Di dunia ini ada orang yang hobinya mencari alasan (excuser). Para excuser selalu bisa mencari alasan mengapa ia melakukan perbuatan atau mengapa ia tidak melakukan perbuatan. Berbagai alasan otomatis keluar dari mulutnya bila ia melakukan sesuatu yang tidak sesuai harapan atau enggan melakukan sesuatu.
Saat orang lain mengajak untuk peduli atas pembantaian di Gaza ia akan mencari alasan”ngapain bantu dan peduli jauh-jauh ke negara lain, di negara kita saja banyak yang susah.” Tetapi saat diajak untuk peduli dengan orang susah di negeri sendiri dia mengajukan alasan yang lain “jangan mudah ngasih bantuan ke orang lain, itu tidak mendidik.” Ah dasar excuser.
Bila diajak untuk beribadah bersama, para excuser akan memberikan alasan “enggak ah, entar riya.” Ditegur karena mengenakan busana seronok dan dinasehati untuk menutup aurat, sang excuser akan berdalih “yang penting hatinya bersih dan terjaga. Percuma menutup aurat tetapi hatinya gak terjaga.”
Sementara saat bekerja kemudian diajak untuk bekerja keras, para excuser akan menyanggah “sudahlah jangan carmuk di depan boss, lagian ini juga bukan perusahaan bapak atau kakekmu. Kalem aza bro. Apalagi rajin dan malas atau pinter dan bodoh gajinya sama.”
Saat target pekerjaan atau komitmen yang sebelumnya sudah ditetapkan tidak terlaksana, para excuser akan menyiapkan berbagai alasan yang terlihat logis dan masuk akal. Mereka hobinya melakukan pembenaran atas kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan. Target tidak tercapai, punya alasan. Pekerjaan tak tuntas, punya alasan. Belum bisa membahagiakan orang tua, punya alasan. Tidak bisa berhenti merokok, punya alasan.
Celakanya, mereka merasa puas bila sudah mengungkapkan alasan dan merasa tidak bersalah. Wajar bila para excuser ini akhirnya kehidupannya akan tertinggal dibandingkan yang lain. Para excuser itu hidupnya stagnan. Atau bila berkembang pun sangat lambat. Selain itu, mereka juga sangat menjengkelkan orang-orang disekitarnya.
Berhentilah jadi excuser. Beralihlah menjadi problem solver. Biasakanlah menyiapkan berbagai alternatif solusi bukan menyiapkan berbagai alasan.
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
10 comments On Excuser
Smoga kita bukan termasuk para excuser itu, mengerikan! Sepertinya harus dihindari jg si excuser ini, jangan sampe tertular apalagi gabung dlm golongannya, Astagfirullah..
Semangat berpuasa beh
Yes, setuju
Yup, Excuser, memang hanya menggerus potensi diri, dan tidak memberi ruang bagi bertumbuhnya to be dan valensi. Sehingga pada gilirannya kita sulit untuk ber-METAMORFOSA. So, mengutip kata bertuah kek Jamil, “Campakkanlah..!” Bukan begitu kek…?
Yes mas, Kapan nginep lagi di rumah?
Walau sekecil biji sawi ayo kita kerahkan kemampuan kita untuk membantu sesama, agar hidup ini lebih bermakna…
Ayo perbesar, jangan gunakan kata walau 🙂
Setuju kekk..
apalagi untuk pesertaku yg kebanyakan pria dan notabene nya memang terlahir tuk jadi Pemimpin..
Kalau di materi The DreamChampion ku bilang gni ke peserta yg punya banyak alasan tuk jadi pemenang..:
Simpel aja : Mau apa Ga? Kalau mau ya diusahakan buat diraih…
terus kalau belum berhasil gmn?cuma dua penyebabnya,,jurus langit/bumi nya blm maksimal atau Allah punya rencana lain untukmu..Tapi kalau ga dicoba gimana kita bisa ngukur kemampuan dan usaha kita..?
Demikian sekilas liputan materiku,, 😀
Cc Coach Surya yg sudah sempat dengar aku ngajar… 😀
Teruslah menebar inspirasi
Time to move from execuser to problem solver
Mksh mtivasinya,kek jamil..
It’s in reality a nice and useful piece of information. I’m glad that you simply shared this helpful info with us.
Please keep us up to date like this. Thanks for sharing.