Catatan Mudik: Jangan Serakah

Share this

Setelah usai menjalankan mudik episode pertama (3-8 Juli) ke Lampung, saya melanjutkan mudik episode kedua (9-11 Juli) ke kota kelahiran, Kutoarjo Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Di kota ini, saya mengawali aktifitas mudik dengan cara berbagi ilmu di acara halal bi halal BMT Binamas. Saya kenal dengan para pengelola BMT sejak tahun 1995, 21 tahun yang lalu ketika saya sedang aktif di dunia pendampingan BMT melalui Dompet Dhuafa (DD) Republika.

Bermodal awal Rp 900.000 (sembilan ratus ribu rupiah), kini BMT telah memiliki karyawan hampir 100 orang dan memiliki aset lebih dari 120 milyar rupiah. Bukan hanya mengembangkan bisnis keuangan mikro syariah, BMT ini juga telah memiliki radio Binamas dengan frekwensi 96.0 FM. Pemetik manfaat dari lembaga dengan badan hukum koperasi ini telah mencapai lebih dari empat puluh ribu orang. Jumlah yang tidak sedikit untuk ukuran sebuah kabupaten.

Setelah itu, saya habiskan waktu saya untuk mengunjungi tiga desa dimana saudara dari bapak dan ibu saya berkumpul. Senang bisa bertemu dengan saudara yang sedang pulang kampung. Diantara mereka ada yang tinggal di Jakarta, Bekasi, Depok, Palembang, Madiun, Surabaya, Kediri dan Palangkaraya. Senang melihat pertumbuhan dan perkembangan kehidupan mereka.

Satu tradisi memuliakan tamu yang sulit saya hindari di desa itu adalah minum teh manis dan wajib makan di setiap rumah yang saya kunjungi. Coba Anda bayangkan, di hari Minggu lalu, sejak siang hingga malam hari saya mengunjungi 9 rumah. Bila teh manis tidak diminum dan kita menolak untuk makan maka kita dianggap tidak menghormati tuan rumah. Jadi kalau saya gagal diet itu bukan salah saya, hehehehe.

Baca Juga  Complacent Leadership

Sebagai orang yang terbiasa menghabiskan hidangan yang disajikan, tradisi minum teh manis dan “wajib” makan adalah sesuatu yang sangat memberatkan bagi saya. Namun demikian, secara tidak langsung, tradisi ini memberikan pelajaran buat saya “jangan serakah dalam bisnis bila ingin bisnisnya jangka panjang dan tidak ingin mengecewakan pelanggan.” Dengan kata lain jangan makan terlalu banyak saat bertamu agar bisa menikmati hidangan di rumah berikutnya.

Untung besar sesaat memang bisa membuat kehilangan pelanggan. Istri saya pernah kecewa saat membeli sesuatu via online tapi ternyata antara harga dan kualitas barangnya tidak sebanding. Harganya terlalu mahal, sang penjual fokus mengejar keuntungan. Sejak saat itu, istri saya memutuskan untuk tidak menjadi pelanggan.

Saya pun pernah memutuskan berhenti berlanganan sesuatu setelah saya tahu harga yang saya bayarkan tidak sebanding dengan manfaat yang saya dapatkan. Bisnis yang kita bangun seyognya untuk jangka panjang, maka pastikanlah Anda tidak serakah memetik keuntungan. Setuju?

Salam SuksesMulia

Jamil Azzaini
CEO Kubik Group
Founder Akademi Trainer
Inspirator SuksesMulia

Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer