Sepuluh hari terakhir hampir setiap hari saya naik pesawat. Empat kota yang saya tuju adalah Surabaya, Bali, Medan dan Balikpapan. Bahkan untuk tujuan Bali, dalam tiga hari saya berkunjung dua kali.
Namanya naik pesawat, jadwal penerbangannya kadang tidak menentu. Adakalanya tepat waktu namun sesekali delay juga. Bahkan pernah pesawatnya terbang lebih cepat dari jadwal, sehingga saya pun ‘ketinggalan pesawat’. Ajaib, kan? Hehehe…
Sebagai manusia biasa, saya pun merasakan lelah. Namun dalam lelah saya mencoba menemukan hikmah. Saat duduk di pesawat maupun di kamar hotel, saya sering berdialog dengan diri sendiri, “Mungkinkah lelahku ini bernilai ibadah di sisi Allah?” Benarkah lelahku ini untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang yang saya cintai? Ataukah, lelahku ini untuk memuaskan ego pribadiku saja?”
Air mata yang mengalir di pipi saat di kamar hotel menjadi saksi bahwa sebagai seorang trainer saya juga merasakan kegelisahan dan kegalauan hidup. Saya khawatir kehilangan moment-moment penting bersama keluarga. Saya juga amat sangat khawatir bila yang saya lakukan hanya bernilai di mata manusia tetapi tidak bernilai di hadapan Allah –Ampuni aku ya Allah, terimalah semua yang aku lakukan sebagai ibadahku kepada-Mu…
Lelah itu telah mengingatkan bahwa hidup yang sebenarnya adalah di kehidupan setelah dunia. Percuma di duniah hebat, terkenal dan ternama bila di akhirat ditempatkan di tempat yang terlaknat. Percuma di dunia dielu-elukan banyak orang bila di akhirat tidak bisa memeluk kangjeng Nabi yang sangat saya rindukan –Saya ingin berjumpa dengan manusia mulia itu, saya ingin menciumnya. Bisakah? Mungkinkah?
Lelah itu telah menyadarkan saya untuk lebih memberi perhatian kepada keluarga dan orang-orang yang mencintai saya. Karena mereka saya bertumbuh. Karena mereka saya memiliki energi dan semangat yang terus menggelora. Sungguh amat hina apabila saya hanya memberikan waktu-waktu sisa kepada mereka.
Lelah itu telah memberikan banyak pelajaran hidup. Jangan marah kepada lelah, karena ia datang membawa banyak hikmah. Apabila kita bisa mengambil hikmah dari lelah maka secara perlahan lelah itu akan pergi digantikan dengan semangat baru yang lebih berenergi. Mari bekerja dan beraktivitas hingga lelah agar kita memperoleh banyak hikmah…
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
14 comments On Hikmah di Balik Lelah
“Mungkinkah lelahku ini bernilai ibadah di sisi Allah?†Benarkah lelahku ini untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang yang saya cintai? Ataukah, lelahku ini untuk memuaskan ego pribadiku saja?â€
What a great question!
Unt perenungan, saat kita “heboh” dgn hari-hari dan rutinitas kita…
semangat semangat semangat !!! thanks pak jamil …
http://proposalmushola.blogspot.com/
Salam..
Yaa Rabb,, Jadikan Lelahku ini Sebagai Ibadah kepada-Mu, Aamiin,,
Terima kasih Kek JA atas nasehatnya,
Salam SuksesMulia
Nova
JayaBerkah
amin..
Semoga lelah q juga mnjadi hikmah
@dr_want
aku bersyukur masih diberi lelah…banyak orang yang susah mencari kelelahan (Nganggur).
Tepat ketika merasa lelah dengan rutinas pekerjaan yang sepertinya tiada berujung…….
Terima kasih pak atas pencerahannya
Terkadang lelah fisik menjadi obat tidur yang mujarab. Dengan niat yang tulus semoga lelah kita menjadi Ibadah, amin
salam
Hey,
Pak Jamil benar, saya juga suka merasakan lelah. terkadang saya capek teramat sehingga memotong waktu bermain dengan anak saya. Hal ini yang mendorong saya untuk berkembang dan maju, supaya memiliki banyak waktu untuk keluarga.
Ibadah menjadi tujuan utama dalam berkarya dan maju. Hal ini dapat meningkatkan motivasi ketika semnagat menurun.
Coba di lihat di http://www.emirzakiar.blogspot.com ada beberapa tips dalam mengatasi penurunan motivasi.
Semoga bermanfaat
Have a Happy Day
-EZ
Bila Kita Lelah di Malam Hari karena BerAmal di Siang Hari, BerSyukurlah karena dengan itu Kita Membuat PerBedaan.
Saya Adalah Orang yang Merasa TerCerahkan Sejak Akhir Tahun Lalu BerTemu di Pelatihan Guru.
Karena Itu Saya Meminta Istri dan Anak-Anak Untuk Juga Dapat Bertemu Guru. Alhamdulillah Kami Semua Sudah Pernah Belajar Dengan Guru (kecuali anak yg paling kecil), walau mungkin Guru Tidak Tahu kalau itu Anak saya.
Untuk itu Saya BerDo’a Untuk Guru Dan Keluarga Agar Selalu DiBeri Kekuatan dan Hidayah Oleh Yang Maha Kuasa.Amin…
BerAmal lah Hingga Kita Yakin (mati)…
Tks Guru Tulisannya Pagi Ini…
wah terima kasih sebagai inspirasi dan semangat hidup buat saya Mas Jamil
Terima kasih Mas, kata-katanya telah membuat merinding dan ingin menangis. Semua mungkin merasakan hal yang sama, smoga menjadi inspirasi untuk kami untuk tetap kerja dan beribadah …
terimakasih ya pak,dalem banget kata2 nya
Jleb.. terima kasih pencerahannya Pak.
Sebagai bahan perenungan, instropeksi diri
makasih Pak Jamil