Dua hari lalu ada seorang suami curhat ke saya. “Mas, istri saya kalau sudah nonton hiburan asal Korea atau sinetron di TV suka lupa sama anak dan suami, saya dan anak-anak ngalah saja. Bagaimana itu mas, tepat tidak tindakan saya?”
Banyak orang yang melakukan kebaikan semu, seolah-olah baik kepada orang lain padahal itu mencelakakan dan merugikan orang yang diberi kebaikan. Suami yang membiarkan istri ketagihan menonton TV, mungkin ia merasa baik tetapi sesungguhnya itu semu. Hiburan itu sekali-kali, bukan rutin setiap hari. Adakah orang yang menjadi hebat karena ketagihan menonton TV setiap hari?
Sesuatu yang perlu diwaspadai bila ternyata Anda lebih menyukai menonton dibandingkan menemani anak-anak belajar. Menonton dua jam tak terasa, menemani anak-anak belajar 20 menit sudah gelisah. Apabila hal ini terjadi boleh jadi pertanda ada yang salah dalam kehidupan Anda. Kasih sayang dan perhatian orang tua kepada anak tak tergantikan, lebihΒ prioritas dibandingkan memuaskan ego hiburan yang manfaatnya tak seberapa.
Terkadang ada juga yang protes. “Suamiku egois, ia lebih memprioritaskan pekerjaan daripada urusan rumah,” ujarnya. Namun anehnya, saat suaminya ada di rumah, sang istri justru menyibukkan diri menonton TV ketimbang mengajak ngobrol suaminya. Jadi sesungguhnya, siapa yang egois?
Suami juga ada yang egois, memeras dan menindas istri. Ia tega-teganya “memaksa” istri bekerja dan meminta penghasilan istri untuk keperluan rumah tangganya. Mencari nafkah itu kewajiban suami, bukan istri. Apabila istri berpenghasilan, suami tidak berhak atas penghasilan istri. Jika istri membantu itu atas kerelaan istri, bukan “rayuan” sang suami.
Sang istri yang rela bekerja keras sementara suaminya bermalas-malasan mungkin akan merasa ia istri yang baik. Tetapi menurut saya itu kebaikan semu, memberatkan dirinya dan menjerumuskan suaminya. Suaminya tak memiliki daya juang karena dimanjakan oleh sang istri. Semakin tua, suami semakin tidak percaya diri dan mentalitasnya sebagai lelaki runtuh.
Tinggalkan kebaikan semu, lakukanlah kebaikan sejati. Mungkin dalam tahap awal itu memberatkan dan menyakitkan, namun dalam jangka panjang itu menyelamatkan. Lebih baik Anda memberi nasehat dan mengeluarkan energi saat masih muda, daripada hidup Anda semakin berat saat energi Anda sudah mulai meredup, tak berdaya dan akhirnya menjadi beban bagi orang-orang di sekitar Anda.
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
38 comments On Kebaikan Semu
Insya Alloh siap. Semoga dimudahkan Alloh.. Amin
Luar biasa, jadi bikin semangat mencari nafkah untuk jafi sejatinya suami
kebaikan semu = Racun…
Kebiasaan kita yang suka nggak enakan utk menegur bisa menjadi kebaikan semu ya kek. Apalagi pakai bumbu nggak tegaan tambah mantap deh. Nulisnya sambil introspeksi diri π
Yes, terima kasih mbak Lani, salam SuksesMulia
Maksudnya sy nulis komentarnya sambil introspeksi diri sy kekkk
Hemmm…. Kayaknyaa banyak kebaikan semu didiriku, *mikir*
Makasih kek ilmunya pagi ini…
Mksih Om Jamil, ilmu yg mantap, smoga aq bs praktekin. Amiin
Jadi berpikir kembali, mau membelikan TV buat istri….. π
yaa.. mesti dipraktekin nih.. terimakasih kek^
kebangkitan sejati
alhamdulilah…untung anak dan istri saya ndak minta dibeliin TV.
sudah 9 tahun menikah kami ndak ada hiburan tv
“Adakah orang yang menjadi hebat karena ketagihan menonton TV setiap hari?” bagaimana kalau yg ditontotnnya acara pengajian misal nonoton tiap hari acara wisata hati Ust. Yusuf Mansur.?? apa tidak akan menjadi org hebat.. pak??
ini dia salah satu menu sarapan sehat,,kebaikan yang banyak terjadi dikehidupan kita,semoga bisa kita perbaiki dan terwujud kebaikan yang hakiki,,amiiin
kebaikan semu yg membuat terlena dan akan menjadi keburukan
Mantap nasehatnya kek, saya termasuk yg suka lakuin kebaikan semu. alasannya ga tega
terima kasih kek ternyata tidak selamanya memberikan toleransi sama pasangan adalah sebuah kebaikan, krn bisa jadi itu adalah kebaikan yg semu.
Luar biasa ustadz, salam suksesmulia
jlebbb..
Subhanallah, terima kasih sudah mengingatkan kakek. Kita harus tetap istiqomah mengajak pada kebaikan. kadang suka capek sendiri emang π
Tak perlu capek, tugas kita menyampaikan dan yang mebolak balik hati itu Allah
Jadi intinya harus berani ambil resiko untuk melakukan kebaikan, diterima atau tidak diterima urusan belakang…… menopo ngoten to Pak
Boleh….boleh…hehehehe
betul sangat pak! memulai sesuatu yg awalnya mungkin ‘membuat kesal dan bete’ justru membuat sesuatu itu akan lebih jelas jika dimulai dari diri sendiri tanpa harus menunggu orang lain. Thanks a lot pak! π
Jleb, rupanya kebaikan semu yg kulakukan.
Salam sukses mulia tuk semua.
#Ano
hadewh…aku orangnya gak enakan nih Pak Jamil… ;(
Perlu segera diubah,msalam SuksesMulia
Numpang share, Kek.. Saya dah 5 bulan melepaskan diri dari TV. Ikhtiar semoga disegerakan pendamping hidup nya.
nonton tv ga produktif kek π saya lbeh suka baca & nulis, mohon doanya
Tidak semua niat baik akan di terima baik pula,, salam suksek kek,,
ijin share di fb ya π
Subhanallah. Sudah saya share kek, semoga jadi banyak yg sadar, krn banyak sekali fenomena ini, entah suami yg gak enakan, atau istri yg merasa baik (semu) cari nafkah sendirian.
Dan harus siap dinilai “jahat, tidak berperasaan, berhati dingin, hanya membuat susah orang lain”
Kita memang tidak punya cukup waktu untuk menjelaskan maksud baik kita ke semua orang.Lakukan yang baik-baik saja.
artikel yg sangat bermanfaat…. salam sukses mulia
waaah….baru nyadar ternyata selama ini saya melakukan kebaikan semu itu….
Apa yg harus saya lakukan ?:(
artikel yg menggugah hati, kebaikan semu dr seorang istri (yg mencari nafkah lebih u/suami) sepertinya byk dibahas ya kek ditulisan2 kakek.
“Suaminya tak memiliki daya juang karena dimanjakan oleh sang istri. Semakin tua, suami semakin tidak percaya diri dan mentalitasnya sebagai lelaki runtuh.”
menurut kek jamil apakah istri yg dominan mncri nafkah harus “tega” menyimpan sendiri dl hasilnya dgn tujuan spy suami lebih giat mncari nafkah itu lbh baik? krna melemahnya daya juang tsb mmg trjadi karena kebaikan semu istri pencari nafkah yg lbh dominan.
trmksh kek sarannya
wah iyaa bener..
“berat dan menyakitkan” menghadapa nasehat2 dan contoh dari mama papaku *hehe saat saya dulu masih menjadi tanggung jawab orang tua..
tapi hasil dan manfaatnya baru terasa sekarang setelah menikah..
sekarang kalo lahi mengingat “dulu” sama orang tua dan adik, ketawa2 deh π