Pagi ini, saya terbangun lebih cepat dari biasanya, pukul 02.03 WIB. Saya “paksa” untuk tidur kembali saya tak bisa. Pikiran saya terus melayang dengan kultwit Profesor Rhenald Kasali (@Rhenald_Kasali) yang saya baca sebelum tidur, tentang sosok bernama Masril Koto. Saya tidak mengenalnya secara pribadi sosok lelaki ini kecuali mendengar cerita dari teman-teman saya.
Sebagai orang yang berkecimpung di dunia pemberdayaan (walau sekarang tidak seaktif dulu) nurani saya pun protes atas pemberitaan yang mendiskreditkan Masril Koto. Sebagaimana saya juga “protes” apabila ada orang baik yang sudah terbukti berjuang untuk banyak orang namun dicaci atau dihina karena ada satu atau dua kesalahan kecil dalam perjalanan hidupnya. Kita adalah manusia biasa bukan malaikat yang diturunkan ke bumi.
Biasakanlah melihat sisi positif seseorang tanpa kehilangan daya kritis Anda. Ibaratnya, bila Anda memakai baju berwarna putih kemudian ada sedikit tinta di kantong baju Anda, fokuslah pada warna putih bukan warna tinta. Bukankah warna putih di baju Anda tetap saja dominan dibandingkan warna tinta?
Begitu juga didalam perjalanan hidup seseorang, tak ada yang sempurna. Jangan biasakan Anda fokus pada kelemahan dan kekurangan orang apalagi untuk disebarluaskan. Kecuali memang profil orang itu sudah terbukti sangat jahat, berbahaya dan merugikan banyak orang. Dalam kasus Masril Koto, dipecat dari sebuah organisasi bukan pula menandakan bahwa yang dipecat itu pasti salah, boleh jadi karena perbedaan pendapat.
Negeri ini memang sedang kekurangan teladan, namun jangan undang malaikat untuk menjadi teladan. Biarkanlah tokoh-tokoh muda muncul sebagai manusia biasa, biarkan mereka berkreasi sembari terus memperbaiki diri. Saat mereka keliru, segera luruskan dengan cara yang benar bukan mendemotivasi apalagi menjatuhkan.
Saya dan Anda pun perlu menyadari bahwa kita juga tak sempurna. Boleh jadi, kita masih bisa berjalan dengan kepala tegak karena Allah yang Maha Tahu masih menutup aib dan kesalahan yang pernah kita lakukan. Oleh karena itu, jangan pula kita menuntut kesempurnaan dari orang lain. Berhentilah mencari kesempurnaan namun tetaplah berjuang memperbaiki diri tiada henti.
Kepada para pelaku pemberdayaan, teruslah berjuang, karena apa yang kita lakukan bukan demi popularitas dan demi tulisan atau liputan indah di media. Kita berjuang karena panggilan nurani, kita berjuang karena demi mengumpulkan bekal pulang ke kampung akherat. Kita berjuang bukan karena kita ingin disebut malaikat. Teruslah berjuang dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Berjuang tak perlu menunggu sempurna, karena tak ada kesempurnaan pada diri manusia.
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
9 comments On Berhentilah Mencari Kesempurnaan
Terima kasih pencerahan paginya Pak Jamil. Tulisan ini keren banget, baik dari segi substansi maupun tata bahasanya. Dalam bahasa Jawa ada ungkapan “Kesandhung Ing Rata, Kebentus Ing Tawang”, meski kita sudah berusaha melakukan yang terbaik, adakalanya kita terjatuh juga. Menurut saya, itulah bukti ketidaksempurnaan manusia. Dan tugas kita adalah saling menguatkan dalam kebaikan.
Terima kasih ya, saya dapat istilah jawa baru
makasih kek ispirasi pagi ini. 🙂
yesss.. kali ini bener-bener bikin otak jadi kerON!
Pak Dosen, kapan kita makan sate klathak lagi? 🙂
Alhamdulillah
iya benar itu pak Jamil.. Seringkali kita hanya fokus pada kesalahan atau kekurangan, sekalipun kelebihan atau kebaikannya lebih banyak… terimakasih inspirasi paginya.. 🙂
Nuhun kang, parantoss masihan wejangan..
Bener kek, kalo merasa tuh nantinya jadi tinggi hati ( :