Sering kita dengar Ustadz mengatakan kalimat itu pada saat ingin memotivasi kita dalam bekerja. Apa sih maksudnya? Sebagian Ustadz akan menjawab bahwa kita akan mendapat pahala yang besar, dalam usaha kita untuk menafkahi keluarga kita. Kadang pahala yang besar ini dirasakan tidak cukup untuk memicu semangat mereka dalam bekerja karena pahala itu seperti reward atau kebaikan yang akan mereka dapatkan nanti di akhirat bukan di dunia.
Pada tulisan ini saya akan membahas pemahaman saya mengenai topik ini dari kacamata seorang pengusaha.
Apa itu ibadah? Mari kita ambil contoh suatu perbuatan ibadah yang paling sering dilakukan oleh kita umat Islam, yaitu Solat lima waktu. Ada dua pertanyaan yang kita akan bahas disini. Pertanyaan pertama, “Apakah Allah akan beruntung jika semua umat didunia ini melakukan solat lima waktu?” Pertanyaan kedua, “Apakah Allah akan merugi jika semua umat di dunia ini tidak ada yang solat?”
Jawaban untuk kedua pertanyaan diatas sudah jelas, tentu tidak. Tidak ada satu perbuatanpun dari manusia atau mahluk Allah lainnya yang dapat menguntungkan atau merugikan Allah swt, karena Allah mempunyai sifat Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya), seperti disebutkan dalam surat [Al ‘Ankabuut:6] “.. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”. Hal ini membawa kita pada pertanyaan selanjutnya, jika demikian, mengapa Allah memerintahkan kita untuk beribadah ? Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya kita mengenal lebih jauh apa itu ibadah.
Salah atu definisi Ibadah yang saya kutip dari website almanhaj.or.id bahwa ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Ibadah yang paling umum dilakukan oleh umat Islam adalah solat lima waktu.
Jika dikaitkan dengan definisi diatas tentunya Allah memerintahkan solat agar kita mendapatkan ridho Allah, dan hanya dengan ridho Allah kita akan mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman baik di dunia maupun akhirat. Bisa disimpulkan bahwa segala perbuatan ibadah akan membawa kebaikan kepada pelakunya itu sendri.
Bekerja yang mempunyai nilai ibadah, tentunya dapat dilihat dari dampak kebaikan diperoleh. Kebaikan ini bisa berupa kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan untuk memegang jabatan tinggi di perusahaan, penghasilan yang fantastis, berbagai fasilitas yang terkait dengan jabatan dan prestasi dan lain sebagainya.
Semuanya tidak dapat diperoleh tanpa kerja keras dan cerdas, rajin, jujur, disiplin, kreatif dan hal hal lain yang menjadi sunnatullah bagi kesuksesan karir seseorang serta tentu saja izin Allah yang harus dimohonkan dalam setiap doa doa kita.
Sebaliknya, apabila karir kita mandek, gaji bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, hutang menumpuk, ilmu dan keahlian tidak bertambah, kita patut curiga jangan jangan Bekerja kita tidak mempunyai nilai ibadah, di dunia saja tidak membawa kebaikan, di akhiratpun belum tentu, bisa jadi kita rugi dunia akhirat. Mari kita periksa apakah dalam bekerja kita sering melakukan hal hal berikut ini.
Bermalas-malasan dalam melaksanakan pekerjaan, entah karena dirasakan terlalu berat atau tidak menyukai pkekerjaannya atau kurang faham dan enggan belajar sehingga menimbulkan sikap malas untuk memulai pekerjaaan tersebut. Yang jelas hal ini akan berbuntut kepada sikap pada poin selanjutnya.
Menunda nunda pekerjaan padahal kita tahu bahwa Menunda-munda amal adalah tipuan Iblis, Hasan Al Banna mengatakan bahwa, ”Alwaajibatu Aktsaru minal Auqoot.” Kewajiban yang dibebankan kepada kita itu lebih banyak daripada waktu yang kita miliki. Pada saat kita menunda dari menyelesaikan suatu pekerjaan sebenarnya kita sedang menumpuk-numpuk kewajiban, semakin kita sering menunda maka semakin banyak tumpukkan pekerjaan yang harus kita selesaikan, sehingga apabila kita menunda berarti kita hidup dalam tumpukan-tumpukan kewajiban untuk diselesaikan dalam waktu yang lebih sedikit. Apa dampak dari menunda nunda pekerjaan ? Ada di poin selanjutnya.
Tergesa gesa dalam bekerja, bisa jadi kita tergesa gesa karena mengerjakan pekerjaan yang sudah tertunda lama sekali dan harus selesai segera, dalam hal ini kita telah melibatkan syaitan dalam dua hal menunda dan tergesa gesa karena dalam sebuah haditsnya Nabi saw bersabda; “Tergesa-gesa adalah sifatnya setan, dan tenang adalah sifatnya Allah.”
Untuk meraih nilai ibadah dalam bekerja, kita harus melawan rasa malas, dengan tidak menunda nunda pekerjaan sehingga pekerjaan dapat kita selesaikan dengan tidak tergesa gesa guna mendapatkan hasil yang maksimal.
Menyadari nilai ibadah yang didapat dari bekerja dapat pula kita rasakan di dunia, insyaAllah akan memompa semangat kita dalam bekerja karena sebuah keyakinan bahwa semua yang Allah perintahkan tak lain tak bukan hanya untuk kemaslahatan kita semua.
Fathi Bawazier
2 comments On Bekerja yang Mempunyai Nilai Ibadah
insyaAllah bekerja penuh semangat demi kebaikan dunia dan akhirat. sebagai muslim, selayaknya punya etos kerja tinggi dan bukan malas2an 🙂
terima kasih tulisannya. mari kita hilangkan penyakit 3M (malas, manja dan munafiq). krn apapun aktivitas ibadahnya, minimal akan berbuah 3, 1.penghapus dosa, 2. penambah pahala, 3. ketenangan jiwa. barakallah…