Layakkah Anda Menjadi Pemimpin

Layakkah Anda Menjadi Pemimpin?

Share this

Oleh : Tim Kubik Leadership

Beberapa saat lalu saya menghadiri sidang promosi doktoral salah seorang guru kehidupan saya. Sidang promosi doktoral, tentunya bukanlah sebuah event yang bisa setiap hari kita jumpai di keseharian kita. Ketika sidang berjalan, tibalah saat dimana salah seorang profesor memberikan umpan balik kepada promovendus, atau sarjana yang telah menyusun disertasi dan mempertahankannya untuk memperoleh gelar doktor di perguruan tinggi.

Dalam proses umpan balik tersebut, ada sebuah pesan yang sangat dalam sekaligus relevan dengan bagaimana kita sebagai pemimpin menjalani peran kita di dalam tim maupun organisasi kita. Sebuah pesan yang semestinya memunculkan sebuah pertanyaan besar bagi benak setiap pemimpin, yakni pertanyaan “Layak-kah saya menjadi seorang pemimpin?”.

Mampu dan Pantas. Dua hal tersebut adalah poin yang disampaikan oleh sang profesor kepada promovendus dan kepada seluruh hadirin yang ada di ruang sidang. Dua kata inilah yang sejatinya wajib dimiliki oleh seseorang sehingga ia layak untuk menyandang gelar doktor.

Dan sesungguhnya, dua kata ini pun adalah sesuatu yang sangat krusial untuk dimiliki oleh seorang pemimpin, apa pun levelnya sehingga ia pun layak untuk disebut pemimpin.

Bicara masalah Mampu, kata ini kerap disandingkan dengan kata kompeten, ahli, dan beragam hal yang terkait dengan level penguasaan akan sesuatu. Level penguasaan yang kerap diukur dalam konteks potensi dan juga dalam konteks performa. Seberapa baik kita sebagai pemimpin layak disebut pemimpin yang Mampu, maka perlu bagi kita untuk secara kontinyu melakukan review atas kesesuaian antara peran kepemimpinan yang kita emban dengan kemampuan yang disyaratkan di peran tersebut.

Sedangkan ketika kita membahas kata Pantas, maka hal ini kerap disamakan dengan kata tepat, cocok, dan layak. Darimana hal ini bisa dilihat dan diukur? Selain dari sisi kemampuan, disadari atau tidak, kata Pantas ini kerap diukur dari nilai-nilai (values) yang dipegang oleh seorang pemimpin, yang tercermin dari sikap dan perilaku yang ditampilkannya.

Lantas, kemampuan, sikap dan perilaku apa sajakah yang paling penting untuk dimiliki oleh setiap pemimpin sehingga ia layak disebut sebagai pemimpin?


Terlepas dari apa pun level kepemimpinan yang kita emban, dan dari apa pun industri tempat kita bergelut, sebuah penelitian menunjukkan bahwa, terdapat lima kelompok karakter (traits) yang dinilai paling penting untuk dimiliki dan ditampilkan oleh seorang pemimpin.

Baca Juga  Pelajarilah Bukan Celalah

Penelitian tersebut adalah sebuah penelitian yang dilakukan secara global, tepatnya dilakukan di 15 negara, yang dimuat dalam sebuah video berjudul What Leadership Requires, According to Global Leaders rilisan Harvard Business Review.

Berikut adalah lima kelompok karakter tersebut:

Pertama, Menunjukkan Etika yang Kuat dan Memberikan Rasa Aman. Kelompok karakter yang paling dinilai penting ini memuat dua hal, yakni 1) Menunjukkan standar etika yang tinggi, dan 2) Mengkomunikasikan ekspektasi secara jelas.

Kedua hal ini sejatinya merupakan hal-hal mendasar yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan dapat dipercaya.
Sikap dan perilaku menunjukkan standar etika yang tinggi adalah hal yang bisa membuat seorang leader bisa ‘dipegang’ kata-katanya, dan membuat mereka yang dipimpinnya tergerak mengikuti perilaku yang ditampilkannya. Karena hal-hal yang dilakukan si leader adalah sesuatu yang bersumber dari nilai-nilai kebaikan (values).

Sedangkan pada poin mengkomunikasikan ekspektasi secara jelas, hal ini dapat menghasilkan kesepahaman dalam tim/organisasi, dan di saat yang sama dapat meminimalisir kesalahpahaman dan kekisruhan akibat kesimpangsiuran apa yang sebenarnya menjadi ekspektasi seorang leader kepada tim/organisasinya.

Dua hal di atas kemudian dapat menghadirkan rasa aman dan percaya di dalam tim/organisasi. Dan ketika rasa aman dan percaya telah hadir, hal ini berdampak pada kondisi tim kerja yang lebih kreatif, lebih terlibat (engage), dan lebih muncul potensi-potensi terbaik dari dirinya.

Kedua, Memberdayakan Orang Lain. Tidak ada superman di dunia ini, yang ada adalah superteam. Kalimat tersebut kerap kami gunakan untuk mengistilahkan kenyataan yang menunjukkan bahwa, sejatinya tidak ada seorang pemimpin pun yang mampu menyelesaikan semua hal sendirian. Ia memerlukan orang-orang di sekitarnya, anggota tim/organisasinya untuk bisa mencapai visi, misi, dan target tim/organisasinya.

Dalam mendistibusikan tugas dan tanggungjawab kepada mereka yang dipimpinnya, penting bagi seorang pemimpin untuk turut serta mendistribusikan kekuasaan/kewenangan (power) dan kemandirian (autonomy) kepada mereka. Karena ketika seorang pemimpin mendistribusikan tanggungjawab tanpa power, hal tersebut layaknya ibarat menciptakan seekor macan ompong. Macan yang lama-lama justru akan minder dan bahkan helpless karena ketidakberdayaannya dalam mengendalikan situasi yang ada.

Sebaliknya, ketika anggota tim merasa berdaya, beragam penelitian telah menunjukkan, hal ini akan berdampak menjadikan anggota tim menjadi lebih produktif, lebih proaktif, kepuasan kerjanya meningkat, dan mereka pun mampu menampilkan sikap dan perilaku yang lebih baik ketika menghadapi pelanggan.

Baca Juga  Terima Kasih Istriku

Ketiga, Menumbuhkan Sense of Connection dan Sense of Belonging. Sebagai makhluk sosial, setiap orang pasti membutuhkan orang lain untuk bisa merasa aman dan merasa menjadi bagian dari suatu kelompok. Demikian pula di tempat kerja. Sebuah tempat yang sejatinya juga merupakan sebuah ekosistem yang selain dipenuhi hal yang kita butuhkan, juga dipenuhi dengan ancaman bahaya.

Dengan merasa menjadi bagian dari suatu kelompok, hal ini terbukti di sejumlah penelitian dapat meningkatkan kesejahteran emosi karyawan, karena karyawan merasa aman, terlindungi, dan terperhatikan. Dan dalam sudut pandang neurologi, setelah muncul rasa aman di diri seseorang, barulah kemudian ia bisa mengeluarkan segenap potensi diri dan kinerja terbaiknya.

Ada sejumlah hal yang bisa kita lakukan sebagai pemimpin untuk bisa menumbuhkan sense of connection dan sense of belonging anggota tim kita. Diantaranya adalah, secara tulus rutin tanyakan kabar keluarga mereka, berikan ucapan di momen spesial mereka, luangkan waktu untuk melakukan hal-hal bersama anggota tim, dan sesekali adakan kegiatan yang melibatkan anggota tim/karyawan beserta keluarganya.

Hal-hal inilah yang kemudian akan menguatkan koneksi dan kebersamaan di dalam tim/organisasi Anda yang bisa membuat mereka merasa betah berada di bawah kepemimpinan Anda.
Keempat, Menunjukkan Keterbukaan Terhadap Ide-ide Baru & Mendorong Pembelajaran Organisasi.

Kelompok karakter di poin keempat ini melingkupi 3 hal, yakni; 1) Fleksibilitas untuk mengubah pendapat, 2) Bersikap terbuka terhadap ide dan pendekatan baru; dan 3) Menghadirkan keamanan untuk mencoba dan berbuat kesalahan (trial-error). Ketika seorang leader memiliki dan menampilkan ketiga hal di atas, maka sesungguhnya ia tengah mendorong terjadinya pembelajaran di dalam tim/organisasi yang dipimpinnya.

Cara terbaik untuk kita bisa mengerti sesuatu dan kemudian terdorong melakukannya adalah dengan melihat aksi nyata dan merasakan manfaatnya. Bukan sekedar teori dan ungkapan yang dikemas dalam bentuk janji manis.

Begitu pula dalam hal mendorong pembelajaran di dalam tim dan organisasi. Sebagai leader, penting bagi kita untuk memastikan bahwa diri kita terbuka terhadap hal baru, mampu bersikap fleksibel, bersedia mencoba dan bahkan melakukan kesalahan, bahkan bersedia meminta maaf. Karena proses pembelajaran kerap melibatkan kegagalan.

Baca Juga  Tidak Perlu Menjadi Sempurna

Hal di atas sejalan dengan sejumlah hasil kajian yang ditampilkan dalam artikel Organizations Can’t Change If Leaders Can’t Change with Them. Bahwa kesadaran leader untuk bertransformasi, yang kemudian dilanjutkan dengan serentetan aksi nyata untuk bertransformasi oleh leader, merupakan fondasi bagi transformasi tim dan organisasi.

Terakhir, yang kelima adalah Menumbuhsuburkan Pertumbuhan. Siapakah orang yang paling berjasa bagi diri Anda? Ketika pertanyaan tersebut ditanyakan kepada kita, maka umumnya yang terbayang di dalam benak kita adalah sosok orangtua, guru, sahabat, mentor, dan orang-orang yang peduli pada kita serta di saat yang sama mengajarkan atau membentuk kita menjadi sosok yang bertumbuh lebih baik lagi. Dan kepada mereka, kita pun cenderung untuk bersikap menghormati dan menampilkan kesetiaan serta kesediaan diri untuk menjadi orang yang siap hadir kapan pun mereka membutuhkan kita.

Sama halnya dengan mereka yang kita pimpin. Ternyata, ketika kita sebagai leader mampu secara konsisten menjadi sosok yang berkomitmen untuk melatih, mengembangkan dan membantu mereka yang kita pimpin untuk terus tumbuh dan siap menjadi pemimpin di masa depan, hal ini menjadi sesuatu yang membuat kita layak disebut sebagai seorang pemimpin.

Itulah mengapa, kelompok karakter di poin kelima ini merupakan kelompok yang bertema menumbuhsuburkan pertumbuhan, yang melingkupi dua hal, yaitu; 1) Berkomitmen pada pelatihan & pengembangan diri saya (anggota tim) secara berkelanjutan; dan 2) Membantu saya (anggota tim) untuk menjadi pemimpin generasi selanjutnya.

Dengan menumbuhsuburkan pertumbuhan, selain membawa dampak peningkatan kualitas mereka yang kita pimpin, sesungguhnya secara tidak langsung kita tengah menumbuhkan diri kita sendiri. Yang pada akhirnya, yang terpenting adalah terjadinya pertumbuhan di organisasi yang kita pimpin, dengan harapan semakin luas kebermanfaatan yang bisa dihasilkan kepada lingkungan, baik saat ini dan di masa depan nanti.

Itulah tadi lima kelompok karakter yang menjadi indikator seberapa kita Mampu dan Pantas menyandang sebuah peran, yakni menjadi seorang pemimpin. Maka setelah mengetahuinya, apa jawaban yang terlintas di dalam benak Anda atas pertanyaan “Layakkah Saya Menjadi Seorang Leader?”.

Saran saya, jawablah pertanyaan tadi dengan jujur, dan apa pun jawaban yang Anda temui, teruslah bergerak dan bertumbuh untuk menjadi sosok yang semakin layak untuk Anda menyandang sebutan Pemimpin!

Salam SuksesMulia

2 comments On Layakkah Anda Menjadi Pemimpin?

  • Kek Jamil ada pesan buat kakek.

    Ada pedangdut diatas panggung memberi semangar penonton MANA TULISANMU……
    e keliru mana suaramu….

  • Agus Prihandoko

    Klo di birokrasi pemerintahan tidak ada pemimpin yg ada pimpinan jadi kadang ini jadi permasalahan,walaupun sudah banyak pimpinan birokrasi pemerintahan yg mampu dan pantas untuk duduk di posisinya

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer