Forgiveness M. Fadli Immammuddin

Forgiveness

Share this

Oleh Fauzi Rachmanto

Tuan rumah berjaya di event Asia Road Racing Championship 2015 di Sirkuit Sentul.

Pebalap Motor Indonesia M. Fadli Immammuddin merayakan selebrasi kemenangannya dengan memperlambat motor menyapa supporter yang telah mendukungnya sepanjang balapan.

Namun tiba-tiba, dari belakang pebalap Thailand Jakkrit Sawangsat meluncur kencang menghantam M. Fadli, tabrakan keras tak dapat dihindari.

M. Fadli cidera parah, yang mengakibatkan kaki kirinya harus diamputasi. Pebalap motor potensial itu harus menerima kenyataan karirnya di balap motor harus berakhir akibat peristiwa tadi.

Meski tidak mengalami cedera berarti, Jakkrit merasa sangat bersalah atas peristiwa tersebut dan memutuskan berhenti dari balapan.

Mendengar itu, Fadli justru berangkat ke Thailand, menemui Jakkrit, dan menyampaikan bahwa ia telah memaafkan, ia telah mengikhlaskan apa yang sudah terjadi. Dan meminta Jakkrit membalap kembali.

Sebuah sikap “sportsmanship” yang jarang kita temui hari ini. Keduanya bahkan kemudian menjadi sahabat.

Lalu bagaimana masa depan Fadli? Bagi juara sejati, hanya ada satu pilihan : terus bergerak maju.

Balapan adalah dunianya, amputasi kaki tak mampu menghalangi. Selain menjadi mentor pebalap muda, Fadli adalah atlet Para Cycling yang berprestasi. Di Asian Para Games 2018 lalu medali Perak dan Emas mampu diraihnya.

Fadli telah mengikhlaskan apa yang menimpanya, memaafkan orang yang memicu keadaan yang tidak diinginkan. Dan karenanya dia terbebas dari beban yang dapat menghambatnya bergerak maju. Sebuah sikap yang menggambarkan “forgiveness”.

Banyak diantara kita memilih untuk “memelihara” dendam, sakit hati, marah atas sebuah peristiwa atau seseorang di masa lalu. Tanpa menyadari bahwa energi negatif yang terus dipelihara akan menggerogoti kesehatan batin dan bahkan fisik. Seperti punya sebuah luka namun tak ingin luka itu sembuh.

Baca Juga  Siap Melahirkan Pemimpin Hafal Qur'an

“Aaah tapi kan susah … Gak ngalamin sendiri sih, betapa jahatnya orang itu, betapa sakitnya hati ini …”

Forgiveness itu seperti otot. Kita bisa memulai berlatih dengan melakukan untuk hal-hal yang lebih sederhana. Sebelum “angkat beban” yang lebih berat.

Mungkin sesederhana memaafkan rekan kerja yang tadi waktu meeting komentarnya ngeselin? Memaafkan pasangan yang lupa membelikan pesanan Anda? Memaafkan anak yang membuat berantakan rumah? Atau memaafkan teman yang pas jaman kampanye pilpres sering posting jelekin jagoan Anda?

Untuk latihan, gak perlu secara fisik Anda sampaikan.

Luangkan waktu dalam kesendirian. Tenangkan hati. Dan bayangkan orang yang Anda maksud hadir di depan Anda, dan sampaikan bahwa Anda sudah memaafkannya mengikhlaskan perbuatannya, dan meminta agar dia juga memaafkan Anda.

Lalu rasakan apa yang hadir di hati Anda.

Semakin sering dilakukan, otot “memaafkan” Anda akan semakin kuat, dan siap untuk memaafkan hal-hal yang lebih “besar”.

Kalaupun Anda tidak setuju dengan tulisan ini. Belajarlah untuk memaafkan Saya.

Salam SuksesMulia

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer