Pagi ini, sebelum saya memberikan seminar untuk para pimpinan Bank BNI, saya merenungkan hasil diskusi saya semalam dengan istri dan anak saya. Beberapa anak saya protes karena pembicaraan saya dan mereka kebanyakan tentang prestasi, karya dan menjadi anak-anak di atas rata-rata.
Mereka merindukan ngobrol tentang hal-hal yang sederhana. Tentang kucing, tentang sepakbola, tentang kebodohan kami, tentang kekonyolan kami, tentang kenorakkan kami, tentang kami sebagai manusia biasa.
Mereka tidak mau terbebani menjadi anak seorang tokoh. Mereka tidak mau terbebani sebagai anak dari seorang yang populer. Mereka ingin menjalani kehidupan yang enjoy, selayaknya dunia anak dan remaja.
Ah, ternyata saya harus terus belajar menjadi seorang ayah. Memperbanyak obrolan yang remeh temeh (biasa), berlaku sebagai sahabat bagi mereka bukan ayah mereka. Saya perlu lebih banyak mendengar mereka dibandingkan berucap penuh nasehat.
Kehadiran seorang ayah itu sangat penting. Hadir benar-benar hadir bukan hanya fisik semata, tapi raga, telinga, jiwa dan cara bersikap. Dan semua itu bisa dimulai dari bicara yang remeh temeh.
Maafkan anakku bila terkadang saya mengecewakanmu. Bapak terus belajar menjadi ayah yang benar-benar seorang ayah. Doakan bapak bisa…bisa…bisa…Terima kasih nasehatmu untuk ayahmu.
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Trainer
Inspirator SuksesMulia
Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook