Bisa menangis di saat yang tepat itu membahagiakan. Namun terkadang menangis itu tak mudah. Saya pernah mengalami masa dimana sangat susah untuk meneteskan air mata. Bersujud dan memohon ampun kepada Allah sebelum subuh pun tak mampu memaksa air mata keluar.
Saya kemudian bertanya-tanya, ada apa dengan hidup saya? Pikiran saya pun melayang kepada ucapan guru saya, “Orang yang di dalam hatinya ada kesombongan maka ia tak akan mencium bau surga. Salah satu ciri dan tanda hati yang sombong itu adalah susah menangis.” Saya mulai gelisah, saya mulai khawatir. Namun gelisah dan khawatir ini pun tak jua bisa membuat air mata menetes.
Saya berusaha keras mencari penyebabnya. Dan akhirnya saya menemukan jawaban atas pertanyaan “mengapa saya susah menangis?” Teryata ada beberapa penyebab yang membuat kita susah menangis.
Pertama, hati yang sibuk. Lho, kok sibuk? Padahal saya sudah minta dikurangi jadwal training. Bila sebelumnya rata-rata saya memberikan training di atas 30 sesi per bulan, sekarang saya minta maximal 20 sesi dalam satu bulan.
Ya, saya memang tidak terlalu sibuk secara jadwal. Namun hati saya yang sibuk khususnya sibuk dengan iPad dan smart phone. Tak ada waktu jeda, di dalam perjalanan (mobil) sibuk khusyuk melihat kedua benda mati itu. Saat menunggu waktu memberikan training juga sama. Di dalam pesawat harus menunggu teguran dari pramugari untuk mematikannya.
Bahkan saat bersama keluarga selalu mencari kesempatan “mengintip” dua benda itu. Hati tak punya kesempatan merenung. Hati tak pernah jeda. Hati tak punya waktu untuk berkaca. Hati tak punya kepekaan memperhatikan sekitarnya. Hati tak punya waktu mengambil hikmah dari berbagai kejadian di sekitarnya.
Ironisnya, saat saya menulis status di social media kemudian banyak yang memberikan respon. Maka setelah itu, pikiran, hati dan tangan semakin sibuk kepada kedua benda ini. Banyak kejadian yang lupa diceritakan kepada istri dan anak tetapi justeru disampaikan di social media. Beberapa pekerjaan tertunda karena terlalu asyik dengan kedanggihan kedua benda ini.
Hati saya telah tersandera. Hati mulai mengeras, dia tak lagi bisa dijadikan cermin. Dia tak bisa lagi diajak ngobrol dan bercengkerama. Dia sudah terlalu kering untuk mengeluarkan air mata. Ternyata, hati yang sibuk membuat kita hampa karena tak ada lagi sentuhan air mata di pipi.
Kedua, kita lanjutkan besok, ya….
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
15 comments On Ketika Sulit Menangis (1)
Betul kek , terkadang kita juga perlu waktu untuk merenung dan mengintropeksi diri .
Yes, setuju banget
Gadget emang mudah bikin kita tidak mindful dan stay present ya kek, kebalikan sekali sama beribadah dan meditasi yang ngasih moment utk ‘ngobrol’ sama hati
Akur…
ditunggu lanjutannya pak dan solusinya…
Apa setelah menulis ini sudah bisa menangis kek? …
Nulisnya sambil nangis 🙂
untung masih bisa nangis bila sesak rasa di jiwa… walau hanya sekejap… dan akhirnya pada prinsip semula…semua harus disyukuri,dinikmati dan berusaha ssabar… skenario Allah pasti lebih inddah
Semoga kita semua dihindarkan dari hati yang keras
Persis!
Di tunggu kek’ episode ke-2 nya …
Masya Allah kek jamil. Karena sebenarnya yang membuat kita enggan menangis (tentu bukan untuk dunia), adalah karena ketersibukan kita terhadap dunia. Semakin melekat dunia dalam diri kita, semakin kuat itu pula mengeras dalam hati, hingga orang-orang yang seperti itu kelak kan menemukan kebosanan diatas keramaian. Bukankah semua kebermanfaatan kita terhadap orang lain itu bertujuan mendekatkan kita kepada Allah??? Lantas kenapa malah mengeras hati, sehingga ibadah mahdhah juga terasa kering dan hambar?
Itulah yang dikatakan oleh Allah dalam Al-Quran, “Innalhayaataddunya la’ibun wa lahwun ; sungguh kehidupan dunia adalah bersenda gurau dan permainan.”
Teruskan kek untuk mengajarkan kehidupan kepada kami, mudah-mudahan kita terhindar dari api neraka kelak.
Aamiin
Λάmΐΐπ Yάªª Ŕõßßǻl Ąlάmΐΐπ…
Astaghfirullaah….
Terima kasih kek… sudah mengingatkan.
Betul, kita memang harus sering2
Intropeksi diri
Dan mudah mudahan kita tidak termasuk golongan orang yang sombong. Aamiiin
Syukron pak jamil,