Kamis pagi menjelang sahur, saya mendapat kabar Ustadz Arifin Ilham meninggal dunia di Penang Malaysia. Dari kabar yang saya peroleh, sholat jenazah akan dilakukan pukul 06.30 di Masjid Adz-Zikra Sentul. Usai Subuh saya pun mengajak ustadz dan para santri Tahfizh Leadership meluncur ke Sentul untuk ikut sholat jenazah.
Tepat pukul 06.30 kami tiba di Masjid Adz-Zikra, masjid sudah dipenuhi jamaah berseragam putih yang sedang sibuk membaca Al Qur’an dan memgirimkan doa untuk almarhum.
Di sela-sela itu ada pengumuman, bahwa ternyata kepulangan jenazah Ust. Arifin Ilham tertunda karena belum mendapat izin pendaratan di Halim Perdanakusuma. Diperkirakan Dzuhur tiba di Sentul.
Sembari menunggu jenazah kami dipimpin oleh 2 orang ustadz untuk membaca surat-surat Al Qur’an yang setiap hari dibaca almarhum yaitu: Yasin, Ar-Rahman, Al Waqiah, Al Mulk, Al Jinn, Al Muzzamil, dan Al Fajr.
Ketujuh surat itu dibaca bersama dan menghabiskan waktu persis selama satu jam. Begitu ke 7 surat itu selesai dibaca, maka sang ustadz mengulang kembali dari surat Yasin. Jamaah pun silih berganti datang memenuhi masjid dan areal depan rumah almarhum.
Saya mendapat kabar dari sahabat saya bahwa ternyata jenazah baru tiba di Sentul setelah Ashar. Karena ada aktivitas lain yang tidak mungkin ditinggalkan, saya meninggalkan masjid Adz-Zikra sekitar pukul 10.00 wib.
Saya melihat yang hadir semakin banyak, dan tentu orang-orang yang hadir membacakan doa di lokasi untuk beliau mencapai ribuan orang. Dari orang biasa hingga para tokoh mengirimkan doa dan juga testimoni secara bergantian tentang kebaikan, kesholehan dan perjuangan almarhum.
Sungguh yang menjadi pelajaran berharga bagi saya adalah “apakah saya bisa meninggal dengan wajah tersenyum sebagaimana ustadz Arifin Ilham? Ketika saya meninggal nanti, berapa orang kira-kira yang mendoakan saya? menunggu dan mengantarkan jenazah saya?”
Saya pun bertanya làgi pada diri sendiri “kebaikan dan manfaat apa yang kelak dikenang oleh orang-orang di sekitar saya? Apa yang saya perjuangkan dalam hidup ini? Apakah yang saya perjuangkan menghadirkan cinta-Nya sehingga saya bisa meninggalkan dunia dengan senyuman?”
Ah, semoga galau ini bisa terobati…
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini