Sejak Kamis hingga Senin, 10-14 Mei, saya berada di Jepang untuk acara sharing session, seminar dan training. Sharing session bersama mahasiswa S1, S2 dan S3 saya berikan di Institut Teknologi Tokyo. Sementara seminar saya sampaikan di Toyohashi, salah satu tempat asal mobil-mobil Jepang yang bersliweran di Indonesia.
Pada Minggu, 13 Mei, bersama Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Bapak Muhammad Lutfi, saya memberikan training kepada para trainee (karyawan kontrak asal Indonesia) dan mahasiswa S2 dan S3 di Saga University. Selama satu hari penuh saya bergantian dengan pak Dubes berbagi ilmu dengan 170 lebih peserta training.
Saya memperoleh banyak pelajaran berharga selama kunjungan ke Jepang. Pertama, 5 tahun lalu saat membeli mobil Jepang keluaran terbaru, saya berkata kepada mobil itu, “Hai mobilku, sekarang kau mendatangi rumahku. Ketahuilah 5 tahun yang akan datang saya akan datang ke negerimu untuk memberikan training di negerimu.”
Alhamdulillah mimpi tersebut menjadi kenyataan. Saya pun semakin yakin bahwa mimpi memiliki kekuatan yang dahsyat dalam kehidupan kita. Jadi bermimpilah, apalagi mimpi gratis dan tidak berdosa —Apa mimpi Anda 5 tahun ke depan?
Pelajaran kedua, orang Jepang sangat menghargai waktu. Selama di Jepang saya tidak pernah merasakan kereta yang terlambat walau hanya 1 menit. Demikian pula halnya dengan orang-orangnya, di negeri Sakura itu bila berjanji mereka menentukan waktu dengan sangat jelas. Misalnya, “Kita ketemu jam 17.53 di Stasiun Meguro, ya.” Dan, mereka datang tepat waktu.
Berbeda dengan cara kita janjian disini. “Kita ketemu habis makan siang, ya.” Waktunya tidak jelas. Jadi, kalau kemudian terlambat datang hingga jam dua siang, maka akan berdalih, “Janjinya habis makan siang, kan makan siang saya jam satu lewat, hehehe…” Lebih menyedihkan lagi yang terlambat datang terkadang tidak merasa bersalah sama sekali. Padahal tabiat waktu adalah yang berlalu (hilang) tak mungkin bisa kembali. Namun sayang, banyak diantara kita kehilangan waktu seolah-olah tak kehilangan apapun.
Pelajaran ketiga, orang Jepang itu sangat tertib dan menghormati orang lain. Antri tertib, membuang sampah tertib. Tidak ada yang meninggalkan sampah di kereta atau tempat-tempat umum lainnya. Bahkan pada Jumat malam saya melihat orang Jepang yang mabuk membawa kaleng minuman pun membuangnya di tempat sampah. Budaya tertib ini telah mengkristal dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam hal menghormati orang lain mereka sangat luar biasa. Saat saya hendak makan siang dan ternyata menu yang kami pesan belum siap karena memang menu lengkap baru tersaji setelah pukul 05 sore, petugasnya meminta maafnya berulang-ulang. Selain itu, ucapan terima kasih pun seolah-olah otomatis keluar dari mulut para petugas dan karyawan yang melayani kita di Jepang
Terima kasih Dompet Dhuafa Republika, Garuda Indonesia, BNI, Bank Indonesia dan KBRI Jepang yang telah memfasilitasi saya untuk hadir ke negeri asal Doraemon ini. Domo arigatou gozaimasu…
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
Keterangan foto:
Saya bersama Bapak Muhammad Lutfi, Duta Besar Republik Indonesia di Jepang.
23 comments On Belajar Dari Jepang
Satuju pak, dari Jepang kita juga belajar bagaimana bangsa yang dulunya terbelakang, di era shogun, lalu kemudian melesat maju, menyaingi negeri Paman Sam, kuncinya adalah perubahan (restorasi meiji)…
untuk kita, pertanyaanya bukan mampukah, tapi maukah kita jugra berubah ?
http://bangunmushola-di.blogspot.com/
Salam..
terus Sukses Kek JA..
kita orang Indonesia Harus belajar sangat banyak kepada negeri Jepang,,
tentunya Hal-Hal yang sangat positif,, misal cara mereka buang sampah, cara mereka menghargai waktu,, dll…
Salam SuksesMulia
Nova
JayaBerkah
ohayo ghuzaimashu…pengalaman yang luar biasa…semoga anggota dewan kita juga berminat untuk studi banding ke sana. Tidak perlu jauh2 ke negara2 eropa, kalo di asia aja masih banyak budaya dan nilai kehidupan yang “mumpuni”…Budaya kita sebagai bangsa indonesia sebenarnya juga “tak kalah” baiknya, cm seringkali kita “malu” mengakui/mempraktekkannya..entah malu atau mmg ga mau..Saya juga punya mimpi, bagaimana budaya kita bisa menjadi mercusuar dunia, yang bisa jadi panutan dan dihormati bangsa-bangsa di dunia…sudah saatnya kita berbenah… Arigato ghuzaimashu..matur nuwun…jzklh…
mantap..
waktu adalah ilmu, uang dll
Perusahaan tempat saya bekerja juga memakai jasa Director dari Jepang, bedanya director Jepang dan Indonesia adalah Director Jepang selalu datang 1 jam sebelum bel masuk berbunyi dan Director Indonesia selalu datang 1 jam setelah bel masuk berbunyi.rata2 orang jepang yg bekerja di perusahaan kami selalu disiplin waktu. Mungkin ini yang membuat Jepang bisa lebih Maju dari Negara Indonesia.
Sikap ‘disiplin’ yg sangat patut ditiru!!
Jadi bermimpi, bisa belajar ke Jepang jg 🙂
Alhamdulillah….
Senang dan tertantang rasanya saya membaca tulisan Guru Pagi ini.
Kenapa ya saya kok merasakan senang seperti seolah-olah yang pergi ke Jepang diri saya sendiri….
Padahal saya belum pernah ke sana, saya hanya membayangkan saja….
Saya Banggaa dengan Guru…. *semoga suatu hari guru bangga dengan saya…*
Terima Kasih untuk Tulisannya hari ini Guru….
Beberapa tahun lagi kesana ah… Thanks ceritanya mbah 🙂
Mari kita mulai dari diri kita sendiri dan keluarga mental-mental positif yang seperti itu. kita yakin Indonesia bisa.
Mangtbs guru. Dari jenengan ats izn Allah sy bnyk trinspirasi untk menata hdup dg impian dan amal dahsyt insy-A. Doany gru sgra slesai propsl hdup ane,amien
Kita bukan tidak bisa seperti mereka Pak, tetapi mungkin banyak dari kita yang tidak mau.
Budaya ngaret (tidak disiplin) di Indonesia mendapat pemakluman sehingga orang yang tidak disiplin tidak merasa bersalah “toh dimaklumi walaupun dengan berbagai alasan”.
Kebiasaan di Indonesia juga yang membuat orang jadi kurang disiplin. Contohnya pada saat ada acara,jika “orang yang dihormati” belum datang maka acara belum akan dimulai walaupun di jadwal sudah ditentukan.
mari bersama-sama mengubah kebiasaan kurang displin dimulai dari diri sendiri.
Salam SuksesMulia
sent via: http://brainmindtohappiness.wordpress.com/2012/05/12/kutipan-motivator/
Sekali pernah ke jepang..jarang orang yg ga mau lg ke sana 🙂
Semoga tahun 2013 saya ke Jepang sbg mahasiswi penerima monbu, aamiin.
Thanks pak jamil,ceritany sngt memotivasi
5 tahun lagi ke Australia..aamiin
Jepang merupakan negara favourite saya, apa yang bapak rasakan sudah saya buktikan saat kunjungan ke Tokyo tahun 1997 sebelum krismon. Dan saya juga punya mimpi lho untuk bisa ke Jepang, saya dulu ngefans sama bintang film Jepang dari SMP kelas 2 bahkan saya pernah punya cita cita punya suami orang Jepang, ternyata yang terkabul cuma pernah ke Jepangnya dan sungguh pengalaman yang luar biasa.
wah selamat pak sudah berhasil ke jepang juga…. mantap… foto foto jepangnya dong pak…
trimakasih pak atas ilmunya
dan sya sudah melunasi hutang saya untuk menulis PR dari bapak
TUHAN INILAH PROPOSAL HIDUPKU
smoga bermanfaat
kata Nidji memang “MIMPI adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia” –> dan Anda membuktikannya Pak 🙂
cerita yg sangat menginspirasi
pak bagaimana kekuatan mimpi begitu dahsyat efeknya..hanya sekedar beli mobil bisa menginspirasi sebuah mimpi..jadi kalau punya blacberry bisa mimpi ke amerika ya pak?
Mudah-mudahan 3 tahun kedepan saya bisa menjadi seorang manager …Amiiin
Sekarang sepertinya perlu di balik,
Saatnya orang Jepang belajar sama Pak Jamil mengenai Sukses dan Mulia
Saya dulu mimpi sekolah ke colorado pak, skrg lg persiapan. semoga lolos, karena “Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi kita”, ceunah. Tks sharingnya..
mimpi sy hrs diupgrade lagi yah kayanya… Pingin jg ke Jepang 5 th lagi . Tks sharingnya Kek
mantap harus seperti org jepang tertibnya ..