Ada sahabat saya yang bertanya “mas, saya lihat driver sampeyan itu menikmati sekali pekerjaannya. Sementara saya bolak-balik ganti driver, padahal gaji driver saya jauh di atas UMR. Apa rahasia yang membuat driver mas Jamil betah dan enjoy?” Saya pun menjawab sekenanya “wah kalau itu pertanyaannya seharusnya diajukan ke driver bukan ke saya, saya ini trainer bukan driver.” Kami pun tertawa bersama.
Sejujurnya, saya tidak pernah memberikan treatment khusus kepada driver saya yang bernama Anwar Sadat (AS). Sebelum menjadi driver, ia pernah menjalani profesi sebagai preman. Bukan preman biasa, tetapi preman yang sangat disegani di wilayahnya. Karena saya tahu latar belakangnya, saat awal bekerja, saya selalu meminta dia ikut ke ruang training untuk mendengarkan materi training yang saya berikan kepada peserta. Dalam perjalanan pulang, saya selalu bertanya “apa yang kamu dapatkan dari sesi training tadi?
Saya sangat kagum dengan AS, dengan tingkat pendidikan formal yang tidak seberapa, ia mampu menangkap pesan utama training saya yang sebagian besar saya berikan kepada karyawan terdidik dari perusahaan ternama. Setelah diskusi tentang isi materi, biasanya saya ajukan pertanyaan pamungkas “apa hal sederhana yang akan kamu lakukan setelah mendengar materi training tadi?”
Saat AS terpancing emosi oleh ulah pengendara lain di jalanan, saya berseru : “He! Ingat, yang kamu bawa ini adalah Inspirator SuksesMulia yang mengajarkan kesabaran dan kebaikan yang ingin membangun peradaban SuksesMulia di Indonesia. Jangan sampai kamu rusak dengan emosi negatif yang tidak penting.”
Biasanya AS akan menjelaskan alasannya kepada saya mengapa dia marah dan tersinggung. Setelah ia puas mengungkapkan kekesalannya, saya mengajukan pertanyaan sederhana “apa untungnya kalau amarahmu tadi kamu lampiaskan kepada orang itu?” Untuk menanamkan kehati-hatian sekaligus kebanggaan pada diri AS, biasanya saya tambah pernyataan “Ingat ya, yang kamu bawa ini orang besar bukan orang kasar.” He..he…he…. ini bukan untuk menyombongkan diri saya, niatnya untuk menanamkan “value” kepada AS bahwa dia bukan hanya seorang driver tetapi menjaga orang penting yang ingin memajukan banyak orang di semesta ini.
Untuk menanamkan value, saya sering menguatkan profesi AS dengan hadist Rasulullah : “Sesungguhnya Allah, para Malaikat-Nya, penghuni langit, penghuni bumi, hingga semut di liangnya dan hingga ikan di lautnya pasti mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi).
Setelah menyampaikan hadist itu saya tambahkan penjelasannya “yang mengajarkan kebaikan bukan hanya saya sebagai Inspirator, kamu sebagai driver yang mengantarkan saya juga termasuk membantu mengajarkan kebaikan sehingga kamu pun didoakan oleh Allah swt, Malaikat, penghuni langit, penghuni bumi, semut dan ikan.”
Selain sebagai driver, AS juga membantu keluarga saya dalam banyak urusan. Ia ikut merapikan taman di rumah, mengawal dan menjaga keluarga, membantu bisnis istri dan anak saya serta berbagai urusan penting lainnya. Ia juga membuat usulan kepada saya “pak, bagaimana kalau setiap ngisi bensin kita sedekah untuk mereka pak. Misalnya, kita pesannya Rp 295.000 tetapi yang kita bayarkan Rp 300.000.” Usulan AS ini saya terima, dan saya melihat, ia sangat bahagia melakukannya.
Apakah hal-hal tersebut di atas yang membuat driver saya menikmati pekerjaannya? Saya juga tidak tahu. Namun yang jelas, hal itu sepertinya sejalan dengan apa yang disampaikan Dr. Martin Luther King, Jr : “Jika seseorang terpanggil untuk menjadi penyapu jalan, menyapulah seperti Michelangelo melukis, atau Beethoven menggubah musik, atau Shakespeare berpuisi. Dia perlu menyapu jalan sedemikian rupa sehingga semua penjaga surga dan bumi berhenti lalu berkata: Di sini hiduplah seorang penyapu jalan hebat yang mengerjakan tugasnya dengan baik.”
Apakah kita termasuk penyapu jalan itu? Wallahu’alam.
Salam SuksesMulia
Jakarta, 17 Februari 2021
Jamil Azzaini
Inspirator SuksesMulia