Berjuang Memberangkatkan Orang Tua Pergi ke Tanah Suci

Share this

Tanggal 5 Mei hingga 14 Mei 2019, saya mendampingi jamaah umroh dari Royal Indonesia dalam program Family Spiritual Journey. Banyak diantara jamaah yang ikut, ternyata diberangkatkan oleh anak-anak mereka. Melihat fakta ini, saya teringat dengan kisah Uwais Al Qarni.

Uwais adalah pemuda miskin yang tinggal di Yaman. Ia termasuk anak yang ingin selalu membahagiakan ibunya. Sang ibu tidak bisa berjalan, alias lumpuh. Semua permintaan ibunya selalu dipenuhi. Hanya saja, Uwais sempat bingung saat ibunya memohon: “Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersamamu. Ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan haji.”

Meski bingung, Uwais terus mencari cara bagaimana bisa memenuhi permintaan sang ibu. Hingga suatu ketika ia menemukan ide. Ia membeli anak lembu, ia buatkan lembu tersebut kandang di atas bukit. Setiap pagi, ia gendong anak lembu tersebut turun dari bukit untuk mencari makanan. Sore hari, Uwais menggendong anak lembu tersebut ke kandang yang berada di atas bukit.

Para tetangga Uwais, menganggap Uwais gila, setiap hari ia menggendong anak lembu, turun-naik bukit. Semakin lama, lembu semakin besar dan tentu semakin berat. Bersamaan dengan itu, tubuh Uwais pun semakin kuat. Delapan bulan ia menggendong lembu tersebut turun-naik bukit.

Setelah 8 bulan, ia jual lembu tersebut untuk bekal haji. Ibunya yang lumpuh dibuatkan keranjang yang nyaman. Uwais Al Qarni menggendong ibunya dengan keranjang tersebut pergi menunaikan ibadah haji. Kini para tetangga pun menjadi tahu bahwa Uwais menggendong lembu setiap hari turun-naik bukit dalam rangka mempersiapkan diri menggendong ibunya dari Yaman ke Mekah, berjarak kurang lebih 1.095 km.

Semua prosesi ibadah haji ia lalui, saat thawaf di depan kabah sang ibu menangis haru karena bisa melihat kabah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa. Uwais pun berdoa:

Baca Juga  Impian Yang Terlupapun Bisa Terwujud

“Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais.

“Bagaimana dengan dosamu?” tanya sang Ibu keheranan.

Uwais menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.”

Ibu Uwais menangis tiada henti. Bersyukur memiliki anak yang berbakti. Karena bakti inilah Rasulullah pernah berpesan kepada Umar bin Khathab dan Ali bin Abi Thalib : “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kalian berdua, pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman.” Manusia yang dimaksud oleh nabi adalah Uwais Al Qarni.

Saya menganggap orang yang berjuang memberangkatkan orang tuanya ke tanah suci adalah Uwais Al Qarni abad ini. Doanya makbul dan dicintai penduduk langit. Meski tentu, Uwais Al Qarni jauh lebih mulia dibandingkan siapapun yang memberangkatkan orang tuanya ke tanah suci.

Uwais mampu menggendong ibunya dari Yaman ke Mekah (seperti jarak Jakarta-Banyuwangi) pulang pergi. Sementara generasi sekarang cukup membayar biaya paket pergi ke tanah suci. Namun demikian, semangat dan pengorbanan generasi masa kini memberangkatkan orang tuanya ke tanah suci semoga berbuah sebagaimana yang diperoleh Uwais Al Qarni yaitu doanya makbul dan dicintai penduduk langit. Wallahu’alam.

Mau seperti Uwais Al Qarni? Berjuanglah sekuat tenaga memberangkatkan orang tua pergi ke tanah suci.

Salam SuksesMulia

Jamil Azzaini

2 comments On Berjuang Memberangkatkan Orang Tua Pergi ke Tanah Suci

  • Salam sukses mulia pak Jamil, tetap semangat semoga kami bisa memberangkatkan orang tua ke tanah suci.
    Aamiiin.

  • Muhammad Husnan

    Masyaa Alloh.. Meleleh mata saya baca kisah Uwais Al Qarni. Saya sudah sering baca kisah Uwais Al Qarni, entah kenapa energi tulisan dari kek Jamil saat menuliskan kembali kisah Uwais Al Qarni terasa lebih besar dan sangat menyentuh hati. Terima kasih kek Jamil inspirasinya.

    Doakan saya kek Jamil semoga bisa seperti Uwais Al Qarni.

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer