Menurut Anda, apakah sifat kompetitif itu sangat penting? Saya yakin sebagian Anda menjawab “ya, sangat penting”. Saya termasuk yang berpendapat bahwa sifat kompetitif itu sangat penting. Sejak kecil, saya ingin selalu menjadi juara, menjadi yang terbaik, lebih unggul dibanding yang lain dalam setiap hal dimana saya terlibat di dalamnya. Istri saya bahkan punya julukan buat saya, MJEE (Mas Jamil Embung Eleh, artinya Mas Jamil tidak mau kalah).
Dari berbagai literatur yang saya pelajari, ternyata keinginan untuk selalu menang adalah perilaku yang melekat pada seseorang yang ingin sukses. Orang-orang sukses memiliki jiwa kompetitif yang tinggi, mereka senang berkompetisi, mereka senang unjuk kebolehan, mereka senang bertanding, mereka senang sebagai pemenang. Layaknya sebuah game, mereka ingin namanya dalam deretan papan atas peraih skor tertinggi.
Namun demikian, terlalu sering menang ternyata membuat orang lain menjauh dan bisa mengganggu kebahagiaan dan ketentraman hidup. Marshall Goldsmith dalam bukunya What Got You Here Won’t Get You There bahkan menempatkan kebiasaan “terlalu sering menang” pada urutan pertama dalam deretan 20 kebiasaan buruk yang merusak kesuksesan, apalagi yang memiliki kebiasaan tersebut adalah seorang pemimpin.
Hidup tentu perlu kemenangan, tetapi tidak semua hal kita harus menang. Kita perlu memberi kemenangan kepada anggota tim, pasangan hidup, putra-putri kita dan orang-orang di sekitar kita. Jangan urusan sepele saja kita ingin selalu menang. Bermain bersama anak pun tidak mau mengalah. Urusan memilih restoran bersama pasangan hidup saja keras kepala ingin pilihannya yang selalu dituruti.
Para pemimpin sukses, menjadi lebih sukses dan lebih hebat karena ia tidak terlalu sering menang, adakalanya ia mengalah, tunduk kepada keputusan orang lain yang lebih ahli. Orang yang memiliki kedudukan paling tinggi, seorang nabi pun sudah memberikan teladan yang luar biasa. Nabi Muhammad tidak selalu ingin menang, tidak ingin selalu sukses.
Apabila sang nabi berpendapat dalam satu urusan, para sahabat beliau bertanya “apakah ini pendapatmu atau wahyu dari Allah swt?” Apabila jawaban nabi “ini wahyu” maka para sahabat tunduk patuh. Namun apabila nabi menjawab “ini pendapatku” maka para sahabat mengajukan berbagai alternatif pendapat.
Dikisahkan, ketika mendengar kabar bahwa Madinah hendak diserang saat perang Uhud, Nabi memutuskan “perang dalam kota”. Para sahabat berpendapat berbeda, “hadang musuh diluar kota” Nabi pun mengikuti keputusan tersebut. Para sahabat merasa nabi kecewa dengan keputusan itu.
Maka mereka mengutus beberapa orang untuk datang kepada nabi dan menyampaikan pesan Ya Rasulullah saw , kami tadi telah mendesak anda untuk keluar padahal tidak selayaknya kami berbuat demikian. Karena itu jika anda suka duduklah saja.“ Tetapi Rasulullah saw menjawab : “Tidak pantas bagi seorang Nabi apabila telah memakai pakaian perangnya untuk meletakkannya kembali sebelum berperang.“
Ingin menjadi pemimpin yang meraih banyak keberhasilan? Cobalah untuk tidak terlalu sering menang. Cukuplah menang untuk hal-hal yang sangat prinsip, strategis dan penting, selain itu mengalahlah. Anda tidak perlu terlalu sering menang. Cobalah…
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Trainer
2 comments On Kebiasaan Buruk Pemimpin: Terlalu Sering Menang
Yap, karena mengalah bukan berarti kalah 😀
Tepat sekali…