Selama ini, dalam berbagai kesempatan diskusi ataupun seminar dan pelatihan, sering kita mendengar bahkan menyampaikan kepada orang lain bahwa cara mendidik dan mengasuh anak yang paling baik salah satunya adalah dengan keteladanan. Orang tua harus memberikan contoh dan teladan bagaimana perilaku dan tindakan yang baik sehingga anak-anak bisa mencontoh dan menerapkannya dalam perilaku mereka sehari-hari.
Namun pagi ini saya justru mendapatkan pelajaran dan diuji dengan perkataan yang biasanya saya sampaikan. Dan, yang memberikan pelajaran tersebut adalah Quinsha, anak semata wayang saya yang berumur 4 tahun.
Ketika bangun tidur Quinsha memanggil saya dari kamarnya. Tapi, karena saya masih ada kesibukan menyelesaikan tulisan yang akan saya posting di blog pribadi, panggilannya jadi terabaikan.
“Kalau orang manggil tu didengar. Papa punya telinga, kan?” Kata-kata yang keluar dar mulut mungilnya tersebut secara refleks membuat saya terdiam tanpa bisa bicara apa pun.
Apa yang diucapkan Quinsha tadi adalah kata-kata yang selama ini saya katakan kepadanya kalau dia tidak mendengarkan panggilan saya. Sekarang karena saya mengabaikan dan tidak menyahut panggilannya, kata-kata tersebut kembali kepada diri saya.
Pengalaman pagi ini menjadi pelajaran, khususnya bagi diri saya pribadi, bahwa kita adalah cermin bagi tingkah laku dan pribadi anak kita. Adapun anak seperti burung beo yang selalu siap dan mencontoh apa yang orang tuanya lakukan. Jadi, kalau kita ingin didengar dan dipatuhi oleh anak, maka kita dulu yang pertama kali memberikan contoh bagaimana caranya mendengarkan dan mematuhi peraturan.
Jangan lagi kita menerapkan prinsip “pokoknya kamu harus begitu…” atau “papa dan mama gak mau tahu, kamu harus ….” Sudah saatnya kita mencari pola pengasuhan yang tepat bagi anak-anak agar kita terhindar dari kesalahan masa lalu. Mari mencari pola terbaik dalam mengasuh anak-anak, salah satunya dengan berbasis pada keteladanan bukan semata bersandar pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak kita.
Salam Excellence Parenting…
Tulisan dikirim: Denni Candra
9 comments On Keteladanan
wah kerON banget artikel hypnoParentingnya mas denny…betul banget orgtua merupaka figur otoritas yg plek plek di tiru oleh anak…
very inspiring…:)
salam SuksesMulia
Thanks, tetapi artikelnya masih di kategori “Parenting” karena ilmu “hypno”-nya baru nanti tanggal 14-16 Februari mau dipelajari … hehehe 🙂
Salam SuksesMulia
Hehe…
Hehe…
Wah saya harus belajar parenting sama kang Denni nich 🙂
Tapi yang udah pasti jadwalnya saya belajar public speaking sama kek Jamil dulu bulan Februari ini.
Jangan di panggil “kang” kek, saya bukan orang sunda tapi asli Bukittinggi … 🙂
Betul Uda…. anak itu bagai burung Beo, apa yang kita lakukan akan direkam dan dilakukan oleh anak kita, apalagi bertindak otoriter, pokoknya harus…. harus……. dan harus……, namun alangkah lebih baiknya apabila kita juga bisa mengetahui lebih dini Mesin Kecerdasan anak kita, sehingga kita sebagai orang tua bisa lebih mudah berkomunikasi dan mengoptimalkan kemampuan anak kita sesuai dengan mesin kecerdasannya masing masing.
Selamat menimba ilmu dengan ahlinya Da……..
Salam SuksesMulia.
Salam kenal Mas Eri … 🙂
Alhamdulillah untuk MK kami sekeluarga sudah tes STIFIn dan mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing, tinggal bagaimana mengaplikasikan dan mengoptimalkan kemampuan anak serta cara berkomunikasi orang tua. Saya yang Fe harus siap mendukung dan memberikan yang terbaik buat istri SE dan anak Si … hehehe
Salam SuksesMulia
carilah teladan yang baik
dan jadilah teladan yang baik
dan didiklah orang lain menjadi teladan yang baik