Saya mendapat kiriman iklan, game online, Hago. Saya tonton iklan itu berulang-ulang, sembari bertanya-tanya dalam hati “benarkah ini iklan?” Bila dijelaskan dengan bahasa tertulis, kurang lebih skenarionya begini:
Disuatu kelas, terdapatlah seorang bapak guru yang galak. Ia sedang menulis materi pelajaran di papan tulis. Ada satu murid yang mendapat hukuman, berdiri di depan kelas. Siswa lain dengan terkantuk-kantuk dan kurang antusias mengikuti pelajaran dengan terpaksa.
Saat sang guru dengan wajah galak memperhatikan siswa di kelas, datanglah seorang siswa yang terlambat. Sang guru yang digambarkab galak tersebut langsung berubah ekspresinya, wajah yang semula galak, tiba-tiba menebar senyum.
Setelah itu, sang guru segera menghampiri anak yang terlambat tersebut dengan sikap seperti seorang anak buah rendahan kepada bosnya. Badannya sedikit dibungkukkan, lalu tasnya ia bawakan untuk diletakkan di meja siswa. Dan si anak yang berlagak seperti bos dipersilakan duduk di kursinya, sang guru berperilaku layaknya anak buah kepada majikannya.
Si anak yang terlambat duduk, dagunya ia angkat, tanpa berkata sepatah pun. Semua teman-temannya langsung melihat ke arah sang murid terlambat dengan mulut terbuka tanda bahwa mereka kagum.
Mengapa sang guru berperilaku seperti itu? Jawabnya ada di akhir iklan berdurasi 30 detik itu. Ternyata, siswa tersebut jago bermain games online dan sang bapak guru galak adalah lawan mainnya.
Saya punya video iklannya, saya upload di akun instagram saya @JamilAzzaini silakan yang ingin menontonnya.
Sungguh, iklan ini bagi saya merendahkan profesi guru. Juga menunjukkan rendahnya adab seorang murid terhadap guru.
Saya, sebagai orang tua yang pernah anak saya kecanduan game sangat menyesalkan iklan ini. Kami pernah kesulitan mengajak anak untuk lebih produktif karena lebih suka bermain game, tiba-tiba mendapat tontonan yang membudayakan siswa dan guru bermain game. Untuk menyadarkan anak yang kecanduan bermaib game online itu perlu waktu dan menguras energi. Menurut saya, iklan ini membuat orang tua seperti sata sangat kecewa.
Iklan tersebut adalah ontonan yang sangat tidak layak menjadi tuntunan. Saya berharap, pihak terkait memberi sangsi kepada perusahaan yang mengeluarkan iklan ini. Bagi saya, kreativitas harus tetap menjunjung tinggi moralitas.
Anda setuju dengan pendapat saya? Jika setuju, silakan share tulisan ini.
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
Pecinta Guru