Jangan Kebanyakan Teori

Share this

Bermodal 900 ribu dan 1 juta rupiah, setelah 20 tahun menjadi hampir 100 milyar rupiah, itulah bisnis yang dijalani oleh Mursida Rambe (BMT Beringharjo, Jogja) dan Karsiwi (BMT Bina Masyarakat, Purworejo). Silakan baca ceritanya di tulisan saya sebelumnya: Awalnya… Akhirnya…

Apa rahasinya sehingga mereka bisa menahkodai BMT menjadi kegiatan ekonomi yang bisa tumbuh secara bisnis dan memberdayakan puluhan ribu anggotanya? Setelah saya melakukan wawancara, kajian dan pendalaman setidaknya ada tiga hal yang mereka yakini dan lakukan.

Pertama, libatkanlah Allah SWT dalam bisnis. Mereka sangat yakin bahwa apabila berbisnis dengan cara yang benar maka “tangan” Allah akan turun membantu bisnis mereka. Maka, kata-kata “luruskan niat” sering meluncur dari mulut kedua orang ini saat berdiskusi, ngobrol atau rapat karyawan.

Mursida Rambe di Hongkong. Saya dan Karsiwi.
Mursida Rambe di Hongkong. Saya dan Karsiwi.

Secara kalkulasi bisnis, uang satu juta, tidak layak untuk dijadikan modal bisnis. Bagaimana mereka harus menggaji karyawan, menutupi biaya operasional, membayar sewa tempat dan membayar biaya-biaya lainnya? Sungguh, analisa kelayakan bisnisnya sangat tidak layak. Tetapi mereka sangat yakin bahwa apa yang dilakukan karena Allah SWT akan selalu mendapat pertolongan dari Sang Pemilik Rezeki.

Kedua, memadukan 4-ah (nafkah, ibadah, istiqomah, ukhwah). Sejak pertama kali membangun BMT, mereka sudah berkomitmen bahwa lembaga itu akan dijadikan ladang bagi mereka, tempat untuk mencari nafkah. Mereka pun selalu menanamkan dalam pikiran dan hati mereka bahwa bekerja di BMT adalah ibadah yang tinggi, karena mereka bisa membantu dan memajukan orang lain.

Mereka juga sangat yakin, bahwa tetesan air yang kontinyu bisa melubangi batu. Maknanya, apapun yang mereka lakukan istiqomah (konsisten) dan bersungguh-sungguh akan bisa berdampak besar bagi kehidupan mereka dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Mereka rajin bertemu dan memajukan para pedagang yang menjadi anggota mereka. Hasilnya? Para pedagang itu menjadi pendukung loyal bisnis mereka hingga saat ini.

Baca Juga  Membangun Networking

Mereka juga sangat menjaga ukhwah (team work dan persaudaraan). Bahkan diantara mereka menjadi “mak comblang” perjodohan bagi teman-temannya sesama pendiri BMT. Mursida Rambe mencarikan jodoh bagi pendiri BMT Beringharjo yang lain. Sementara pendiri BMT Beringharjo yang lain mencarikan jodoh buat Mursida Rambe. Ukhwah mereka semakin menguat dengan hal-hal seperti ini.

Ketiga, jangan banyak teori. Kebanyakan teori membuat kreativitas mati dan muncul ketakutan untuk mengambil keputusan. Lebih baik, dapat satu teori kemudian terapkan, evaluasi, perbaiki, belajar lagi dan terapkan lagi. Apabila teori lama sudah diterapkan mantap, maka mereka belajar teori baru lagi, terapkan lagi, evaluasi lagi, perbaiki, belajar dan terapkan lagi.

Mereka punya pengalaman pahit berkaitan dengan kebanyakan teori. Saat ada orang menawarkan tanah, mereka diskusi dengan teamnya. Berbagai teori dan kaedah bisnis dikaji saat mereka diskusi. Dan setelah beberapa hari, mereka memutuskan untuk membeli tanah itu. Namun ternyata, tanah yang dijual murah di tempat yang strategis itu telah dibeli orang yang tidak terlalu banyak teori dan diskusi.

Mau seperti mereka? Praktekkanlah ketiga hal tersebut di atas dan silakan bertamu dan belajar langsung dengan mereka.

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook

15 comments On Jangan Kebanyakan Teori

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer