi. Walau beliau sangat membutuhkan saya, tetapi setelah dijelaskan baik-baik akhirnya beliau mengizinkan. Karena ternyata beliau juga pernah merasakan tidak enaknya LDR…
Keren mas, disitu ada kemauan dan disitu ada jalan
JLEB banget. Duuh, saya sama suami LDR-an nih pak. Suami kerja di tambang dengan jatah pulang tiap 2 bulan sekali selama 2 minggu. Kalaupun saya memutuskan ikut ke Kalimantan, suami tetap di site dan saya di kota. Daaan, suami tetap pulang 2 bulan sekali. Semoga keadaan ini gak berlangsung terlalu lama. Mohon doanya ya pak 🙂
Hadeh,…..bnr2 jleb untuk kami b2 kek.
Matur suwun atas tikamannya.
Askum pak jamil ,saya sutanto berasal dari boyolali, teman dari bang tono yang menjumpai pak jamil waktu umroh tahun lalu…
Saya baca tulisan bpk ini ,rasanya pingin nangis apalagi saat ak tlpn istri dan anak saya kemarin, anak saya usianya 3,5 th dia tanya” Ayah mantuke kapan? Kok lama banget..! Aku udah gede lho yaah..! Mendengar perkataan anak saya ini jadi ingin banget kumpul dengan keluarga ,pak jamil do’akan kami semoga kami bisa berwirausaha di indonesia bersama keluarga..mohon bimbinganya pak jamil..terimakasih
Berasa membaca pengalaman pribadi pak..#makjleb banget..terimakasih pak sudah dibangunkan 😀
Jleb….
kerjaan saya pindah2, pernah di kalimantan, jawa, dan sekarang di sulawesi, dan nanti bakalan pindah lagi ;-(
walau berat dan tak mudah, saya memilih untuk membawa keluarga
Sudah merasakan dampak buruk LDR….:(
Komunikasi berkurang….karena ada perbedaan waktu kegiatan..jadi sering terjadi salah pengertian….:(
pak Jamiil, tulisan anda mirip dengan kisah hidup saya sekarang… anakku berusia 9 bln, sy di Jogja study S2 dan anak istri di Palembang… Hmmmmm…. jd kangen sm mereka.
boleh curhat pak,saya lagi bingung..hingga nemu artikel ini.
@Life is a choice ya pak…
sama halnya dengan saya yg mengharuskan LDR Suami (bandung) – saya (Jakarta)
Alhamdullilah setiap wiken sampai senin suami pulang, walaupun tetap tidak full. semoga suatu hari bisa berkumpul lagi Aamiinn YRA
saya sekarang juga sedang LDR sama suami..yah,,istilahnya baru penganten baru udah mesti LDR.masa pengenalan dan adaptasi pasca nikah yang harusnya dilalui dengan komunikasi tatap muka langsung harus dilalui dengan berjarak .meskipun belum ada anak, jadi berfikir ulang untuk lama2 LDR..yupz..semoga bisa segera ngumpul serumah sama suami, agar bisa mencipta bati jannati..dan agar lebih sakinah(tenteram).amiin.karena memang LDR bikin sering miskom, mispersepsi, dan lama2 bisa jadi miss galauers juga..:)
Pernah dpt cerita dr temen geologis. Anak temennya suka bgt ngumpulin batu d halaman rumahnya. Ketika ibunya bersihin itu batu, tuh anak nangis terus. Ketika ditanya kenapa suka ngumpulin batu, dg polos anak ini menjawab “biar ayah gak jauh2 cari batunya”. Dulu, ayahnya yg berprofesi geologis pernah ditanya ma anaknya “kenapa sering keluar jawa?”. “ayah kan kerja” jawab ayahnya. “kerja ayah apa sih?” sahut anaknya. Dg tak berfikir lama ayah anak itu jawab “ayah cari batu”.
saya sampai menitikkan air mata membacanya dan inilah yang terjadi pada diri saya.
hidup dan kehidupan merupakan pilihan,jauh dr anak/kel krn tuntun pekerjaan dan kelanutan karier salah satu pilihan yg terpahit,krn tdk ada satu org tua yg mau jauh dr keluarganya,tp demi masa depan anak2 sesuai dgn pilihan tadi suka tdk suka hrs kita jalanin,yg pasti efek dr jauh dr kelurga terhadap perkembangan anak kita pasti ada,tp kita hrs percaya Tuhan akan meneni istri kita dpt membimbing mereka ke arah yg lbh baik,kita jgn lupa jg anak2 yg org dekat org tuanya ada jg yg gagal atau gak harmonis…
hidup dan kehidupan merupakan pilihan,jauh dr anak/kel krn tuntutan pekerjaan dan kelanjutan karier salah satu pilihan yg terpahit,krn tdk ada satu org tua yg mau jauh dr keluarganya,tp demi masa depan anak2 sesuai dgn pilihan tadi suka tdk suka hrs kita jalanin,yg pasti efek dr jauh dr kelurga terhadap perkembangan anak kita pasti ada saya raskan itu sekarang yaitu mereka kayaknya menjaga jarak dr ayahnya,tp kita jgn lupa jg anak2 yg org dekat org tuanya ada jg yg gagal atau gak harmonis,saya 12 tahun meningalkan anak istri ,sedih dan perih namun disisi lain saya percaya Tuhan pasti menolong kami ,awal thn 2012 saya sdh bebas dan sekarang saya mensyukuri apa adanya pada masa lalu dan hari ini,semangatttt…
seperti membaca kisah sendiri.. saya kerja di perkebunan, dan istri pns. Kalaupun istri pindah ikut saya, tetap saja tidak bisa berkumpul karena saya harus di site.
Semoga diberi jalan terbaik untuk kita semua.
wah pas banget Pak artikelnya, walaupun saya blm menikah, tapi saya melihat keadaan LDR ini semakin banya terjadi, karena suami istri sama-sama bekerja, semoga kita selalu diberikan jalan untuk menjadi lebih baik 🙂
Merasa disentil kek….makasih ya kek
My partner and I absolutely love your blog and find nearly all of your post’s to be just what I’m looking for.
can you offer guest writers to write content in your case?
I wouldn’t mind publishing a post or elaborating on some of the subjects
you write concerning here. Again, awesome weblog!
Alhamdulillah, meskipun kami LDR tak ada kendala apapun. Semoga selalu begitu. Aamiin.