Salah satu penyebab seseorang tidak move on, stuck, jalan di tempat alias tidak bertumbuh adalah mentalitas playing victim. Selalu merasa bahwa dirinya menjadi korban dan disaat yang bersamaan menyalahkan atau mengkambinghitamkan pihak lain.
Saat ada hal-hal yang tidak sesuai harapan, sang playing victim akan berkata : “orang tuaku mendidikku tidak benar sich, gak pernah belajar ilmu parenting, ya beginilah jadinya nasibku.” Temannya juga bisa disalahkan dengan pernyataan “teman-teman saya kurang mendukung, mereka egois, mereka tidak peduli dengan saya, jadinya hidup saya berantakan.”
Bagi orang kantoran, playing victim bisa dalam bentuk ugkapan: “saya khan gak punya orang dalam, wajar dech kalau karir saya mentok.” Pemimpinnya pun bisa menjadi pihak yang tertuduh dengan mengatakan “gara-gara pemimpin saya pilih kasih, gak adil dalam penilaian, gaji saya tidak naik. Pemimpin saya telah merusak kebahagiaan saya.”
Dan tentu masih banyak contoh ungkapan yang disampaikan oleh para pelaku playing victim. Yang jelas, ciri seseorang yang punya mental playing victim adalah mereka selalu merasa menjadi korban dan selalu menyalahkan pihak lain.”
Ngeri kalau mentalitas playing victim ada dalam diri kita. Maka, saatnya kita mengetahui bagaimana agar mental playing victim menjauh dari kita. Tiga tips berikut bisa menjadi salah satu rujukan.
Pertama, Acceptance. Saat ada kejadian yang terjadi di luar kendali kita, sikap terbaik kita adalah acceptance (menerima). Contohnya, munculnya virus Covid-19 adalah sesuatu yang terjadi di luar kendali kita, dimana kita tidak punya andil atau kontribusi sedikitpun.
Dalam situasi seperti ini dan situasi lain yang di luar kendali kita, acceptance adalah sikap terbaik. Menerima apa yang terjadi sembari mencari hikmah dari kejadian tersebut. Merenungkan apa sebenarnya pesan cinta-Nya untuk kita dari kejadian itu? Apa saja peluang kebaikan yang muncul dari kejadian yang terjadi?
Kedua, Take Responsibility. Setiap ada kejadian yang berhubungan dengan diri kita, jadilah orang yang bertanggungjawab. Kita punya kontribusi atas kejadian tersebut. Saat ada kejadian yang tidak kita harapkan menimpa kita, kita bisa berkata: “Saya bertanggungjawab atas kejadian ini. Saya berkomitmen melakukan perubahan dan melakukan hal yang berbeda agar kejadian seperti ini tidak terulang.”
Ketika ada kejadian buruk yang menimpa kita, saatnya kita membiasakan diri mengatakan “aku” bukan “kamu” Lebih baik kita berkata “aku” menerima kejadian ini dan aku siap mengambil pelajaran dan memperbaiki diri ketimbang berkata “kamu” penyebab kejadian ini, dan gara-gara “kamu” aku ikut susah.
Ketiga, Self Improvement. Dunia berubah begitu cepat, kita perlu punya komitmen untuk selalu berubah, unlearn atas berbagai keahlian yang kita punya. Kita perlu membiasakan diri mengajukan pertanyaan, skill apa yang diperlukan saat ini? Apa yang perlu saya asah dan latih agar bisa memberi solusi permasalahan diri dan banyak orang? Hal-hal apa saja yang perlu saya kuasai agar saya bisa memberi manfaat kepada diri sendiri dan banyak orang?
Jawab pertanyaan tersebut di atas dan kemudian ditindaklanjuti dengan aksi nyata. Miliki semangat dan komitmen untuk mengeluarkan energi, menyediakan waktu bahkan mengeluarkan dana untuk mengasah diri tiada henti.
Apabila kita konsisten melakukan ketiga hal tersebut di atas, mentalitas playing victim akan pergi dengan sendirinya dari diri kita tanpa kita minta. Ini berarti kita menjadi seseorang yang selalu siap move on, bertumbuh dan “melompat” jauh lebih tinggi dari kondisi saat ini. Siap?
Selain membaca tulisan di website saya ini, Anda bisa mendapatkan berbagai inspirasi di akun instagram saya @JamilAzzaini
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
Inspirator SuksesMulia