Jalaluddin Rumi pernah menyampaikan: Kematian terburuk adalah tanpa cinta.
Cinta adalah akar kebahagiaan. Suatu kejadian yang bagi orang lain penderitaan, bagi orang yang sedang jatuh cinta itu adalah romantisme. Misalnya, dalam keadaan hujan, sepasang pengantin baru naik mobil pribadi dan mobilnya mogok. Sang istri memayungi sang suami yang berusaha memperbaiki mesin mobil. Menurut Anda, apakah kejadian itu suatu penderitaan atau suatu romantisme? Jawabannya, tergantung rasa cinta yang ada pada keduanya.
Cinta tertinggi tentu cinta kepada Sang Pemilik Cinta, Allah swt. Untuk sampai kepada titik tersebut, ada tahapan yang perlu dijalani.
Tahapan pertama, cintai dirimu sendiri. Bagaimana kita mencintai diri kita sendiri? Fokuslah pada kekuatan dan kelebihan yang telah Allah swt berikan kepada kita. Setiap orang pasti punya kelebihan dan kekuatan, maka temukan, asah dan kembangkan. Orang yang belum bisa menemukan kekuatan atau kelebihan diri sangat sulit bisa mencintai Sang Pemilik Cinta dengan indah, jernih dan totalitas.
Selain itu, mencintai diri sendiri juga ditunjukkan dengan kesediaan kita menyediakan waktu untuk ngobrol dengan diri sendiri (muhasabah). Bukti ketiga bahwa kita mencintai diri kita adalah dengan bersedia memaafkan orang lain dan memberi maaf atas kesalahan orang lain.
Tahapan Kedua, mencintai makhluk hidup dan alam semesta. Mencintai sesama dibuktikan dengan kesediaan kita untuk memberi dengan tulus kepada sesama, dengan kata lain kita bermental giver. Untuk melatih rasa cinta ini, bisa dimulai dengan banyak mendoakan orang lain. Saat perjalanan ke kantor, doakanlah orang yang Anda lihat meski kita tidak mengenalnya.
Doanya bisa begini: Ya Allah, selamatkanlah dunia-akherat orang itu, turunkanlah rahmat-Mu kepadanya, berikanlah keberkahan dalam hal rizki, keluarga dan kehidupan orang itu.
Kesediaan kita untuk merawat hewan ternak, hutan, taman, halaman, kolam, kebun juga akan melatih rasa cinta kita dalam tahapan ini. Bila kita mencintai alam dengan benar, alam pun akan berdamai dengan kita. Alam tidak akan marah dalam bentuk banjir, longsor dan bencana alam lainnya.
Berterima kasihlah kepada sesama dan alam semesta juga wujud kita mencintainya.
Tahapan Ketiga, Cintailah Sang Pemilik Cinta. Kita bisa mencintai-Nya dengan sepenuh cinta bila kita pandai bersyukur. Banyak nikmat berlimpah dan sangat penting yang telah diberikan oleh Allah swt namun jarang disyukuri.
Bisa bernafas itu karunia yang sangat besar, berhenti bernafas dalam beberapa menit kita bisa mati. Namun nikmat ini jarang disyukuri. Mari kita sejenak syukuri nikmat ini dengan berucap: alhamdulillah…
Bersyukur kepada Allah swt karena telah memberi begitu banyak nikmat, termasuk nikmat punya sahabat, saudara dan alam semesta yang ternyata semua itu disediakan untuk kehidupan dan kemakmuran manusia.
Mari kita lakukan 3 tahapan cinta tersebut agar ketika kematian menjemput, itu adalah kematian terindah bagi kita semua. Mau?
Bolu – Turki, 24 Januari 2021
Jamil Azzaini