Banyak training yang berbayar mahal tetapi tidak memberikan dampak yang besar. Rencana aksi yang ditulis di ruang training seolah hanya memenuhi permintaan dari trainer. Bagaimana Realisasi rencana aksi? Jauh panggang dari api, tidak ada yang terealisasi atau hanya sedikit yang dieksekusi. Kondisi ini merugikan peserta dan membuat sedih sang trainer. Karena, sang trainer merasa Ilmu dan treatment yang diberikan kurang nendang, bahasa anak mudanya “gak ngefek.”
Corona, makhluk hidup yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata ternyata lebih hebat dibandingkan trainer terbaik dunia sekalipun. Jutaan penduduk dunia, mengikuti “instruksinya” yaitu cuci tangan, pakai masker, di rumah saja, jaga jarak. Siapa yang tidak mengikuti “instruksi” tersebut terancam Covid-19, diisolasi 14 hari, atau bisa berujung kematian.
Mari kita simak pembelajaran dari Sang Trainer hebat ini.
Pertama, cuci tangan. Dari sini kita bisa belajar bahwa cuci tangan itu ada tempat dan waktunya. Ketika tiba di rumah, sebelum memeluk dan mencium anggota keluarga, bersihkan dulu tangan kita. Dengan kata lain, bersihkan penghasilan kita. Pastikan yang dikonsumsi dan digunakan anggota keluarga adalah penghasilan yang bersih, bukan hasil korupsi, bukan hasil kecurangan, bukan hasil penipuan dan sejenisnya. Karena penghasilan yang kotor itu bisa menjadikan keluarga kita terserang berbagai keburukan yang sangat merugikan.
Bukan hanya itu, Covid-19 juga mengajarkan kepada kita untuk bersihkan juga tangan kita dari menulis atau berikirim sesuatu yang kotor di social media. Jari jemari yang kotor, yang sering digunakan untuk menulis atau berkirim sesuatu yang negatif, hoax, dan merusak saatnya dibersihkan agar tidak menularkan penyakit kepada orang lain.
Kedua, pakai masker. Tutup mulut kita, jauhi kebiasaan menjelekkan orang lain, merendahkan orang lain atau dalam bahasa agamanya ghibah (ngomongin orang lain). Dalam agama yang saya anut, Islam, ghibah termasuk dosa besar bahkan lebih besar dari berzina.
Rasulullah bersabda “’Ghibah itu lebih berat dari zina.’” Seorang sahabat bertanya, ‘Bagaimana bisa?’ Rasulullah SAW menjelaskan, ‘Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya,’” (HR At-Thabrani).
Covid-19 memberikan pesan: tutup mulutmu dari perkataan yang buruk, perkataan yang kotor apalagi ghibah. Sebab bila itu dilakukan, bisa menularkan keburukan kepada orang-orang yang berinteraksi dengan kita.
Ketiga, Di Rumah Saja. Selama ini, sebagian besar dari kita hanya bisa berkumpul dengan keluarga saat waktu-waktu sisa dan hari libur. Gara-gara Covid-19, kita bisa berkumpul dengan keluarga di waktu-waktu produktif. Pendidikan anak-anak yang selama ini dititipkan di sekolah atau perguruan tinggi dikembalikan kepada orang tuannya. Covid-19 mengingatkan kepada kita bahwa tugas pendidikan anak adalah tanggungjawab orang tua bukan yang lain. Rumah dikembalikan kepada fungsi aslinya sebagai tempat pengkaderan, interaksi, komunikasi, bercengkerama dan menumbuhkan rasa cinta.
Keempat, Social or Physical Distancing. Bergaul dengan masyarakat sekitar itu penting. Namun, Covid-19 mengingatkan kepada kita bahwa saat bergaul dengan sesama tetap perlu menjaga jarak. Kita tidak boleh ikut campur urusan pribadi orang lain.
“Instruksi” Covid-19 diikuti oleh jutaan orang seluruh dunia. Sebagai seorang trainer, rasanya tak pantas kita menyombongkan diri karena pengaruh kita ternyata kalah jauh dibandingkan pengaruh Covid-19.
Maka tidak salah bila saya mengatakan; “Corona Adalah Trainer Terbaik Dunia.”
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Trainer
Founder Kampoong Hening