Integritas yang Patah

Share this

Harri Firmansyah RAhad pagi, seorang gadis kecil cantik merengek minta ayahnya segera keluar kamar dan bermain dengannya, sang ayah menjawab permintannya sambil tiduran..dia bilang, “sebentar ya sayang…”. Beberapa menit kemudian dia masuk kamar lagi dan meminta ayahnya segera menemaninya, kecewa masih melihat ayahnya masih juga bermalas-malasan, sambil berlari keluar kamar dia bilang ” katanya mau nemenin, kok masih tiduran sambil bbm-an, lamaaa lagi !!! “.

Terperanjat dengan perkataan anaknya, si ayah beristighfar dan bergegas keluar. Seketika sang Ayah teringat apa yang sering dikatakannya di depan kelas, di depan para audience, betapa anak butuh akan kehadiran kita orang tuanya, bukan hanya sekedar ADA raganya , namun hadir juga jiwa, ruh dan kasih sayangnya.

Pagi itu sang Ayah kembali belajar ternyata penghargaan dari orang-orang terdekatnya -yang tahu keseharian dan kebiasaanya- bernilai jauh lebih murni dibanding penghargaan dari audience yang baru saja terpukau oleh materi trainingnya dan bertepuk tangan hebat karenanya.

Dialog sederhana dengan anaknya pagi itu, kembali mengingatkannya tentang INTEGRITAS, Beberapa tahun sebelumnya ia pernah diajarkan tentang sebuah pakem trainer yang ga boleh dilanggar ini. Ia curhat kepada gurunya, kurang lebih seperti ini :

“Guru…Hati saya menangis, ketika menyadari mengapa saran yang saya berikan kepada klien saya, bisa mengubah hidupnya, memperbaiki kualitas komunikasi keluarganya, membuat mereka naik level, tapi …mengapa arahan saya itu tidak mudah berlaku buat saya pribadi?”

Sang guru bijak berkata,

“Tangismu menandakan bahwa kamu orang baik. Orang baik yang sedang menyadari bahwa pikiran, perkataan dan perasaannya sedang berjalan tidak selaras dengan tindakannya. Integritasmu patah, karena itulah engkau menangis. Integritas yang patah tidak dapat menumbuhkan kepercayaan diri.”

Baca Juga  Apresiasi itu Menentramkan Hati

Sebentar guru bijak tadi menghela nafas,

“Berhenti mengajar orang tentang hal yang kamu sendiri tidak lakukan atau mulailah melakukannya. Dari situ engkau akan mendapatkan kepercayaan dirimu dan kekuatanmu kembali.”

hmmm..ahad pagi itu, benar-benar mampu mengkreasi ulang dirinya, Ia kembali belajar. Belajar bukan dari guru sepuhnya, melainkan belajar dari seorang guru kehidupan yang masih sangat muda belia yaitu anaknya.

O ya, gadis cantik kecil itu namanya Alia..usianya akan genap 6 tahun agustus nanti, ia anak saya, tentu saja ayahnya yaa saya ini hehe..

Sahabat, daya gugah, daya ubah memang bukan dihasilkan dari silat lidah yang indah. Ucapan kita hanya akan “menggerakkan” jika kita benar-benar menjaga bahwa yang kita keluarkan dari lisan kita adalah apa-apa yang sudah kita lakukan. Ia adalah integritas yang tuntas dan tegas tertunaikan.

Semoga kita semakin bisa mensukseskan dan memuliakan jiwa kita dan orang – orang sekitar kita dengan integritas yang selalu terjaga :).

Harri Firmansyah (@PassionateHarri)

2 comments On Integritas yang Patah

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
10 + 5 = ?
Reload

Site Footer