Ada beberapa yang salah kaprah menafsirkan mental pengusaha. Banyak orang yang ingin menjadi pengusaha agar punya waktu leluasa dan tidak terikat jam kantor. Padahal menjadi pengusaha waktu kerjanya jauh lebih banyak, tidak hanya 8 jam sehari.
Ada yang mengira, orang yang selalu berhitung dan tidak mudah mentraktir sahabatnya adalah orang yang bermental pengusaha. Padahal seorang pengusaha senang memberi dan tentu dengan perhitungan yang matang. Orang yang jarang mentraktir sahabatnya itu orang pelit bukan mental pengusaha.
Dikisahkan, seorang yang merasa bermental pengusaha belanja di Tanah Abang. Dia memanggil Bajaj lalu bertanya, “Mas, kalau dari sini ke Stasiun Gambir berapa?” Sopir Bajaj menjawab, “Dua puluh lima ribu, boss.”
Sang pengusaha bertanya lagi, “Kalau saya bawa karung barang dagangan ini berapa?” Sang sopir menjawab, “Karung barang dagangan gratis, boss.” Masih belum percaya dengan jawaban sang sopir, pengusaha itu bertanya lagi, “Ini tiga karung, lho. Masak gratis.”
Sang sopir menjawab, “Benar boss, gratis alias cuma-cuma.” Orang yang merasa bermental pengusaha itupun kemudian berkata, “Oke, kalau begitu tolong bawain tiga karung ini ke Stasiun Gambir. Saya berjalan kaki saja ke sana.”
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook