Bedakan Kantor dan Rumah

Share this

Sebagai master trainer dan pemilik perusahaan tentu saya selalu mendapat layanan nomor satu di perusahaan. Pesawat, hotel dan keperluan lain layanan untuk saya selalu spesial. Semua serba mudah, saya terima beres, semua terasa nikmat, berbagai fasilitas yang saya terima begitu nyaman.

Namun, kondisi tersebut bisa menjebak dan merusak kehidupan rumah tangga apabila kita juga menuntut pelayanan yang sama saat di rumah. Saya pernah merasakan hal itu. Saya selalu ingin mendapat pelayanan dan perhatian spesial dari istri dan keluarga. Apabila itu tidak saya dapatkan maka emosi dan amarah datang tanpa diundang.

Walhasil, bukan hanya istri dan anak saya yang menjadi korban, saya pun menderita. Hati gelisah, galau, perasaan tak menentu, ibadah tak khusyu, suasana batin tak nyaman. Bawaannya ingin selalu marah. Padahal, istri dan anak bukanlah karyawan, bukan pula pembantu saya. Sembari menulis ini saya membayangkan kejadian itu. Rasa malu dan hina menyelimuti pikiran dan jiwa. Ah, betapa egoisnya saya.

Maafkan saya istriku. Maafkan saya anakku. Di rumah, sayalah pelayan kalian. Tak pantas saya menuntut perhatian spesial dari kalian. Bukankah saya juga belum bisa menjadi bapak yang baik buat kalian? Bukankah saya belum bisa menjadi suami yang mampu membahagiakan relung-relung hati istri? Terlalu naif bila saya menuntut perhatian spesial dari kalian.

Maafkan bapak yang menyamakan kehidupan di kantor sama seperti di rumah. Bapak harus terus belajar segera mengubah peran saat di rumah. Bapak harus menyediakan waktu terbaik untuk kalian. Bapak harus menonaktifkan smart phone saat ngobrol sama kalian. Bapak harus menyiapkan telinga untuk mendengar curhatan kalian. Bapak harus menjadi teman diskusi buat kalian. Di rumah, bapak adalah milik kalian.

Baca Juga  Mr. Feedback

Di kantor bapak banyak dilayani. Di rumah bapak seyogyanya melayani. Di kantor bapak lebih banyak diperhatikan, di rumah seharusnya bapak banyak memperhatikan kalian. Maafkan bapak yang jauh dari sempurna. Semoga kalian diberi kesabaran hidup bersama dengan bapak yang terkadang egois ini.

Kita perlu memberi yang terbaik di kantor dan juga di rumah. Namun kita tak bisa menuntut mendapat pelayanan spesial di rumah sebagaimana yang kita peroleh di kantor. Budaya di kantor agak berbeda dengan budaya di rumah. Setuju?

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini

11 comments On Bedakan Kantor dan Rumah

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Captcha
5 + 3 = ?
Reload

Site Footer