Bicara tentang minor, pasti ter-imej dalam benak kita adalah sesuatu yang dikategorikan buruk, negatif dan bersifat jelek.
Namun setelah saya membaca buku karya ust. Felix Siauw yang berjudul : Beyond The Inspiration. Saya jadi terinspirasi dan sedikit “latah” membahas tentang apa itu “minor”. Hehehe.. 🙂
Dalam konteks ini. Tentuk dalam sudut pandang yang positif. Saya akan memperjelas kata minor itu diambil dari istilah minoritas yang artinya jumlahnya sedikit. Kelompok minor kali ini justru memiliki keistimewaan dibanding orang kebanyakan pada umumnya.
Bagaimana tidak, bukankah dari ratusan negara di dunia, hanya ada 1 team kesebelasan yang juara football world cup ? Sudah pasti yang juara piala dunia cuman satu kan. Berarti termasuk minor tuh hehe.. 🙂
Begitupula pemain bulutangkis Indonesia seperti “Tantowi Ahmad dan Liliyana Natsir” menjuarai kejuaran Dunia di Guangzhou Cina. Hanya mereka yang selalu terbaik saat itu. Artinya juga minorkan?
Bila kita pernah mendengar Sayyid Muhammad Husein Tabataba’i, yang mulai belajar Al Quran pada usia 2 tahun, dan berhasil hafal 30 juz dalam usia 5 tahun. Tentu ini hanya terjadi pada kondisi dan pola pendidikan dari orang tuanya yang minor (tidak pada umumnya) pula. Artinya orang tuanya bener-bener hebat, mampu menggali potensi kecerdasan Husein Tabataba’i. Minor tapi HEBAT.
Kalau Anda pernah dengar para penemu atau ilmuwan terdahulu seperti Thomas Alfa Edison, Albert Einstein atau Galileo Galilei dan banyak lagi. Selalu saja mereka dicemooh, drop out dari sekolah, bahkan dikucilkan karena dianggap kurang waras oleh lingkungannya sebagai mahluk minor.
Dan masih banyak lagi orang-orang berprestasi di Dunia ini, dan mereka adalah bagian kaum minor yang lebih tepatnya “minoritas” atau bagian paling sedikit dibanding yang lain.
Lantas, mengapa beberapa bisa istimewa, namun kebanyakan orang tidak bisa ? Jawaban ini membuat saya terhenyak seketika, logis, simple, dan tak terbantahkan.
“Karena ada usaha yang mereka lakukan kemarin hingga saat ini dengan cara-cara minor, cara-cara yang tidak kita lakukan. Mereka melakukannya dengan tidak umum, tidak biasanya. Mereka melakukan dengan luar biasa. Melakukan dengan yang TERBAIK.”
Yes, ini menegaskan makna “Man Jadda Wajada”, hanyalah kesungguhan yang membedakan kita yang biasa-biasa dengan mereka yang istimewa.
Namun belakangan ini, banyak beberapa isu bergulir bahwa seakan-akan orang yang “minor” dianggap gak gaul, gak modis, gak ini dan itu….ya inilah salah satu barrier (penghalang) yang harus dibuang jauh-jauh.
Adalah mereka yang “istimewa tadi pasti mengalami barrier dalam mencapai mimpinya menjadi expert“…bahkan seorang sahabat pernah bilang pada saya :
“Bro, liat aja jamaah shalat subuh, pasti gak sampai 2 baris, ya karena mereka orang-orang pilihan yang gak memilih tidur seperti orang kebanyakan”
So, kali ini bukan saatnya lagi mengedepankan gengsi atau berusaha “ikut-ikutan” agar gak dibilang aneh, justru saat kita yakin apa yang dilakukan adalah baik namun orang lain tak melakukan, itulah nilai lebih kita dibanding yang lain.
# seorang pedagang, memiliki khas pelayanan yang akrab dan hafal nama2 pelanggannya…itu istimewa karena minor.
# seorang pegawai memiliki pengetahuan luas tak hanya bidang tugasnya saja….itu istimewa, dan mereka terbilang minor dikalangannya.
# seorang ibu yang dengan baik mendidik anaknya dan memiliki usaha halal yang sukses….itu bener-bener kaum ibu yang minor dan teramat istimewa.
Bahkan di beberapa firman Allah dalam surat Al – Haaqah ayat 41:
” Dan Alquran itu bukanlah perkataan seorang penyair, sedikit sekali kamu beriman kepadanya“
Begitu juga dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’min ayat 58:
“……. dan tidaklah (pula sama) orang2 yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang2 yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran”
Nah. Ternyata ga ada yang salah untuk menjadi kaum minor. Selama kita bisa memberikan yang terbaik, prestasi terhebat bagi yang mayo. Yuk, Jadilah menjadi mereka seperti orang-orang minoritas. Yang sedikit, justru istimewa 🙂
Salam Minor heheh.. 🙂
Tulisan dikirim oleh Abd. Wahid Wijaya
10 comments On Jadilah yang Minor
Mantap artikelnya mas Abd. Wahid Wijaya.
Insyaallah kita bisa menjadi orang MINOR yang berKUALITAS. Terus BELAJAR atau berguru pada mentor yang EXPERT di bidangnya.
Maaf mas mau sedikit koreksi tulisan “Man Jadda Wa Jadda”,transliterasi bhs Indonesianya sptnya bukan begitu tetapi “Man Jadda Wajada” yg artinya “siapa yg bersungguh2 dia yg akan menemukan(berhasil)”. Maaf kalo saya yg salah..
Terimakasih koreksinya mas…iya sy typo di artikel tersebut…sukses slalu mas 🙂
Hehe.. Saya ibu2 Mas…
InsyaAllah kita menjadi kaum yang minor yang bermanfaat bagi orang dan barokah, amiin
Manthebek.. Seperti sup buntut yg nikmat, hanya ekornya saja kan dari bagian sapi yg maknyuss;)
Great article Mas Wahid, kalo istilah anak muda sekarang “Anti Mainstream”
Salam Minor!
Betul juga ya. Walaupun ngga semua minor bisa berprestasi. Syarat man jadda wajada itulah saya rasa poin utamanya. Nice sharing mas bro.
Nice article. Thanks
sip menginspirasi “jadilah dirimu sendiri” yg bermanfaat bagi sekelilingmu amin