Jangan Tuhankan Kerja Kerasmu dan Kehebatan Timmu

Share this

Ada seorang manager berkeluh kesah kepada saya, “Pak Jamil, kami sudah kerja keras, pulang malam, hari Sabtu dan Minggu masih kejar target. Anggota tim saya anak-anak pinter, mereka terseleksi, semangat kerjanya luar biasa tetapi mengapa target tetap tidak tercapai, melesetnya cukup jauh. Tim saya bakal gak dapat komisi, rezeki seret nich. Ada saran pak?”

Saya menjawab ringan, “mas, kalau rezeki yang kita peroleh karena kerja keras maka seharusnya orang yang paling kaya adalah kuli gudang. Mereka kerjanya dari pagi hingga sore memanggul karung yang berat berpuluh-puluh kali dalam satu hari.”

Saya pun melanjutkan. “kalau rezeki yang datang kepada kita karena kepintaran maka seharusnya para profesor, guru besar dan mereka yang memiliki gelar akademik panjanglah yang menjadi orang-orang terkaya. Tetapi faktanya tidak demikian.”

Sang manager tertegun, ia memejamkan mata dan menarik nafas panjang. Setelah saya ikut diam beberapa menit, saya melanjutkan, “jadi belum tentu anak buahmu kerja keras, banyak lembur, mereka pinter dan orang-orang pilihan akan membuat target timmu tercapai. Apabila Sang Pemilik Rezeki tidak memberikan izin rezeki datang kepadamu dan timmu, maka kamu dan timu tidak akan mendapatkan apa-apa.”

Rezeki itu milik Allah SWT, terserah Dia mau dititipkan kepada siapa saja, bahkan ada rezeki yang dititipkan kepada orang yang ingkar sekalipun, itu semua terserah Sang Pemilik Rezeki. Tugas kita meminta kepada-Nya, menyiapkan wadah yang pantas dan kemudian memanfaatkan serta mendistribusikannya.

Saya jadi teringat yang terjadi pada keluarga saya. Orang tua saya adalah salah satu orang miskin di kampung. Namun, keinginan menyekolahkan keempat anaknya selalu menggebu. Secara logika dan nalar manusia, orang tua saya tidak sanggup menyekolahkan putra-putrinya. Puncak kesulitannya, saat saya diterima kuliah di IPB, dua adik saya masih SMA dan SD. Kakak saya sedang kuliah untuk menjadi seorang guru.

Baca Juga  Suka Main Lato-Lato?

Di saat kondisi kritis inilah, orang tua saya berdoa, “Ya Allah, tolonglah hamba bisa menyekolahkan anak-anak hamba. Berikan hamba jalan agar hamba sanggup membiayai sekolah dan kuliah anak-anak hamba, tanpa harus berhutang, tanpa harus menghiba kepada sesama manusia. Engkau Maha Kaya, berikan rezeki untuk studi anak-anakku.”

Tidak lama setelah berdoa, Allah SWT memberikan rezeki kepada orang tua saya melalui alat yang dirancang bapak saya untuk membuat makanan ringan, namanya klanthing, bahan bakunya dari singkong. Klanting buatan bapak ibu saya ini semakin populer dan digemari masyarakat. Bahkan banyak pedagang makanan ringan yang membayar uang muka untuk diprioritaskan mendapat klanting buatan orang tua saya ini.

Produksi klanting ini terus berkembang hingga orang tua saya merekrut karyawan dari luar anggota keluarga. Dari hasil keuntungan klanting inilah saya, kakak saya dan adik-adik saya bisa melanjutkan studi. Untuk membantu orang tua, saya berbisnis sembari kuliah.

Dan ketika bisnis yang saya tekuni sudah membuahkan hasil, kakak saya sudah punya penghasilan tetap sebagai seorang guru. Saya dan kakak saya sudah bisa saling bahu membahu membiayai sekolah dan kuliah adik-adik saya, usaha klanting bapak saya mulai meredup, sangat kesulitan mencari bahan baku, dan akhirnya usaha klanting itupun tutup.

Setelah saya sudah lulus IPB, menjadi insinyur pertanian, Bapak saya pernah mengingatkan, “usaha klanting dikirimkan oleh Allah untuk membantu kamu kuliah dan adik-adikmu sekolah. Begitu kamu dan adik-adikmu tidak memerlukan lagi keuntungan dari usaha itu maka usaha klanting itu diambil lagi oleh Allah SWT, ingat nak kamu adalah Insinyur klanting.” Ya, Allah memberikan rezeki melalui berbagai cara, sulit kita tebak.

Baca Juga  Spiritual Leadership Melesatkan Omset

Kembali kepada sang manajer. Setelah kami ngobrol kesana kemari, sampailah kami pada kesimpulan, “Jangan tuhankan kerja kerasmu, jangan tuhankan kehebatan timmu. Tuhankanlah Tuhanmu, sang pemilik rezeki. Libatkan dan memintalah kepada-Nya sejak kita memulai dan mencari rezeki, setelah itu buat strategi, taktik dan cara yang terbaik untuk mendapatkan rezeki. Kerja menjadi lebih tenang, peluang diberi rezeki berlimpah dan berkah semakin besar.”
Percayalah.

Salam SuksesMulia

Jamil Azzaini
Pemimpin Tahfizh Leadership

5 comments On Jangan Tuhankan Kerja Kerasmu dan Kehebatan Timmu

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer