Para leader, sebentar lagi, salah satu momen yang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan orang, yaitu Lebaran tiba. Tidak hanya untuk yang merayakan, momen Lebaran ini juga menjadi waktu beristirahat sejenak bagi mayoritas pekerja karena terdapat cuti bersama. Termasuk juga saya, Anda, dan mungkin saja anggota tim Anda. Bisa jadi, mereka sudah menyampaikan sejak sekarang keinginannya untuk berlibur, mudik, agenda untuk me-time, dan sebagainya. Terlebih lagi saat ini mobilitas kita juga terasa sudah jauh lebih mudah dibandingkan dengan tahun lalu.
Selama ini, rata-rata 8 jam dalam sehari kita bekerja, bahkan konon sejak pandemi jam kerja tak lagi mengenal batas. Sehingga dalam keseharian kita selalu bersama mereka; anggota tim yang bekerja beramai-ramai, melakukan berbagai meeting, saling mendukung, saling bercerita, bahkan terkadang ada konflik yang membuat kesal atau marah. Jenuh? Lelah? Bosan? Bete? Ya terkadang itulah yang kita rasakan, yang membuat kita ingin buru-buru rehat, atau menjauh dari kesibukan dan rutinitas tersebut.
Namun anehnya, ketika libur, salah satu di antara kita atau mereka cuti dalam waktu yang cukup Panjang, tetap saja ada rasa rindu yang muncul. Kangen, ingin bertemu, bahkan mungkin bertanya-tanya: “kapan ya anak buah saya yang itu masuk lagi?” Apakah Anda pernah merasakannya?
Kebiasaan dan kedekatan yang sudah terbangun sedemikian rupa, sangat mungkin membuat kita memiliki kelekatan tertentu dengan anggota tim kita, atau yang sering diistilahkan dengan “attachment”. Kelekatan atau attachment berkaitan dengan relasi, namun tidak hanya relasi personal seperti awal dari pandangan ini muncul, tetapi juga kemudian berkembang aplikasinya untuk relasi di antara atasan dengan bawahan, pemimpin dengan anggota timnya (Hazan & Shaver, 1990).
Lantas, bentuk attachment seperti apa yang dapat terjadi antara kita dengan anggota tim kita? Ada 2 jenis attachment secara garis besar, yaitu insecure dan secure. Insecure attachment pada pemimpin dan anggota tim dapat menyebabkan kesulitan dan masalah, sebaliknya secure attachment memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Nah, para leader, attachment jenis mana yang Anda miliki terhadap anggota tim Anda?
Insecure, seperti yang sering dikatakan pekerja muda zaman now, adalah kondisi di mana kita merasa keberhargaan diri kita rendah. Insecure attachment ditandai dengan salah satunya cemas dan khawatir berlebihan, merasa galau dan tidak yakin mampu berdiri sendiri, sehingga terlampau mengandalkan orang lain. Atau kondisi lain yang juga ciri dari insecure attachment adalah, di mana pemimpin merasa terlalu yakin bahwa saya mampu sendiri, mampu mengontrol segalanya, dan menjadi tidak peduli pada orang lain.
Mengapa ini juga tergolong insecure? Karena mereka tidak punya trust kepada anggota timnya, merasa bahwa saya jauh lebih baik, yang membuat mereka semakin merasa was-was bahkan terancam ketika anggota tim lebih baik daripada saya. Dan tahukah Anda, perasaan dan pikiran ini bukanlah menandakan pemimpin tersebut kuat, tetapi justru semakin menandakan bahwa mereka tidak percaya diri dengan kemampuannya. Maka, terlalu mengandalkan anggota tim tidak baik, demikian pula sebaliknya terlalu tidak memiliki kepercayaan kepada anggota tim. Keduanya sama-sama mengarah pada rasa cemas, takut, dan khawatir yang berlebihan = insecure.
Bagaimana dengan secure attachment? Secure attachment adalah rasa kelekatan yang proporsional, memunculkan rasa nyaman, dekat, dan sense of belonging yang memadai. Orang-orang di perusahaan akan melihat tim dengan secure attachment sebagai tim yang menyenangkan dan memiliki nilai positif. Pemimpin dengan secure attachment memiliki ciri atau tanda: nyaman dengan dirinya sendiri, tidak reaktif/cepat terbawa emosi, mampu mendorong anggota tim akan bertanggung jawab dalam pekerjaannya, terlepas darimanapun mereka bekerja, rumah, kantor, di manapun.
Pemimpin tidak takut gagal, dan juga bersedia memberikan ruang serta dukungan yang diperlukan oleh anggota timnya. Hal ini karena pemimpin percaya bahwa anggota timnya sudah membangun komitmen yang cukup untuk pekerjaannya. Dengan demikian, anggota tim yang memiliki pemimpin dengan secure attachment biasanya akan lebih menghargai dan bersikap positif terhadap atasannya. Sebagai pemimpin, jika Anda merasa secure, Anda akan lebih fleksibel; dengan tugas, kondisi kerja, keadaan anggota tim, bahkan kondisi perusahaan sekalipun.
Pemimpin yang secure merupakan pemimpin terbaik, karena mereka akan dapat fokus pada target, menyelesaikan pekerjaan, sekaligus juga peka terhadap kebutuhan dan perasaan anggota timnya. Jadi, mari kita refleksikan bersama, kalau anggota tim Anda sedang membutuhkan cuti, dan Anda harus “berjauhan” dengannya. Apakah Anda cemas dan khawatir karena tidak ada yang bisa Anda andalkan? Atau justru Anda mencemooh karena toh keberadaan mereka juga tidak penting?
Ketika mereka beberapa hari tidak masuk, katakanlah cukup lama meninggalkan pekerjaannya karena suatu alasan yang memang merupakan hak mereka. Bagaimana reaksi Anda, apakah Anda termasuk pemimpin yang secure atau insecure?
Salam SuksesMulia