Dunia terus berubah, begitupula dalam hal bertanya dan menjawab. Saat saya kecil dulu, saya beranggapan orang yang hebat adalah orang yang bisa menjawab banyak pertanyaan. Namun, semakin usia saya bertambah dan adanya perkembangan artificial intellegence, saya menyadari bahwa orang yang hebat menurut saya adalah orang yang jago dalam mengajukan pertanyaan, bukan lagi yang jago menjawab banyak pertanyaan.
Mengapa? Karena kemampuan menjawab pertanyaan, saat ini bisa kita serahkan kepada google atau chatGPT. Keduanya bisa menjawab lebih cepat dan bahkan lebih akurat dibandingkan kita. Mengajukan pertanyaan yang berkualitas adalah sebuah keterampilan yang bisa kita latih. Untuk itu mari asah terus kemampuan bertanya kita agar kita memiliki kemahiran dalam membuat pertanyaan dan tentu hal ini berdampak kepada kehidupan kita yang semakin hebat dibandingkan hari ini.
Pertama, hindari bertanya dengan pertanyaan tertutup. Maksudnya apa? Jangan mengajukan pertanyaan yang membuat kawan bicara hanya menjawab ya atau tidak dan sejenisnya. Karena jawaban pendek ini membuat Anda tidak mendapatkan banyak informasi. Pertanyaan tertutup juga membuat kawan bicara Anda tidak bisa mengekspresikan isi pikiran dan hatinya. Misalnya Anda bertanya “Saya dengar, kamu lagi jenuh ya dengan pekerjaanmu?”
Apakah kita tidak boleh mengajukan pertanyaan tertutup sama sekali? Jawabnya tentu boleh, Kapan pertanyaan tertutup bisa dilakukan? Saat tujuan pertanyaan adalah untuk secara tergas menetapkan posisi seseorang. Misalnya “Apakah Anda berkomitmen untuk menyelesaikannya?”
Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang membuat kawan bicara Anda terdorong berpikir. Sehingga setelah itu, ia akan merenung dan mencari jawabannya. Pertanyaan terbuka yang sederhana bisa menjadi jalan perubahan hidup seseorang.
Saat penerbangan dari Jakarta ke New York, saat saya sedang ngobrol dengan teman seperjalan, saya mengajukan pertanyaan sederhana “hidup seperti apa yang kamu impikan saat usiamu di atas 50 tahun?” Pertanyaan ini sederhana bukan? Tapi pertanyaan ini membuat ia sulit tidur yang pada akhirnya setelah merenungkan beberapa hari, ia akhirnya menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Kini, orang tersebut menjadi salah satu expert di profesinya dan sangat menikmati kehidupan.
Saya juga pernah mengajukan pertanyaan sederhana kepada seseorang “Apa langkah kecil yang bisa kamu lakukan untuk memajukan bisnismu? Pertanyaan ini memicu orang tersebut dan ia merasa ditantang oleh saya. Apa yang kemudian ia lakukan? Ia merekrut direktur operasional yang membantu menuntaskan masalah-masalah rutin dan teknis bisnisnya, sementara ia fokus mengembankan bisnisnya dan menjalin relasi dengan banyak pihak. Ia pun mengeluarkan quote “Tugas bisnis owner itu jalan-jalan membangun relasi dan membuka cabang, sementara urusan rutinitas bisnis dikerjakan orang yang bisa kita pegang.”
Kedua, biasakan menggali lebih dalam. Dalam obrolan, sering-seringlah mempertimbangkan untuk menggunakan pertanyaan tindak lanjut. Cobalah ajukan pertanyaan lanjutan dengan mengajukan pertanyaan “mengapa Anda memberikan usulan seperti ini?” atau “setelah ini, hal berbeda apa saja yang mau kamu lakukan?” Pertanyaan-pertanyaan ini merangsang pikiran kawan bicara Anda. Secara tidak langsung Anda juga memberdayakan orang tersebut, memprovokasi pikirannya agar ia mengeluarkan ide atau gagasan terbaiknya.
Salah satu anggota tim saya pernah mengadu kepada saya “Pak, kita gak usah kerjasama sama dia pak, dia sangat sulit diajak kerjasama.” Saya pun mengajukan pertanyaan untuk menggali lebih dalam “Apa maksudmu dia sulit diajak kerjasama?” Dari jawaban anggota tim saya saya bisa mengetahui fakta yang sebenarnya. Dan ternyata bukan mitra kerja yang sulit diajak kerjasama tetapi ternyata karena tim kami yang bekerjanya lembat alias lelet.
Nah, apabila saya tidak mengajukan pertanyaan lanjutan, kami bisa kehilangan satu mitra yang sangat berkontribusi bagi kemajuan perusahaan kami.
Terkadang, kita pun perlu mengajukan pertanyaan susulan atas sesuatu yang abstrak atau tidak bisa diukur agar kita memiliki persepsi yang sama. Misalnya, saat ada yang datang kepada kita dan mengeluh “Ya ampun, saya stress dengan pekerjaan yang numpuk.” Kita bisa mengajukan pertanyaan “Kamu stress dengan pekerjaan kamu yang numpuk? Seandainya dibuat skala 1 hingga 10, dimana satu adalah stress ringan dan sepuluh adalah stress berat berapa nilai stresmu?
Ketiga, Berlatih Untuk diam. Dalam komunikasi atau obrolan, diam terkadang memiliki kekuatan yang sangat kuat untuk menggali informasi. Berlatihlah untuk merasa nyaman dengan mengajukan pertanyaan kemudian menunggu jawaban, mendengarkan respon atau jawaban dari kawan bicara, dan kemudian menunggu lagi. Ingatlah, orang yang kita ajak bicara biasanya memiliki lebih banyak informasi dan akan memberikan informasi tersebut kepada kita lebih banyak saat kita diam. Jadi, diam adalah bagian dari proses bertanya yang memiliki kekuatan yang dahsyat.
Diam juga memberikan kesan kepada kawan bicara bahwa kita menghormati mereka. Setelah kawan bicara Anda meyakini bahwa Anda menghormatinya maka dengan sukarela ia akan mengungkapkan isi pikiran dan hatinya, bahkan untuk yang sangat pribadi sekalipun.
Untuk itu, sebelum Anda bersedia medengarkan kawan bicara Anda, pastikan secara mental Anda siap. Anda perlu sabar dan menyediakan waktu untuk kawan bicara Anda. Andapun perlu punya komitmen untuk hadir penuh sadar utuh saat mendengarkan dan memiliki pikiran dan perasaan yang netral kepada kawan bicara Anda.
Praktekkan 3 seni bertanya ini maka kawan bicara Anda sukses dan bertumbuh, Dan Anda berkontribusi menjadi bagian dari kesuksesannya.
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini