Karyawan Bermental Pengusaha

Share this

Banyak orang yang punya jiwa dan mental pengusaha namun lebih nyaman menjadi karyawan dibandingkan menjadi pengusaha. Orang-orang semacam ini, oleh para ahli dikelompokkan dengan nama intrapreneurship. Konsep dan istilah intrapreneurship pertama kali dikenalkan oleh Gifford Pinchot III and Elizabeth Pinchot pada tahun 1978 di makalah yang mereka tulis.

Para intrapreneurship ini terbukti sebagai orang yang mampu memajukan perusahaan dan kontribusinya untuk perusahaan melebihi karyawan lain. Sebut saja Jack Welch, ia bukan pengusaha, sebagian besar kita tahu, dialah dibalik keberhasilan besar Revolusi GE. Dia pernah melepas atau menjual 150 perusahaan di bawah bendera GE, dia fokus pada slogannya “Number one or number two”.

Perusahaan di bawah GE yang tidak bisa menjadi nomor satu atau nomor dua di dunia maka akan ia lepas atau dijual. Perusahaan di bawah naungan GE harus menjadi yang terbaik di bidangnya. Dengan berbagai terobosan yang dilakukan, GE menjadi perusahaan kelas dunia. Jack Welch adalah seorang intrapreneur. Ia mampu membesarkan perusahaan yang dipimpinnya layaknya owner perusahaan.

Karyawan di era sekarang tidak cukup hanya punya keahlian, kemampuan leadership dan managerialship, tetapi juga wajib punya kemampuan intrapreneurship. Bekerja membangun dan membesarkan perusahaan layaknya perusahaan milik sendiri. Dalam literatur ilmiah, karyawan atau pemimpin yang memiliki tiga kemampuan sekaligus (leadership, managerialship dan intrapreneurship) disebut sebagai ambidrextus leader. Kelompok orang semacam inilah yang sekarang diperlukan perusahaan kelas dunia.

Ada beberapa hal yang perlu diasah agar Anda punya bekal agar termasuk kelompok intrapreneurship. Pertama, terbiasa fokus kepada customer. Anda tahu persis siapa customer Anda. Anda juga tahu apa kebutuhan utama mereka, kebiasaan mereka, tradisi mereka. Anda selalu berusaha memahami seluk beluk customer Anda dari A sampai Z.

Baca Juga  Keberanian Dalam Presentasi Menentukan Sukses Seseorang

Tentu Anda tahu khan bahwa customer loyal hotel bintang 5 tentu sangat berbeda dengan customer loyal hotel kelas melati. Cara melayani mereka juga berbeda. Ukuran kepuasan mereka juga berbeda. Seorang intrapreneur sangat paham bagaimana cara memuaskan dan memanjakan mereka.

Boleh tahu siapa customer Anda? Apa yang sangat mereka inginkan dari layanan Anda?

Kedua, fokus pada solusi dan memenuhi harapan customer. Setelah Anda memahami customer Anda maka Anda perlu tahu apa masalah utama yang dihadapi customer Anda. Berikan solusi dan harapan customer yang sejalan dengan bisnis Anda. Pengalaman yang berkesan saat mereka menemukan solusi bersama Anda membuat mereka jatuh cinta dengan Anda.

Seorang intrapreneur terlatih untuk selalu fokus kepada pekerjaan yang memberikan value kepada customer, baik customer eksternal (pembeli atau pengguna jasa Anda) maupun customer internal (karyawan atau bagian lain di perusahaan tempat Anda bekerja yang berhubungan dengan Anda).

Ketiga, fokus kepada keunikan Anda. Ibarat seorang lelaki yang jatuh cinta kepada seorang wanita cantik yang ditaksir banyak lelaki, Anda perlu fokus kepada kelebihan diri Anda yang sangat diidamkan wanita tersebut apabila ingin menaklukan hati sang wanita.

Sang wanita adalah customer Anda, lelaki lain yang naksir wanita itu adalah pesaing Anda. Nah, agar Anda memenangkan persaingan, Anda perlu memahami siapa pesaing Anda dan apa kelebihan utama Anda. Asah dan terus perbanyak kelebihan yang sangat diperlukan oleh customer maka Anda akan mampu menaklukan mereka. Seperti seorang pria yang bisa menaklukan wanita incarannya.

Siap menjadi intrapreneur? Siap gak siap Anda wajib siap, tentu bila Anda ingin menjadi karyawan yang dirindukan perusahaan. Siapkan diri Anda untuk menjadi intrapreneur dengan cara mulailah dari memahami customer Anda! Solusi apa yang Anda tawarkan serta selalu fokus mengasah dan memperbanyak keunikan produk atau jasa Anda. Mau?

Baca Juga  "Ngangenin"

Salam SuksesMulia

Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Trainer

4 comments On Karyawan Bermental Pengusaha

  • Terimakasih pa jamil azzaini..doakan saya bisa seperti itu dan bisa lebih bahagia dalam bekerja..aamiiin

  • Sejenak membaca Tulisan Pak Jamil Saya melihat betul yang terjadi di perusahaan Saya berkerja. Leader (GM) yang di pimpinan beliau Sekarang tidak menerapkan intrapreneurship. Saya bekerja division Audit melihat gejala filosofi katak meloncat yang terjadi di unit usaha perkebunan sawit ini. Apalagi sang pemilik perusahaan (owner) inginkam profit tahun ini sebab investasi nya belum kembali. sang GM malah asik membuat shortcard yang tidak menaikan motivation dari team work. Ini membuat team masing2 membuat block.
    Teringat Ada staff lapangan cerita kepada Saya ketika waktu masih bekerja di palembang (gatri group) pernah belajar sama Pak Jamil ikut training beliau berujar harusnya GM itu ikut training sama Pak Jamil. Biar paham Dan Tau jadi leader.
    Sambil sya bertanya sama staff tersebut iya harusnya ikut training walau perusahaan sekarat (krisis) tetap increase ilmu updated to skill.
    Dan sekali Jangan sungkan untuk mendoakan beliau.

  • Bila seorang karyawan mempunyai kualitas dan mau jadi kontributor demi kemajuan perusahaan yang jadi prioritasnya. Mungkin akan dibutuhkan dalam pandangan pihak HRD..

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer