Lebaran kemarin saya bertemu dengan sahabat lama saya Basori. Pada tahun 90-an dia menjadi buruh panggul di gudang-gudang yang ada di Bandar Lampung. Bayaran yang diterimanya antara Rp 15ribu sampai Rp25 ribu per hari. Namun sering juga ia tidak memperoleh bayaran karena tidak ada barang yang harus dipanggul.
Saat orang tuanya meninggal ia mendapat warisan sawah dan kebun. Ia olah sawah dan kebun itu dengan sungguh-sungguh, dan hanya sekali-kali menjadi buruh sekadar untuk mendapat uang tunai. Suatu saat hasil kebunnya lumayan, saat itulah ia dihadapkan pada pilihan: membeli sepeda motor yang ketika itu sedang trendi atau membeli sapi yang bisa beranak pinak.
Saudara dan teman-temannya di kampung itu berkata, “Gengsi (malu) lagi gak punya motor…” Tetapi Basori “melawan arus” pendapat di kampungnya, ia membeli sapi bukan sepeda motor. Untuk keperluan transportasi dia menggunakan sepeda tuanya.
Hasilnya, sapinya terus berkembang biak. Dari hasil ternak sapi inilah akhirnya Basori bisa membeli tiga sepeda motor buat dirinya dan keluarganya. Sementara teman-temannya yang dulu memilih membeli sepeda motor, sekarang harus menjualnya untuk menutupi berbagai kebutuhan hidupnya.
Kita belajar satu hal dari Basori, saat memiliki uang berlebih gunakanlah untuk sesuatu yang bisa menghasilkan atau berkembang biak bukan untuk sesuatu yang menambah pengeluaran. Bila kita membelanjakan sesuatu demi gengsi dalam jangka panjang kita yang rugi. Sebaliknya, bila kita gunakan untuk investasi maka gengsi akan mendatangi kita di kemudian hari.
Pilihan antara investasi dan gengsi bukan hanya terjadi di kampung Basori. Akan tetapi itu terjadi juga disekitar kehidupan kita. Betapa banyak orang yang rela menggunakan dana pinjaman hanya sekadar untuk memperbaiki penampilan demi gengsi. Namun, banyak juga yang hidupnya tetap sederhana dan menggunakan dananya untuk memperbesar atau memperbanyak investasinya.
Yang pasti, gengsi menjadikan banyak orang hidupnya merana sedangkan investasi menjadikan kehidupan kita semakin lama semakin bergengsi. So, mari kita berinvestasi dan kuburlah gengsi!
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
26 comments On Investasi atau Gengsi?
Sip bgt,saya jg sependapat
Bener bgt nih!!
Lebih baik hidup sederhana dulu..
Saat kaya nanti,pasti hidup kita akan mjd berGengsi 🙂
Stuju . . .3x
berpikir u masa depan, tidak hanya u kesenangan sesaat apalg u pamer.
Pljrn berharga dr pak Basori
Insya Allah. Ga gengsi lagi ah,hehee
Dengan membaca tulisan pak Jamil,wawasan jadi bertambah.
Salam sukses maulia.
Mantab pak..
Makasih, malu saya..seandainya saya baca ini dari 4 tahun yang lalu..
Alhamdulillah, membaca artikel ini di saat yang tepat. No more gengsi, saatnya investasi. ^_^
Alhamdulilah membaca artikel bapak pagi menguburkan niat saya untuk memeliki BB, dengan uang tersebut bisa saya alokasikan ke tabungan perencanaan saya…terima kasih pak, selalu ada kebaikan yang selalu saya dapat dari artikel bapak…semoga pak jamil selalu diberi kesehatan agar artikel2 yang bagus dr bpk dpat saya baca setiap pagi..amien 🙂
Jadi ingat pengalaman sendiri…
Awal tahun lalau saya ada uang berlebih. Sebagian kecilnya saya sisihkan untuk membeli iPad yang katanya akan dirilis April 2010. Saya menitipkan uang untuk membeli iPad tsb kepada istri. Tapi, apa yang terjadi? Uangnya malah dibelikan sapi bunting oleh istri saya. Waktu itu kesal, sih.. Tapi, sekarang saya justru bersyukur karena keputusan istri saya membeli sapi itu sangat tepat. Sebelum Lebaran kemarin dia melaporkan, sapi yang dulu dibeli sudah beranak 2. Walhasil, kalau sekarang semua sapi tersebut dijual harganya sudah 2-3 kali harga iPad terbaru.
Awal tahun ini saya ada lagi uang lebih. Istri saya menggoda, “Mau dibelikan iPad? iPad2 mau keluar tuh..” Saya geleng-geleng kepala. “Heheheh.. uangnya juga sudah tidak ada. Sudah dibelikan domba bunting dan emas.” Lagi-lagi itu keputusan yang tepat. Dombanya sekarang sudah melahirkan 2 anak domba yang sehat dan harga emas naik teruuus setiap hari.
Begitulah pengalaman saya… berkat kejelian istri berinvestasi.. dana yang setara untuk 2 iPad dalam setahun berkembang menjadi 3 sapi dan 3 domba serta beberapa gram emas.
iPad makin kesini makin “ketinggalan zaman” dan makin “murah”. Sementara sapi, domba dan emas bisa untuk membeli beberapa iPad, juga menambah jumlah domba dan sapi heheheh..
memang betul kek, dilingkungan saya banyak yang lebih memikirkan gengsi daripada investasi, tapi sekarang saya pribadi sedang mencoba berinvestasi, bukan menabung uang kertas..
Gengsi juga imbas dari budaya kita sekarang ini, harta adl segalanya. Lihat sj fenomena mudik skrg ini, yg ditunjukan ke ortu apa saudaranya adalah kebanyakan materi.
Selamat Idul Fitri n mohon maaf lahir batin kepada Ustadz JA dan semua teman2.
betul pak…sekarang saya sedang berfikir untuk beli investasi…
setuju bgt om,… smoga saya dijauhkan dari godaan gengsi2an…:)
Terima kasih atas pencerahannya Pak Jamil salam
saya sendiri pilih INVESTASI. Tapi terkadang karena GENGSI selalu kita selimuti dengan KEBUTUHAN sehingga sering dianggap juga INVESTASI…
Semisal beli mobil, termasuk GENGSI atau INVESTASI? mhn ciri untuk membedakan keduanya?
segera INVESTASI !
tring!! Jadi ada ide segar unt investasi dr pak Jamil 🙂
Betul sekali Pak Jamil !! Lebih baik juragan yg berpanampilan pembantu, daripada pembantu yg berpenampilan juragan, jika 2 pilihan itu dihadapkan kita !! Smoga sukses!!
jadi inget kata om Rangga Umara-owner Pecel Lele Lela “Kalo mau sukses jangan banyak GENGSI,kalo uda sukses pasti berGENGSI”
Sepakat Pak Jamil.
Artikelnya sangat menginspirasi dan cukup menampar bagi “pemuja” gengsi.
Ayo… mulai investasi sekarang, biar Kaya hari ini dan Super Kaya di masa depan.
Alhamdulillah.. Semoga investasi akhirat jg lebih diutamakan ya Pak, di dunia cuma bentar..:))
Sangat menginspirasi.. Semoga Allah membalas dengan yg lebih baik
Sulit sekali merubah paradigma masyarakat kita mengenai definisi sukses, sebagian menilai sukses itu dari apa apa yang nampak dimata orang banyak. Jika memiliki ini berarti sudah sukses, jika tidak memiliki itu berarti gagal, sehingga orang berbondong2 untuk menstimulasi otak agar bagaimana ia disebut sukses, penyakit suka dipuji itu bahaya, terlebih lagi Gengsi. Gengsi dianggap miskin, gengsi kalah bersaing dengan tetanggga dll. Kalo boleh disimpulkan “Gengsi tidak akan membuat anda kenyang, gengsi membuat pikiran anda terus melayang tanpa ada kenyata’an”.kebanyakan orang sekarang mengutamakan “ajinng toto soko busono ketimbang ajining ati soko lathi”. Gengsi nomer siji. Jaman sudah edan pak..
Gengsi tidak bisa bikin kaya, tapi kaya bisa bikin bergensi. makasih pa Jamil
Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari investasi.. *plesetan dr lagunya Bondan fade2Black 🙂
hidup dg sederhana adalah mulia..tp jangan men-sederhana-kan impian..hidup untuk sukses dan mulia ya Pak! 🙂
buat orang yang teliti, trend itu sifatnya hanya sementara, kalau sudah terlanjur nyebur pasti akan terbawa arus & sulit untuk melepaskan diri, karena pengaruh orang2 sekitar yang notabene pemuja trend juga.. 🙂
jadi pengen cpet” investasi 😀