Selama dua hari kemarin saya ikut training Directive Coaching yang dipandu oleh mas Surya Kresnanda. Training ini “bertentangan” dengan pemahaman saya sebelumnya tentang coaching. Sebelumnya (Fasilitative Coaching) saya bepikir bahwa coaching itu tidak boleh memberi instruksi dan feedback secara langsung kepada coachee. Selain itu, pemahaman saya sebelumnya adalah bahwa hal terpenting di dalam coaching adalah pertumbuhan diri coachee yang kita layani.
Dalam directive coaching yang diajarkan mas Surya berlaku sebaliknya, sebagai seorang coach kita justeru perlu memberikan instruksi dan feedback kepada coachee. Fokus utamanya adalah pencapaian target coachee.
Pertanyaannya, apakah kedua pendekatan itu harus dibenturkan? Jawabnya adalah TIDAK. Kita bisa mengawinkan, kita bisa berdansa dengan keduanya. Kita bisa menggunakan directive coaching atau fasilitative coaching sesuai dengan kebutuhan.
Berdansa dalam kehidupan itu penting dan menjadikan hidup semakin nikmat dan merangsang sinergi serta kebersamaan. Misalnya di bulan puasa ini ada yang sholat tarawih 11 rakaat dan ada yang 23 rakaat. Mau pilih yang mana? Terserah mana yang Anda suka dan yakini, karena masing-masing punya dalil dan alasan yang mendukungnya. Saya pun terkadang sholat 11 rakaat terkadan 23 rakaat.
Dalam ibadah ritual, ada yang mendikotomikan antara fiqih dan tasawuf. Saya memilih mengawinkan keduanya. Saya pun meraskan kenikmatan yang lebih tinggi saat mempertemukan hal-hal yang berorentasi fiqih dengan dunia tasawuf. Ibadah lebih penuh makna dan kenikmatan.
Saat terjadi hal-hal yang berbeda dalam hidup, mari kita berdansa menikmati perbedaan tersebut. Dijamin hidup lebih indah, seindah gerakan dansa yang diiringi dengan alunan musik yang pas. Mau?
Dari perjalanan darat Surabaya menuju Jakarta saya sampaikan Salam SuksesMulia dan selamat berdansa.
Jamil Azzaini
Inspirator SuksesMulia